Menuju Penyatuan Kriteria
Awal Bulan (1)
Redefinisi Hilal
Pertemuan para wakil ormas Islam, ahli hisab
dan astronom telah berulangkali diselenggarakan. Musyawarah, diskusi dan
seminar untuk menyatukan persepsi kriteria awal bulan Ramadhan, Syawal dan
Dzulhijjah telah sering dilakukan. Namun hasilnya masih tetap sama, yaitu
adanya perbedaan.
Paling tidak, ada 2 hal yang menyebabkan
kegagalan itu. Pertama, solusi yang ditawarkan untuk mengatasi perbedaan adalah
imkanur rukyah tanpa ada kejelasan landasannya. Kedua, toleransi NU yang cukup
tinggi belum mendapatkan tanggapan yang seimbang. Ibaratnya NU lari kencang ke
titik tengah untuk salaman dengan sahabat-sahabatnya tetapi sahabat- sahabat itu
belum beranjak dari tempatnya atau masih lari di tempat.
NU yang semula mendasarkan pada rukyah maju
menjadi rukyah plus hisab dan seterusnya rukyah berkualitas plus hisab akurat
kemudian ditambah lagi menerima kriteria imkanur rukyah. Jadi NU mendasarkan
kepada rukyah berkualitas dengan dukungan hisab yang akurat sekaligus menerima
kriteria imkanur rukyah. Tetapi sahabat- sahabat itu masih berkutat pada posisi
wujudul hilal.
Solusi yang paling mendasar adalah perlunya
melakukan redefinisi hilal dan rukyah. Kita bahas apa hilal menurut bahasa,
Al-Qur’an, As-Sunnah dan menurut sains dan kita bahas pula apa itu rukyah.
Hilal Menurut Bahasa
Hilal dalam bahasa Arab adalah sepatah kata
isim yang terbentuk dari 3 huruf asal yaitu ha-lam-lam (ل - ل- ﻫ), sama dengan
terbentuknya kata fi’il هَلَّ dan اَهَلَّ.
Hilal artinya bulan sabit yang tampak. هَلَّ dan
اَهَلَّ dalam konteks hilal mempunyai arti:
هَلَّ اْلهِلاَلُ dan اَهَلَّ اْلهِلاَلُ artinya
bulan sabit tampak.
هَلَّ الرَّجُلُ artinya seorang laki-laki melihat/memandang bulan sabit.
اَهَلَّ اْلقَوْمُ اْلهِلاَلَ artinya orang banyak teriak ketika melihat bulan sabit.
هَلَّ الشَّهْرُ artinya bulan (baru) dimulai dengan tampaknya bulan sabit.
هَلَّ الرَّجُلُ artinya seorang laki-laki melihat/memandang bulan sabit.
اَهَلَّ اْلقَوْمُ اْلهِلاَلَ artinya orang banyak teriak ketika melihat bulan sabit.
هَلَّ الشَّهْرُ artinya bulan (baru) dimulai dengan tampaknya bulan sabit.
Jadi menurut bahasa Arab, hilal itu adalah
bulan sabit yang tampak pada awal bulan.
Hilal Menurut Al-Qur’an
Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 189
mengemukakan pertanyaan para sahabat kepada nabi tentang penciptaan dan hikmah
ahillah (jamak dari hilal). Atas perintah Allah SWT kemudian Rasulullah SAW
menjawab bahwa ahillah atau hilal itu sebagai kalender bagi ibadah dan
aktifitas manusia termasuk haji. Pertanyaan itu muncul karena sebelumnya para
sahabat telah melihat penampakan hilal atau dengan kata lain hilal telah tampak
terlihat oleh para sahabat.
Para mufassir telah mendefinisikan, bahwa
hilal itu mesti tampak terlihat. Ash-Shabuni dalam tafsirnya Shafwatut Tafasir
juz I halaman 125 mengemukakan tafsir ayat tersebut sebagai berikut:
يسالونك
يامحمد عن الهلال لم يبدو دقيقا مثل الخيط ثم يعظم ويستدير ثم ينقص ويدق حتى يعود
كما كان؟
“Mereka bertanya kepadamu hai Muhammad
tentang hilal mengapa ia tampak lembut semisal benang selanjutnya membesar dan
terus membulat kemudian menyusut dan melembut sehingga kembali seperti keadaan
semula?”
Dalam pada itu Sayyid Quthub dalam tafsirnya
Fii Zhilalil Qur’an juz I halaman 256 menafsirkan ayat tersebut sebagai
berikut:
فهم يسالون عن
الاهلة ... ما شأنها؟ ما بال القمر يبدو هلالا ثم يكبر حتى يستدير بدرا ثم يأخذ فى
التناقص حتى يرتد هلالا ثم يختفى ليظهر هلالا من جديد؟
“Maka mereka bertanya tentang ahillah (hilal)
… bagaimana keadaan ahillah (hilal)? Mengapa keadaan qamar (bulan) menampakkan
hilal lalu membesar sehingga bulat menjadi purnama selanjutnya berangsur
menyusut sehingga kembali menjadi hilal lagi dan kemudian menghilang tidak
tampak untuk selanjutnya menampakkan diri menjadi hilal dari (bulan) baru?”
Jelaslah menurut ayat tersebut dan tafsirnya,
bahwa hilal atau bulan sabit itu pasti tampak terlihat.
Hilal Menurut As-Sunnah
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam
Ahmad dan Abu Daud dari sahabat Nabi SAW bernama Rib’i bin Hirasy yang
mengatakan adanya perbedaan di kalangan para sahabat mengenai akhir ramadhan
kemudian ada laporan hasil rukyah; perukyah melaporkan dengan ungkapan:
بِاللهِ
لاَهَلَّ اْلهِلاَلُ اَمْسِ عَشِيَّةً
“Demi Allah sungguh telah tampak hilal
kemarin sore.”
Hadits ini menyatakan bahwa hilal itu pasti
tampak terlihat. Demikian pula dalam hadits-hadits yang lain.
Hilal Menurut Sains
Hilal atau bulan sabit atau dalam istilah
astronomi disebut crescent adalah bagian dari bulan yang menampakkan cahayanya
terlihat dari bumi ketika sesaat setelah matahari terbenam pada hari telah
terjadinya ijtima’ atau konjungsi.
Dari tinjauan bahasa, Al-Qur’an, As-Sunnah
dan tinjauan sains sebagaimana diutarakan di atas maka dapat disimpulkan bahwa
hilal (bulan sabit) itu pasti tampak cahayanya terlihat dari bumi di awal
bulan, bukan sekedar pemikiran atau dugaan adanya hilal. Oleh karena itu kalau
tidak tampak tidak disebut hilal.
Sehubungan dengan kriteria hilal itu mesti
tampak, maka Rasulullah SAW menyuruh kaum muslimin melakukan rukyah yakni
melihat, mengamati secara langsung (observasi) terhadap hilal itu.
KH A Ghazalie Masroeri
Ketua Pengurus Pusat Lajnah Falakiyah
Nahdlatul Ulama (LFNU)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar