Kiai Durakhman
Telepon Kiai Dulah Buntet
Malam telah melewati
tengahnya. Tentu pukul 12 lebih. Tetapi, telepon berdering begitu saja. Seolah
tak peduli pemiliknya tengah bersiap menuju istirahat atau bahkan sedang
istirahat.
Karena sedang
terjaga, telepon itu akhirnya diangkat juga.
"Halo, maaf
dengan siapa?" ucap penerima pertama kali sekaligus menanyakan identitas
penelepon malam-malam itu.
"Ini dari
Durakhman," jawab penelepon itu, "Kiainya ada?" lanjutnya
bertanya.
"Ada. Durakhman
siapa?" penerima itu kembali bertanya.
"Temannya Pak
Kiai dari Jakarta," jawabnya.
Penerima pun berpikir
sendiri. Dalam benaknya, ayahnya tak punya rekan bernama Durakhman.
"Siapa sih
teh?" tanya kiai.
"Durakhman jeh,
Pak. Katanya teman Bapak dari Jakarta," jawab penerima yang putrinya itu.
Penerima itu langsung
ditegur oleh sang kiai. "Teteh (sapaan ke putrinya) ngomong apa aja?"
"mBoten, baru
nanya aja."
"Itu tuh Gus
Dur," kata kiai yang sesepuh Buntet Pesantren Cirebon itu, KH Abdullah
Abbas.
Begitulah Nyai Hj
Ismatul Maula, putrinya, bercerita kepada penulis saat sowan Idul Fitri 1439 H.
Menurutnya, Kiai Dulah, sapaan akrab masyarakat kepada KH Abdullah Abbas,
sering mengobrol dengan Gus Dur lewat tengah malam dan cukup lama.
Teh Isma tidak
menyadari jika Durakhman itu Gus Dur. "Kenapa tuh enggak bilang saya Gus
Dur saja," sesalnya.
KH Abdullah Abbas
adalah salah satu tokoh kunci saat pengajuan Gus Dur sebagai calon presiden
pada tahun 1999 lalu. Kiai Dulah seakan tak rela rekan perjuangannya itu
menjadi tumbal reformasi. Sampai-sampai, kata putranya, H Mohamad Mustahdi
Abdullah Abbas, ia menangis saat pemilihan Gus Dur sebagai presiden itu
berlangsung.
Kedekatan dua tokoh
besar itu bukan tiba-tiba. Kakek Gus Dur, Hadratussyaikh KH Hasyim Asy'ari, dan
ayah Kiai Dulah, KH Abbas Abdul Jamil, sangat akrab. Keduanya berjuang membela
dan mempertahankan tanah air Indonesia. Sampai-sampai Hadratussyaikh meminta
perang di Surabaya itu menanti kehadiran Singa dari Jawa Barat yang tak lain
adalah Kiai Abbas. []
(Syakir NF)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar