Senin, 29 Juli 2013

Gus Mus: Pesantren Kilat


Pesantren Kilat

Oleh: KH. Dr. A. Mustofa Bisri

 

Ramadhan adalah bulan mulia yang memberikan kesempatan kepada kamu untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Nah, gunakan sebaik-baiknya waktu kamu pada bulan Ramadhan ini untuk memperbanyak ibadah dan pengetahuan keagamaan.

 

Pada awal-awal bulan ramadhan yang telah lewat, kita menyaksikan dan melihat banyak lembaga-lembaga pendidikan dan takmir/remaja masjid sibuk untuk mengadakan kegiatan-kegiatan yang bernafaskan islami pada awal-awal bulan ramdhan. Tradisi mengadakan kegiatan-kegiatan islami selama bulan ramadhan, khususnya pada awal minggu pertama, agar bulan yang penuh berkah ini diisi dengan ibadah.

Kegiatan selama bulan ramadhan sudah pasti bernuansa rohani, seperti siraman rohani dan bimbingan khusus untuk menjalankan ibadah puasa dengan khusyuk. Salah satu kegiatan positif yang dapat memperdalam ilmu-ilmu agama adalah pesantren kilat. Pesantren kilat sering diadakan oleh lembaga-lembaga pendidikan formal, mulai dari Sekolah Dasar (SD) sampai Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) dengan cara mewajibkan para siswa/siswinya untuk mengikuti pesantren kilat.


Tempat untuk mengadakan pesantren kilat tidak hanya dilaksanakan di dalam gedung-gedung sekolah atau ruang masjid tetapi ada juga yang mengadakan pesantren kilat di ruang terbuka, seperti pegunungan dan di padepokan-padepokan taman wisata yang jauh dari kerumunan orang-orang banyak yang tujuan utamanya adalah supaya bisa khusyuk dan serius dalam menjalankan ibadah.


Pesantren kilat umumnya dilaksanakan selama satu atau dua minggu pada awal bulan ramadhan. Materi yang diberikan pada pesantren kilat biasanya kegiatan-kegiatan yang bernafaskan rohani dan pendalaman ilmu-ilmu agama, misalnya membaca Al-Qur'an, praktik wudlu, shalat, tayamum, adzan, menghafal surat-surat pendek dan ayat-ayat pilihan, doa-doa, mendengarkan ceramah, dan berdiskusi tentang keislaman. Tetapi pada akhir-akhir ini, materi pesantren kilat tidak hanya mempelajari ilmu-ilmu religius tetapi juga ada materi-materi umum seperti, psikologi yang menenkankan pentingnya mengetahui siapa manusia itu sebenarnya dan bagaimana harus berintraksi antara satu dengan yang lain, outbound atau permainan di luar ruangan, pentas musik, pentas teater, dan sebagainya.


Misalnya saja pesantren kilat yang dilaksanakan oleh RISKA (Remaja Islam Sunda Kelapa) yang dilaksanakan di daerah Cisalak, Bogor, Jawa Barat. Dengan bertempat di alam terbuka peserta diharapkan bisa mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Kuasa dengan merenungkan ciptaan-Nya. Pesantren kilat yang laksanakan oleh RISKA tidak hanya diisi materi-materi agama tetapi peserta juga akan diajak untuk mengunjungi Lembaga Pemasyarakatan (LP) khusus wanita di Tangerang.


Manfaat mengikuti pesantren kilat adalah selain mendapatkan ilmu agama dan dapat menjalankan ibadah puasa dengan khusus juga memperoleh banyak pengalaman berharga misalnya, berlatih mandiri, rasa sosial dan setia kawan jadi lebih meningkat, serta memupuk rasa kebersamaan.


Pesantren kilat tampaknya dapat dijadikan alternatif pendidikan islami bagi siswa sekolah umum di kota-kota besar yang relatif kurang mendapatkan pelajaran keagamaan.  Pesantren kilat selama bulan Ramadhan diharapkan dapat meningkatkan ketakwaan para siswa sekolah serta menanamkan kepedulian sesama.  Akan lebih baik lagi bila para pengelola pondok pesantren juga pro aktif menyelenggarakan pesantren kilat bagi para siswa sekolah umum selama bulan ramadhan sehingga para siswa sekolah umum di kota-kota besar dapat menyelami kehidupan asrama (mukim) di pesantren yang sarat dengan nilai kebersamaan dan kebersahajaan.

 

Pesantren kilat yang diselenggarakan langsung oleh Pondok Pesantren yang sehari-hari memang menyelenggarakan pendidikan keagamaan diharapkan dapat memberikan pemahaman keislaman yang menyeluruh (kaffah) dan tidak instant sehingga para siswa sekolah umum dapat memahami substansi ajaran agama dan tidak tejebak pada simbolisme agama yang seringkali bermuara pada ekstrimisme, radikalisme dan anarkisme.  Kita tentunya prihatin dengan kecenderungan ekstrimisme dan radikalisme yang melanda kaum muda pelajar dan mahasiswa di sekolah dan kampus umum yang salah satunya disebabkan pemahaman agama yang simbolik dan instant.

 

KH. Dr. A. Mustofa Bisri, Pengajar di Pondok Pesantren Taman Pelajar Raudlatut Thalibin, Rembang, Jawa Tengah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar