Indonesian
Idol
Oleh:
Komaruddin Hidayat
Indonesian
Idol merupakan tayangan televisi yang saya senangi. Kadang saya sengaja membuka
You-Tube kalau ketinggalan tidak sempat menonton televisi.
Bagi saya
ini sebuah program yang memiliki banyak makna dan dimensi yang mengandung
pendidikan bagi pemirsa (public education). Antara lain menyajikan drama hidup
anak bangsa berjuang mengubah nasib dengan menggali dan menunjukkan bakatnya
menyanyi dan tampil di panggung terbuka sehingga dalam waktu relatif singkat
beberapa di antara mereka lalu masuk jajaran selebritas nasional sebagai
penyanyi.
Proses
seleksi dan persaingannya pun transparan, lebih transparan ketimbang kontestasi
calon legislatif yang ingin duduk di kursi wakil rakyat. Dalam program ini
berbaur antara edukasi publik, drama pergulatan hidup, dan hiburan bagi para
pemirsa. Menurut Ahmad Dhani, seorang jurinya, Indonesian Idol mampu menyatukan
antara rating dan kualitas. Ini perlu digarisbawahi, kata Dhani, karena ada
beberapa acara musik di televisi yang rating-nya tinggi, namun kualitas rendah.
Atau
sebaliknya, ada acara televisi berkualitas tinggi, namun rating rendah.
Kontestasi Indonesian Idol diikuti oleh sekitar 250.000 orang, diseleksi di
tujuh kota, berlangsung selama enam bulan untuk memilih 13 besar yang akhirnya
mengerucut menjadi tiga besar. Lagi-lagi, proses seleksi dan kontestasinya
berlangsung secara terbuka sehingga para pemirsa juga bisa melihat sendiri
siapa yang gugur dan siapa yang lolos untuk maju terus.
Pemirsa
juga dilibatkan untuk ikut serta memberikan penilaian. Sampai-sampai katanya
ada beberapa pimpinan daerah yang membagi pulsa telepon kepada warganya agar
memberikan dukungan suara sebanyak-banyaknya pada putra daerah yang tengah ikut
berkompetisi. Dalam program ini publik juga mendapat pembelajaran dari para
juri ketika menilai kualitas peserta, baik dari sisi bakat, penampilan, pilihan
lagu, maupun ekspresi serta artikulasinya.
Yang
cukup mengejutkan, menurut Ahmad Dhani, ternyata generasi penyanyi baru
memiliki kualitas prononsiasi bahasa Inggris yang bagus-bagus sehingga ketika
membawakan lagu Barat cukup percaya diri, enak didengar, dan menyamai penyanyi
internasional. Penampilan mereka tidak jauh berbeda dari panggung American
Idol. Para pemirsa juga bisa melihat kepakaran para juri yang terdiri atas
Ahmad Dhani, Tantri, Titi DJ, dan Anang.
Mereka
tidak sekadar andal dan dikenal sebagai penyanyi, tapi juga kritikus musik
dengan bekal pengetahuan yang dalam tentang dunia musik dan bahkan guru yang
baik bagi para juniornya. Candaan dan celoteh mereka cukup menghibur dengan
selingan yang cerdas, konyol, dan kocak. Di situ ada ruang demokrasi, muncul
perbedaan pendapat yang kadang tajam, namun tetap dalam suasana keakraban yang
memberi pelajaran bagi yang awam dalam dunia musik.
Jadi,
yang publik amati dan nilai sesungguhnya tidak saja para kontestan, tapi juga
kualitas dan penampilan para jurinya, bahkan perilaku para suporternya.
Kualitas juri maupun peserta program Indonesian Idol terlihat semakin
meningkat. Pemirsa juga melihat sikap juri yang suportif-edukatif, termasuk
perkembangan peserta sejak tahapan awal audisi sampai tahap berikutnya, di sana
terlihat banyak perkembangan dan perubahan dalam berbusana, berinteraksi dengan
penonton, dan tak kalah pentingnya membangun sikap percaya diri serta kesiapan
mental untuk tereliminasi.
Ini suatu
pelajaran hidup yang pasti amat mengesankan dan berpengaruh dalam hidup
seseorang ketika menang atau gagal dalam sebuah pertandingan yang disaksikan
publik secara terbuka. Kedewasaan sikap, terutama siap menang dan siap kalah,
sangat penting bagi siapa pun yang mau bertarung dalam kancah nasional.
Siapa pun
nanti yang masuk tiga besar akan jadi figur publik dan rolemodel bagi
calon-calon peserta Indonesian Idol tahun berikutnya. Jika sekadar hebat
bernyanyi, namun karakternya tidak terjaga, publik pasti akan kecewa dan
menghukumnya serta akan mengurangi wibawa program Indonesian Idol. Saya
merindukan para artis-selebritas Indonesia semakin berkembang dengan disertai
intelektualitas dan integritas sehingga berita mereka tidak selalu sarat gosip
yang tidak sedap.
Modal
tampan, cantik, pintar menyanyi, populer, ketika ditopang dengan
intelektualitas dan integritas sangat terbuka peluangnya untuk meningkatkan
kualitas demokrasi. Siapa tahu ke depan banyak politisi dari kalangan artis
yang benar-benar berkualitas, bukan sekadar mengandalkan popularitas dan
ketampanan atau kecantikan.
Mengutip
Ahmad Dhani, saya merasa senang dan bangga setiap tahunnya bisa ikut membidani
lahirnya penyanyi-penyanyi bagus dan berbakat. Kebanggaan ini menjadi semakin
bermakna ketika para penyanyi itu juga terus mengembangkan intelektualitasnya
dan menjaga integritasnya. []
KORAN
SINDO, 07 Maret 2014
Komaruddin Hidayat ; Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar