Hakikat Makna Taqwa
إنَّ
الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ
بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ
اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ
الْقِيَامَةِ. يَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ
فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا
اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ
مُّسْلِمُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ
الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ
مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ
بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا. يَا أَيُّهَا
الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ
لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ
وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Marilah bersama-sama kita saling menasehati
akan pentingnya meningkatkan ketaqwaan kepada Allah swt. sesungguhnya ketaqwaan
merupakan kunci menuju kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Jama’ah Jum’ah yang Dirahmati Allah
Seringkali kita mendengar istilah taqwa’
begitu seringnya sehingga tidak terpikir oleh kita apakah sejatinya makna
taqwa. Seolah-olah ketika telinga kita menangkap kata ‘taqwa’ maka sudah
menjadi mafhum bahwa yang dimaksudkan adalah menjalankan berbagai amal shaleh.
Padahal tidak selamanya demikian.
Memang, sebagain ulama mempermudah pemahaman
taqwa dengan menjelaskan bahwa taqwa adalah ’imtitsalul awamiri waj tinabun
nawahi’ mengerjakan segala perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya.
kalimat sederhana yang terkesan sangat global. Sehingga mudah diingat namun
susah dicerna dan dijabarkan, mungkin karena terlalu singkat.
Oleh karenanya dalam kesempatan ini khatib
ingin sekali menerangkan makna taqwa sebagaimana diterangkan oleh Sayyidina Ali
Karromallahu wajhah yang dikutip dalam kitab al-Manhajus Sawi, oleh al-allamah
al-Muhaqqiq al-Habib Zain bin Ibrahim bin Smith. Sayyidina Ali membeberkan
kepada kita makna taqwa yang terbentang dalam empat hal yaitu; الخوف من الجليل والعمل بالتنزيل والقناعة بالقليل والإستعداد
ليوم الرحيل
Bahwa taqwa adalah takut kepada Allah yang
bersifat Jalal, dan beramal dengan dasar al-Qur’an (at-tanzil) dan menerima
(qona’ah) terhadap yang sedikit, dan bersiap-siap menghadapi hari akhir
perlihan (hari akhir).
Jama’ah jum’ah yang berbahagia
Pertama; Al-khaufu minal Jalil artinya bahwa
taqwa itu akan menjadikan seseorang merasa takut kepada Allah swt yang memiliki
sifat Jalal. Takut melanggar berbagai aturan dan ketentuan-Nya. Sehingga apapun
yang akan diperbuatnya selalu dipertimbangkan terlebih dahulu. Tangan tidak
akan digunakan untuk memungut benda yang bukan miliknya tanpa izin. Kaki tidak
digunakan untuk berjalan ke aarah yang salah, demikian juga mata dan telinga
tidak akan difungsikan sebagai alat mendurhakai-Nya.
Maka taqwa dalam bingkai Al-khaufu minal
Jalil, lebih bernuansa ‘penghindaran dan pencegahan’ dari pada ‘pelaksanaan’.
Karena sesungguhnya ‘ketakutan’ itu akan menyebabkan seseorang enggan melakukan
tindak kesalahan. Seperti halnya seorang anak kecil yang takut bermain air
hujan karena takut kepada orang tuanya.
Kedua; wal ‘amalu bit tanzil, menghindari
sesuatu karena takut kesalahan dalam konsep taqwa tidak lantas menjadikan
seseorang tidak berbuat apa-apa, karena hal taqwa juga menuntut tindakan baik
yang berdasar pada al-Qur’an yang diturunkan (at-tanzil) sebagai pedoman hidup
dan dasar bersyariat bagi kaum muslim.
Maka segala ‘amal orang yang bertaqwa
berdasar pada al-Qur’an, dan mereka tidak akan melakukan sesuatu secara
serampangan tanpa adanya dalil yang mendasarinya baik al-Qur’an, Hadits, Ijam’
maupun qiyas.
