Lompatan dari
Kegalauan Keri
Senin, 07 Januari
2013
Lupakan dulu soal
kecelakaan di lereng Gunung Lawu Sabtu sore lalu. Meski mobil Tucuxi yang saya
kemudikan hancur, saya baik-baik saja. Lecet sedikit pun tidak. Ketika bangun
pagi Minggu kemarin memang badan terasa njarem dan ubun-ubun kemeng. Tapi,
rasanya itu hanya karena dampak benturan yang hebat.
Minggu pagi itu saya
sudah bisa ke Nganjuk, Jawa Timur, untuk bertemu masyarakat di hutan jati milik
Perum Perhutani. Saya memang lagi belajar apa yang bisa saya lakukan untuk
pengentasan kemiskinan di sekitar hutan. Sebelum kecelakaan itu saya keliling
hutan di Randublatung, Blora, dan Purwodadi, Jawa Tengah, untuk mendalami
persoalan masyarakat sekitar hutan.
Lupakan dulu kecelakaan
itu. Memang begitu banyak pelajaran yang saya peroleh dari keputusan saya
menabrakkan mobil listrik itu ke tebing, tapi sebaiknya kita bahas lain kali
saja. Lebih baik kali ini kita bicarakan apa yang akan hebat tahun ini.
Akan ada kejutan dari
Universitas Padjadjaran, Bandung, khususnya dari fakultas farmasi. Di
universitas itu baru saja ditemukan dua macam obat yang sangat penting bagi
dunia: obat kolesterol dan diabetes!
Tim Unpad yang
menemukan obat kolesterol dan diabetes pertama berbasis non-chemical itu
dipimpin seorang ahli yang mumpuni, peneliti yang tangguh, doktor yang
cumlaude, wanita yang sangat cantik bernama: Keri Lestari Dandan.
Tim Unpad sudah
sepakat untuk bersama BUMN mewujudkan penemuan itu untuk Indonesia dan dunia.
Berita penemuan penting ini sudah menyebar luas ke kalangan farmasi dunia.
Sejak itu Doktor Keri diincar banyak negara. Yang paling serius adalah Korea
Selatan. Maklum, obat yang ditemukan Dr Keri bukan saja termasuk yang paling
banyak diperlukan masyarakat, tapi juga yang pertama yang tidak menggunakan
bahan kimia.
Mereka berebut
mendapatkan hak paten dari Dr Keri. Memang sudah banyak beredar obat untuk
dua jenis penyakit itu, namun semuanya berbasis kimia. Padahal, dunia kian
menghindari yang serbakimia. Mulai obat kimia, makanan yang mengandung kimia,
sampai kosmetik yang berkimia.
Obat temuan Dr Keri
ini berbasis alami. Bahan bakunya buah pala. Hebatnya, Dr Keri tidak hanya bisa
mengubah pala menjadi obat-obatan herbal, tapi sudah langsung memprosesnya
sebagai obat fitofarmaka: obat tradisional dari bahan alam yang dapat
disetarakan dengan obat modern karena proses pembuatannya yang telah
terstandar, ditunjang dengan bukti ilmiah sampai dengan uji klinik pada
manusia. Pemberiannya kepada pasien harus melalui resep dokter.
Biasanya bahan-bahan
alami diolah sebatas untuk jamu atau herbal dan paling tinggi herbal
terstandar. Tapi, Dr Keri menemukannya untuk obat fitofarmaka.
Mengingat uji klinis
sudah dilakukan, disepakatilah 17 Agustus tahun ini sudah harus diproduksi.
BUMN sudah menugasi PT Kimia Farma (Persero) Tbk untuk memproduksi dan
memasarkannya. Direktur Utama Kimia Farma yang baru, Rusdi Rosman, yang juga
lulusan Fakultas Farmasi Unpad, sudah menyanggupinya.
“Akan kami produksi
di pabrik kami yang di Bandung,” ujar Rusdi. “Agar lebih dekat dengan Unpad,”
tambahnya.
Tentu saya sangat
bangga pada kerja sama BUMN dengan Unpad ini. Begitu gigihnya pihak luar negeri
ingin mendapatkan penemuan ini. Tapi, Unpad dan Dr Keri tetap mempertahankannya
untuk Merah Putih.
