Selasa, 22 Januari 2013

(Hikmah of the Day) Kelahiran Nabi Anugerah Terbesar


Kelahiran Nabi Anugerah Terbesar

 


 

Bulan Rabiul awal yang biasa disebut bulan maulid adalah bulan yang tidak pernah terlupakan oleh orang muslim, karena pada bulan ini seorang putra terbaik dari Bani Hasyim Bangsa Arab, sesosok pemuda teladan yang kemudian menjadi pemimpin terbesar dunia telah dilahirkan, tepatnya pada hari Senin tanggal 12 Rabiul awal, bertepatan dengan 20 April 571 M.

 

Muhammad, nama ini selalu dikenal seantero penjuru dunia. Dia telah berhasil merubah wajah dunia menjadi bermakna, dari gelap menjadi terang, dari kebodohan menjadi berperadaban. Dialah seorang yang telah mengantarkan manusia kepada nilai kemanusiaannya yang tinggi, dialah yang telah mengembalikan manusia kepada keberadaan yang sebenarnya yaitu mulia dan sempurna sebagaimana pertama kali dimaksudkan.

 

Beberapa peristiwa luar biasa mengiringi kelahiran beliau, diantaranya adalah padamnya api pemujaan di Persi yang seribu tahun sebelumnya tak pernah padam sama sekali, hancurnya pasukan bergajah yang dipimpin Abrahah yang hendak menghancurkan ka’bah. Mereka hancur ditimpa batu - batu panas yang dibawa burung-burung ababil yang sengaja dikirim Allah untuk membatalkan niat busuk mereka, serta banyak lagi kejadian luar bisa lainnya.

 

Kenyataan ini tentu saja membuat kita merasa berterima kasih dengan kedatangannya. Sebagaimana laiknya kita sebagai umatnya, memperingati hari dan bulan ini sebaik-baiknya dengan melihat dan membaca kembali sejarah perjalanan pribadi dan kepribadian beliau. Allah selalu membimbing, mengarahkan dan mengingatkan orang - orang yang menginginkan kehidupan Ahirat. Dalam konteks ini Allah menguraikan dalam Al Qur’an Surat Al-Ahzab ayat 21:

 

لقد كان لكم في رسول الله أسوة حسنة لمن كان يرجو الله واليوم الآخر وذكر الله كثيرا

 

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” QS Al-Ahzab 21.

 

Dalam firman ini Allah menegaskan bahwa orang-orang yang menginginkan kehidupan Ahirat, maka hendaklah mereka meniru kepribadian Rasulullah saw. Menjadikan Rasulullah sebagai panutan dan suri tauladan, bukan kepada yang lain. Sebuah pengakuan jujur dari seorang penulis non Muslim telah dituangkan dalam buku seratus tokoh dunia tentang pribadi Nabi Muhammad Saw. Penulis buku ini telah menempatkan Nabi Muhammad Saw pada tingkat pertama disusul oleh tokoh-tokoh dunia lainnya.

 

Ini semua karena beliau Nabi Muhammad telah berhasil menghapuskan segala bentuk penindasan kepada masyarakat yang lemah, beliau menghapuskan sistim perbudakan yang jelas-jelas merendahkan martabat manusia, beliau tutup jurang pemisah antara yang kaya dan miskin, beliau persatukan manusia yang semula bermusuhan dan menjadikan mereka bersaudara, beliau berhasil meletakkan landasan kemanusiaan, yaitu bahwa tidak ada perbedaan antara satu suku dengan lainnya, bangsa satu dengan bangsa lainnya, komunitas satu dengan komunitas lainnya apapun warna kulit dan keturunannya, tidak ada yang membedakan mereka kecuali takwanya kepada Allah, inilah nampaknya yang dimaksudkan

 

Allah SWT dalam firman-Nya :

 

وما أرسلناك إلا رحمة للعالمين

 

“Dan tiadalah Kami mengutus kamu (Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” QS Al-Anbiya 107.

 

Dengan ayat ini, jelaslah bahwa Nabi Muhammad Saw diutus ke dunia ini bukan hanya untuk satu golongan atau komunitas tertentu, melainkan untuk kesejahteraan manusia sedunia. Oleh karena itulah, beliau memiliki sifat-sifat kepemimpinan yang luar biasa, mempunyai sifat keberanian dalam membawa kebenaran.

 

Kelemahan umat Islam sekarang ini, diantaranya adalah, mereka telah melupakan pribadi dan sifat-sifat beliau. Mereka tidak lagi meneladani kepribadian beliau. Para pemimpin tidak lagi meniru gaya kepemimpinan Rasul yaitu pimpinan yang berani menegakkan kebenaran. Pedagang tidak lagi meniru praktek dagang yang pernah dilakukan Rasul. Orang tua tidak lagi mempraktekkan gaya Rasul. Guru tidak lagi mempraktekkan cara beliau mendidik generasi mudanya. Masyarakat telah melupakan panutan ini, sehingga ahirnya mereka menjadi masyarakat yang terombang ambing kehidupan dunia yang melenakan.

 

Semangat bulan maulid ini, yang selalu diperingati dengan pembacaan barzanji, pembacaan sholawat, pembacaan Marhaban serta lainnya merupakan sebuah titik tolak ukur kita untuk bersama-sama membaca kembali sejarah kepribadian Nabi dan menjadikannya sebagai satu-satunya panutan yang akan menghiasi lembar demi lembar kehidupan kita bersama. Jadi tidak salah bahwa kelahiran nabi yang telah dinanti-nantikan pada masa jahiliyah merupakan anugerah terbesar dari Allah SWT, sehingga sampai saat ini kita merayakannya dengan cara kita masing-masing. Kelak kita akan mendapatkan syafaat Nabi diakhir kelak. Amiiin. []

 

Mahsun Muhammad MA

Dewan Pengasuh Pondok Pesantren Dar Al Tauhid Arjawinangun Cirebon & Dosen Tasawuf di Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) Cirebon

 

Sumber: NU Online

Tidak ada komentar:

Posting Komentar