Fenomena Tanda Hitam di
Dahi: Benarkah Sunnah?
Oleh: Dafid Fuadi
Dalam Surat Al-Fath ayat 29 dinyatakan, yang
artinya, “Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan
Dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama
mereka. kamu Lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan
keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud” (QS
al Fath:29).
Banyak orang yang salah paham dengan maksud
ayat ini. Ada yang mengira bahwa dahi yang hitam karena sujud itulah yang
dimaksudkan dengan ‘tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas
sujud’. Padahal bukan demikian yang dimaksudkan. Diriwayatkan oleh Thabari
dengan sanad yang hasan dari Ibnu Abbas bahwa yang dimaksudkan dengan ‘tanda
mereka…” adalah perilaku yang baik. Diriwayatkan oleh Thabari dengan sanad yang
kuat dari Mujahid bahwa yang dimaksudkan adalah kekhusyuan. Juga diriwayatkan
oleh Thabari dengan sanad yang hasan dari Qatadah, beliau berkata, “Ciri mereka
adalah shalat” (Tafsir Mukhtashar Shahih hal 546).
Dari Salim Abu Nadhr, ada seorang yang datang
menemui Ibnu Umar. Setelah orang tersebut mengucapkan salam, Ibnu Umar bertanya
kepadanya, “Siapakah anda?”. “Aku adalah anak asuhmu”, jawab orang tersebut.
Ibnu Umar melihat ada bekas sujud yang berwarna hitam di antara kedua matanya.
Beliau berkata kepadanya, “Bekas apa yang ada di antara kedua matamu? Sungguh
aku telah lama bershahabat dengan Rasulullah, Abu Bakr, Umar dan Utsman. Apakah
kau lihat ada bekas tersebut pada dahiku?” (Riwayat Baihaqi dalam Sunan Kubro
no 3698)
Dari Ibnu Umar, beliau melihat ada seorang
yang pada dahinya terdapat bekas sujud. Ibnu Umar berkata, “Wahai hamba Allah,
sesungguhnya penampilan seseorang itu terletak pada wajahnya. Janganlah kau
jelekkan penampilanmu!” (Riwayat Baihaqi dalam Sunan Kubro no 3699).
Dari Abi Aun, Abu Darda’ melihat seorang
perempuan yang pada wajahnya terdapat ‘kapal’ semisal ‘kapal’ yang ada pada
seekor kambing. Beliau lantas berkata, ‘Seandainya bekas itu tidak ada pada
dirimu tentu lebih baik” (Riwayat Bahaqi dalam Sunan Kubro no 3700).
Dari Humaid bin Abdirrahman, aku berada di
dekat as Saib bin Yazid ketika seorang yang bernama az Zubair bin Suhail bin
Abdirrahman bin Auf datang. Melihat kedatangannya, as Saib berkata, “Sungguh
dia telah merusak wajahnya. Demi Allah bekas di dahi itu bukanlah bekas sujud.
Demi Allah aku telah shalat dengan menggunakan wajahku ini selama sekian waktu
lamanya namun sujud tidaklah memberi bekas sedikitpun pada wajahku” (Riwayat
Baihaqi dalam Sunan Kubro no 3701).
Dari Manshur, Aku bertanya kepada Mujahid
tentang maksud dari firman Allah, ‘tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka
dari bekas sujud’ apakah yang dimaksudkan adalah bekas di wajah? Jawaban
beliau, “Bukan, bahkan ada orang yang ‘kapal’ yang ada di antara kedua matanya
itu bagaikan ‘kapal’ yang ada pada lutut onta namun dia adalah orang bejat.
Tanda yang dimaksudkan adalah kekhusyu’an” (Riwayat Baihaqi dalam Sunan Kubro
no 3702). Bahkan Ahmad ash Showi mengatakan, “Bukanlah yang dimaksudkan oleh
ayat adalah sebagaimana perbuatan orang-orang bodoh dan tukang riya’ yaitu
tanda hitam yang ada di dahi karena hal itu adalah ciri khas khawarij (baca:
ahli bid’ah)” (Hasyiah ash Shawi 4/134, Dar al Fikr). Dari al Azroq bin Qois,
Syarik bin Syihab berkata, “Aku berharap bisa bertemu dengan salah seorang
shahabat Muhammad yang bisa menceritakan hadits tentang Khawarij kepadaku.
Suatu hari aku berjumpa dengan Abu Barzah yang berada bersama satu rombongan
para shahabat. Aku berkata kepadanya, “Ceritakanlah kepadaku hadits yang kau
dengar dari Rasulullah tentang Khawarij!”. Beliau berkata, “Akan kuceritakan
kepada kalian suatu hadits yang didengar sendiri oleh kedua telingaku dan
dilihat oleh kedua mataku. Sejumlah uang dinar diserahkan kepada Rasulullah
lalu beliau membaginya. Ada seorang yang plontos kepalanya dan ada hitam-hitam
bekas sujud di antara kedua matanya. Dia mengenakan dua lembar kain berwarna
putih. Dia mendatangi Nabi dari arah sebelah kanan dengan harapan agar Nabi
memberikan dinar kepadanya namun beliau tidak memberinya. Dia lantas berkata,
“Hai Muhammad hari ini engkau tidak membagi dengan adil”. Mendengar ucapannya,
Nabi marah besar. Beliau bersabda, “Demi Allah, setelah aku meninggal dunia
kalian tidak akan menemukan orang yang lebih adil dibandingkan diriku”.
Demikian beliau ulangi sebanyak tiga kali. Kemudian beliau bersabda,
“Akan keluar dari arah timur orang-orang yang
seperti itu penampilan mereka. Dia adalah bagian dari mereka. Mereka membaca al
Qur’an namun alQur’an tidaklah melewati tenggorokan mereka. Mereka melesat dari
agama sebagaimana anak panah melesat dari binatang sasarannya setelah
menembusnya kemudia mereka tidak akan kembali kepada agama. Cirri khas mereka
adalah plontos kepala. Mereka akan selalul muncul” (HR Ahmad no 19798, dinilai shahih
li gharihi oleh Syeikh Syu’aib al Arnauth). Oleh karena itu, ketika kita sujud
hendaknya proporsonal jangan terlalu berlebih-lebihan sehingga hampir seperti
orang yang telungkup. Tindakan inilah yang sering menjadi sebab timbulnya bekas
hitam di dahi? []
Sumber: PCNU Jombang – Jawa Timur
Tidak ada komentar:
Posting Komentar