Kimia Farma kini
memang sudah lebih kuat. Harus mampu mewujudkannya. Labanya pada 2012 sudah
meningkat menjadi lebih dari Rp 200 miliar. “Memang, kalau temuan ini kami
lepas, banyak yang memperebutkannya,” komentar Rusdi Rosman.
Obat antikolesterol
adalah obat kedua yang paling banyak dibutuhkan masyarakat. Mencapai 15 persen.
Sedangkan obat diabetes berada di urutan ketiga yang mencapai 12 persen. Urutan
pertama adalah obat kanker, 18 persen.
Mengingat pasar
obat-obatan di Indonesia sangat besar (mencapai Rp 50 triliun tahun ini), tentu
kita tidak rela kalau pasar tersebut tersedot ke luar negeri. Pabrik-pabrik
obat di dalam negeri, termasuk pabrik obat tradisional, harus berjuang
mati-matian untuk merebutnya. Temuan Dr Keri adalah salah satu senjata penting
untuk pertempuran itu.
Setelah sukses
memproduksi temuan Dr Keri dalam bentuk fitofarmaka, Kimia Farma juga akan
memproduksinya dalam bentuk herbal terstandar. Tapi, demi Indonesia, saya minta
Kimia Farma memprioritaskan yang fitofarmaka dulu.
Kerja sama BUMN-Unpad
tersebut bermula pada pertengahan tahun lalu. Waktu itu saya diminta memberikan
keynote speech di acara besar di Fakultas Farmasi. Hari itu saya tidak mau
memberikan pidato. Dari atas podium saya langsung saja menantang para farmasis
yang hadir di aula besar itu: apa yang diinginkan dari saya.
Ternyata banyak yang
angkat tangan. Dalam hati saya berpikir: lebih penting para farmasis itu bicara
daripada saya yang pidato. Belum tentu saya bisa pidato bagus mengenai
obat-obatan. Saya tidak tahu banyak bidang itu. Dan lagi, di zaman Twitter ini,
siapa yang masih mau mendengarkan pidato?
Ternyata betul. Semua
yang angkat tangan itu mengemukakan masalah yang penting di dunia pengobatan.
Terutama menghadapi akan berlakunya BPJS: dokter galau, farmasis galau, rumah
sakit galau, dan pedagang obat juga galau.
Termasuk para
peneliti di universitas pun galau. Temuan-temuan mereka kurang mendapat perhatian.
Saat itu juga, I Gede
Subawa, Dirut PT Askes (Persero) yang juga hadir, saya minta maju. Saya minta
untuk dibentuk tim kecil antara BUMN bidang kesehatan dan ahli-ahli farmasi
dari Unpad. Saya beri batas waktu dua minggu untuk merumuskan: apa yang bisa
dilakukan bersama.
Kurang dari dua
minggu Dr Keri dan tim dari Unpad ternyata sudah datang ke ruang kerja saya
membawa konsep lengkap tentang apa yang harus dikerjakan. Saya juga
menghadirkan para Dirut BUMN bidang kesehatan.
Ada Dirut Kimia Farma
Rusdi Rosman, Dirut PT Indofarma (Persero) Tbk Djakfaruddin Junus, Dirut PT Bio
Farma (Persero) Iskandar, Dirut PT Phapros Tbk, anak perusahaan PT RNI
(Persero), Erlangga Tri Putranto, dan Dirut Askes I Gede Subawa.
Mendengar paparan Dr
Keri yang begitu hebat, saya langsung berunding dengan tim BUMN kesehatan
tersebut. Saat itu juga kami putuskan penemuan Dr Keri tidak boleh lari ke luar
negeri!
BUMN kesehatan mampu
mewujudkan jerih payah tim Unpad ini menjadi kenyataan yang bermanfaat bagi
masyarakat luas. Apalagi, uji klinik fase pertama sudah berhasil dilakukan. Uji klinik terakhir
sudah hampir selesai, yang nadanya juga sangat positif.
Kami bertekad tidak
perlu lagi impor obat kolesterol dan diabetes yang begitu besar. Bahkan, kita
harus ekspor. Maka kami putuskan, Agustus tahun ini jadi tonggaknya!
Dahlan Iskan, Menteri
BUMN
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar