Ramadhan Bukan Bulan Bermalas-malasan
Oleh: Junaidi Khab*
Seperti hari-hari biasanya ketika kita
menjalankan aktifitas sehari-hari, jiwa selalu penuh kepulan semangat. Semangat
karena kita memang mendapatkan energi yang cukup dan imbang dari makan dan
minum berbagai makanan dan minuman yang bergizi. Namun ketika kita akan
menghadapi bulan Ramadhan, semangat kita sedikit-banyak sudah mulai menurun.
Itu karena dengan alasan tidak boleh makan dan tidak boleh minum. Sungguh
manja!
Asumsi yang semacam ini memang merupakan
naluri manusia yang tidak bisa dielakkan dari kehidupan. Karena manusia hidup
identik dengan makan dan minum, tidak lebih dari itu. Bekerja hanya untuk
hidup, belajar untuk hidup, dan berdoa hanya untuk hidup. Dengan datangnya
bulan Ramadhan ini, semangat bekerja, beribadah, belajar, dan semacamnya tidak
boleh dikurangi. Bahkan jika perlu dengan semangat keramadhanan, kegiatan itu
harus lebih bermakna dan berkualitas.
Dengan kedatangan bulan Ramadhan mayoritas
masyarakat menghabiskan waktu berpuasa hanya dengan tidur-tiduran saja. Mereka
tidak seperti hari-hari biasanya, hari-hari mereka hanya kebanyakan diisi
dengan banyak istirahat (tidur). Mereka berdalil dengan beralasan bahwa
tidurnya orang berpuasa adalah ibadah. Tidur pagi hingga bangun sore, lebih
nista bahkan kadang-kadang salat yang wajib dikerjakan semua ditinggal. Itu
semua menyimpang dari ajaran-ajaran yang memang diajarkan dalam agama Islam.
Semestinya sebagai umat Islam dalam melaksanakan ibadah puasa tidak banyak
mengucapkan dali-dalil yang hanya untuk membela kepentingan pribadinya.
Memang diakui atau tidak, dalam menjalankan
ibadah puasa, kita akan kehabisan tenaga dan semangat. Tenaga dan semangat
memudar akibat terlalu banyak aktifitas yang kita lakukan tanpa ada asupan dari
mulut. Namun, meskipuun demikian kita tidak harus meninggalkan aktifitas
sebagaimana mestinya dalam kehidupan sehari-hari.
Kita bangun Ramadhan ini dengan semangat yang
lebih membara dari hari-hari sebelumnya. Bulan yang penuh berkah dan rahmat
sepantasnya kita menumbuhkan semangat baru dengan kegiatan-kegiatan yang
positif yang layak kita lakukan dan mendatangkan manfaat bagi bangsa dan
negara. Itu bisa dilakukan dengan menyadari betapa pentingnya hidup bersemangat
meskipun kita dalam keadaan tidak makan dan tidak minum. Saatnya nafsu
dibentengi dari berbagai sifat hewani lewat makna di balik puasa bulan
Ramadhan.
Menghadapi bulan Ramadhan setidaknya kita
memiliki kreatifitas-kreatifitas jitu yang baru dalam menempuh hidup seutuhnya
dengan meningkatkan semangat hidup dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Kreatif tidak berarti dengan hidup kenyang, akan tetapi hidup kreatif merupakan
hidup yang bisa mendatangkan pemikiran dan aktifitas yang produktif demi
menempuh kehidupan ini, Ramadhan bukanlah alasan untuk bermalas-malasan
menjalani kehidupan untuk terus berkreasi.
Ramadhan untuk Semua
Istilahnya saja Ramadhan, bulan umat Islam
yang beriman di seantero dunia untuk melaksanakan ibadah puasa yang telah
digariskan oleh Allah Swt dalam firman-Nya. “Hai orang-orang yang beriman,
diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum
kalian agar kamu bertakwa” (QS. Al Baqarah: 183). Ramadhan dalam ayat tersebut
tak lain merupakan suatu estafet bagi umat Islam dan umat manusia secara umum
untuk berpuasa dan sebagai pegangan hidup untuk bertakwa. Yaitu menghindari
segala larangan Tuhan (keburukan) dan melaksanakan segala perintahnya
(kebaikan).
Istilah bertakwa bukan untuk kalangan muslim
saja, namun untuk semua kalangan selain komunis bahkan secara tidak langsung
komunis pun dianjurkan untuk bertakwa meski tak bertuhan. Takwa tak lain
merupakan tameng manusia untuk melindungi dirinya dari kebejatan hidup yang
merugikan dirinya sendiri dan orang lain. Melalui puasa di bulan Ramadhan ini
merupakan jalan menuju takwa itu dengan berpuasa. Banyak sekali renungan di
balik puasa Ramadhan ini. Salah satunya berbagi dengan mereka yang tidak mampu
yaitu pengeluaran zakat oleh mereka yang mampu.
Baik pejabat, konglomerat, kiai, presiden,
dan para pegawai negara yang beraliran Islam harus memegang estafet keagamaan
ini secara erat. Berpuasa dengan tujuan bertakwa, sama dengan menghindari
tindakan amoral seperti tidak melakukan korupsi. Sejatinya takwa yang diajarkan
pada bulan Ramadhan itu melarang umat manusia untuk berlaku korup. Yang
mengherankan, Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam menduduki
level negara terkorup di Asia.
Bukan mereka tidak berpuasa ketika Ramadhan
sehingga nilai ketakwaan takut dengan larangan Tuhan sirna begitu saja. Jangan
menyalahkan puasa sebagaimana firman-Nya sebagai sarana menjadi manusia yang
bertakwa. Namun, lihat sejauh mana mereka meniatkan puasa. Ini lagi tergantung
niat yang dialunkan oleh suara hatinya. Jika niatnya benar, dengan kehendak
Tuhan Yang Maha Kuasa nilai takwa dari puasa itu akan merasuk ke dalam hati
tiap jiwa sebagai pencerah menuju sinar takwa.
Mari kita niatkan puasa sebagai sarana ibadah
untuk mengharap rido ilahi. Sebagai sarana menggapai takwa guna menahan nafsu
bejat yang bersemayam dalam hati setiap manusia. Jangan malasa untuk tidak
takwa. Dengan takwa itu segala kerusakan kehidupan, baik sosial, pendidikan,
berbangsa dan bernegara akan mudah diselesaikan. Yang lebih akut lagi, takwa
akan memberikan tameng bagi manusia agar tidak korupsi dan melakukan tindakan
amoral lainnya seperti pencabulan, bulliying hingga pemerkosaan yang terkadang
sampai pada pembunuhan.
* Junaidi Khab
Penulis adalah Wakil Direktur Gerakan IAIN
Sunan Ampel Menulis (Gisam) IAIN Sunan Ampel Surabaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar