Jumat, 18 Januari 2013

Cak Nun: Nyicil Simpati Kepada Setan


Nyicil Simpati Kepada Setan

Oleh: Emha Ainun Nadjib

 

Tulisan ini saya bikin dengan mencuri waktu di sela-sela forum, menyelinap beberapa momentum untuk bisa menulis. Kerja saya seperti Setan: berupaya pandai menggali peluang untuk memasukkan partikel energi dan nilainya ke pori-pori kejiwaan manusia.

 

Dan untuk manusia di jaman ini, hal yang dilakukan Setan semacam itu bukan pekerjaan sulit, karena manusia sudah hampir tidak memiliki pertahanan apapun terhadap penetrasi Setan.

 

Juga karena manusia sudah semakin tidak mengenali dirinya sendiri, apalagi mengenali Setan, sehingga tidak pernah secara sadar atau instinktif mengetahui apakah ia sedang dipengaruhi oleh Setan, apakah sedang berjalan didorong dan dimotivasi oleh Setan, apakah ia sedang menyelenggarakan sesuatu yang pengambil keputusan sebenarnya adalah Setan di dalam dirinya.

 

Tentu saja Setan tidak bisa kita pandang dengan terminologi materi atau jasadiyah. Ia lebih merupakan enerji, atau gelombang. Sedemikian rupa manusia harus mempelajari dirinya sendiri: dari wujud materiilnya, psiche-nya, roh atau rohaninya.

 

Kita sedang meyakini bahwa kita adalah manusia, adalah makhluk sosial, adalah warganegara Indonesia, adalah bagian dari masyarakat dunia, adalah kaum profesional, adalah Ulama, anggota Parlemen, pejabat, aktivis Ornop, golongan intelektual atau apapun. Tetapi itu semua adalah termin-termin yang sangat materiil, baku dan elementer. Sesungguhnya kita tidak benar-benar mengenali diri kita pada atau sebagai dimensi-dimensi yang lebih substansial.

 

Kita, pada konteks tertentu, dan itu sangtat serius dan merupakan mainstream: mungkin sekali adalah boneka-bonekanya Setan. Kita hanya robot yang diremot oleh kehendak Setan. Kita hanya instrumen dari kemauan-kemauan Setan.

 

Anda mungkin menganggap saya main-main retorika. Tidak. Ini sungguh-sungguh. Jangan mengandalkan ilmu pengetahuan baku dari sekolahan dan universitas, sebab penelitian-penelitian di wilayah itu tidak akan sampai pada hipotesis, identifikasi atau invensi tentang Tuhan, Malaikat, Iblis, Jin dlsb — yang sesungguhnya merupakan wujud nyata sehari-hari kehidupan kita.

 

Kita sedang menghabiskan waktu untuk bermain-main menunggu kematian tiba. Mainan kita namanya Negara, demokrasi, Pemilu, clean governance, pengajian, tausiyah, mau’idhah hasanah, band dan lagu-lagu, tayangan dan sinetron…. Semua itu tidak benar-benar kita pahami bahwa bukanlah kita subyek utamanya.

 

Tentu ini semua harus sangat panjang ditelusuri, dianalisis, dipaparkan dan disosialisasikan. Tulisan ini sekedar membukakan pintu agar manusia mulai mempelajari Setan, sebagai salah satu metoda paling pragmatis dan efektif untuk mengenali dirinya. Sebab hanya dengan benar-benar mengenali dirinya maka manusia akan bisa berpartisipasi untuk turut menjamin keselamatan dirinya, keluarganya, anak cucunya, lewat Negara, sistem sosial atau apapun.

 

Anda semua semua sedang menjadi korban tipu daya dari segala sesuatu yang Anda sangka kemajuan, kesejahteraan, pembangunan, segala yang indah-indah di layar teve, di halaman koran, di kantor-kantor pemerintahan dan perusahaan, bahkan di pasar, di panggung, di gardu dan di manapun.

 

Tolong jangan membantah dulu sebelum mempelajari Setan, dalam segala wilayah, konteks dan skala. Pelajari setan untuk individumu, untuk keluargamu, untuk keselamatan anak-anakmu tahun-tahun yang akan datang, untuk masyarakat dan bangsamu. Tuhan bilang “Mereka melakukan tipu daya, dan Aku juga…. Aku kasih waktu sejenak kepada mereka….”

 

Jatah untuk menyembuhkan diri bagi bangsa kita sudah berlalu. Ramadlan dan Idul Fitri sudah kita lalui tanpa makna apa-apa. Metabolisme zaman sudah tiba di putaran di mana kita memerlukan jangka waktu yang akan jauh lebih lama lagi untuk bisa menyembuhkan dan menyelamatkan kita semua sebagai bangsa. Segala sesuatu sudah kita jalani, kita junjung, tanpa melahirkan paradigma baru apapun di bidang apapun. Indonesia sudah “mati”. Tahun 2008-2015 akan semakin terpecah, semakin tertipu daya, semakin lapar dan panas, semakin stress dan deppressed, karena kita sendiri sudah terbiasa menipu daya diri kita sendiri.

 

Semua sisi kehidupan kita sudah palsu. Setan bilang kepada saya: “Tidak ada tantangan lagi. Manusia bukan tandingan Setan sama sekali. Manusia sangat mudah kami kendalikan. Sangat tidak memiliki kepegasan dan ketahanan untuk mempertahankan kemanusiaannya. Sungguh sudah tidak menarik lagi bertugas sebagai Setan….”

 

Di dalam Kitab Suci ada disebutkan: “Dan ketika dikatakan kepada Malaikat: Bersujudlah kepada Adam, maka bersujudlah mereka, kecuali Iblis, karena sombong dan lalai…”

 

Diam-diam dibisikkan kepada saya oleh Setan: “Kami sengaja tidak bersujud kepada Adam, kami minta satu periode zaman saja kepada Tuhan untuk membuktikan argumentasi kenapa kami tidak bersujud kepada Adam. Hari ini saya nyatakan: Tidak relevan Iblis bersujud kepada Adam, karena anak turun Adam sekarang terbukti sangat beramai-ramai dan kompak menyembah Iblis….” []

Tidak ada komentar:

Posting Komentar