Jama’ah jum’ah yang Dimuliakan Allah
Ketiga; al-Qana’atu bil Qalil, artinya orang
yang bertaqwa akan selalu merasa cukup dengan rizki yang sedikit, sesungguhnya
orang yang memiliki rizqi yang sedikit dan merasa cukup dengan rizqi tesebut
adalah bukti sekaligus tanda bahwa orang itu dicintai oleh Allah swt.
Sebagaimana yang disabdakan rasulullah saw.
إن
الله إذا أحب عبدا رزقه كفافا
Bahwa jika Allah mencintai seorang hamba ia
akan memberikan rizki yang pas-pasan kepadanya.
Artinya pas-pasan adalah tidak memiliki
kelebihan selain untuk menutupi kebutuhan pokoknya, inilah tanda orang taqwa
yang dicintai Allah swt. Oleh karena itu dalam kenyataannya tidak seorangpun
hamba yang hidup pas-pasan bertindak secara berlebihan, berhura-hura dan doyan
belanja. Karena berbagai macam keglamouran hidup itu sangat dibenci oleh Allah
swt. menyebabkan manusia melupakan Tuhannya. Itulah bukti hamba itu dicintai
oleh Allah.
Berbeda sekali dengan seorang yang memiliki
limpahan harta yang berlebih. Maka di kala waktu luang setan akan segera
menghampirinya dan membujuk untuk berbuat hura-hura, jalan-jalan berekreasi ke
tepi pantai atau santai santai di menikmati keremangan malam atau malah mencari
kesibukan diluar pengetahuan pasangannya. Sesungguhnya Allah tidak mencintai
orang-orang yang sepertin ini.
Maka menjadi amat penting memeperhatikan
sabda Rasulullah saw selanjutnya yang berbunyi:
طوبى
لمن هدي الإسلام وكان رزقه كفافا ورضي به
Beruntung sekali orang (yang mendapatkan
petunjuk)Islam, yang mempunyai rizqi pas-pasan dan rela dengan rizqi (yang
pas-pasan) itu.
Ridhda atau rela dengan kesedikitan itu
menjadi satu sarat tersendiri. Sebagai pertandanya orang tersebut tidak pernah
berkeluh-kesah akan keadaanya. Banyak sekali hamba yang merasa cukup dengan
rizqi yang diterimanya, saying sekali ia sering keluhan-keluhan. Sesungguhnya
hal yang demikian itu mengurangi ketaqwaan.
Dan keempat, al-isti’dadu li yaumir rakhil,
adalah bersiap-siap menghadapi hari perpindahan. Perpindahan dari alam dunia ke
alam kubur lalu ea lam akhirat. Artinya segala amal orang yang bertaqwa
senantiasa dalam ranga menyiapkan diri akan hadirnya hari kematian. yaitu hari
keberangkatan dari alam dunia menuju alam akhirat.
Oleh karena itu ketika Rasulullah ditanya
“siapakah manusia yang paling cerdas dan paling mulia di hadapan Allah?” beliau
menjawab mereka adalah manusia yang أكثرهم ذكرا للموت
وأشدهم إستعدادا له Manusia yang paling banyak mengingat kematian dan
paling semangat mempersiapka diri menghadapinya.
Ini juga merupakan tuntunan praktis bagi umat
muslim meningkatkan ketaqwaannya, yaitu selalu mengingat kematian Karena,
seorang yang mengingat kematian ia tidak akan mudah terjerumus dalam kubangan
dosa.
Demikianlah khotbah jum’ah kali ini. Semoga
bermanfaat bagi kita semua.
بَارَكَ
اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإيَّاكُمْ ِبمَا
ِفيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذكْر ِالْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ
تِلاَوَتَهُ إنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ
للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ.
وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ
وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ
رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ
وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًااَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا
النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَىوَاعْلَمُوْا
اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ
ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ
عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا
تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ
وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ
الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ
وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ
الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ
الرَّاحِمِيْنَاَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ
وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ
اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ
وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ
مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ
اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ
وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا
وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ
اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى
الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا
لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا
بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ
وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ
اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ
اللهِ اَكْبَرْ
Sumber: NU Online
Tidak ada komentar:
Posting Komentar