Senin, 29 Juli 2013

(Buku of the Day) Para Muallaf


Kisah Para Muallaf Paling Berpengaruh

 




Judul                : Para Muallaf

Penulis             : Muhammad Yusuf Anas dan Lukman Santoso AZ

Penerbit            : Sabil

Cetakan            : Pertama, Juni 2013

Tebal                : 222 halaman

ISBN                 : 978-602-255-132-4

Peresensi          : Khotibul Umam, penerima Program Beasiswa Santri Berprestasi (PBSB) Kemenag di IAIN Walisongo Semarang, Alumnus MA NU TBS Kudus

 

Buku ini menguraikan catatan perjalanan para muallaf paling berpengaruh di Benua Eropa dan Amerika yang berhasil menemukan kebenaran agama Islam. Terdapat 25 kisah di dalamnya. Dari setiap kisah memiliki cerita yang berbeda untuk sampai pada pengakuan kebenaran itu. Yang jelas, semuanya menarik dan sangat patut untuk diketahui oleh umat Islam.


Ambillah contoh Maurice Bucaille, ahli bedah ternama Prancis yang membuktikan kebenaran al-Qur’an. Karena Prancis adalah sebuah negara yang memiliki minat unik terhadap arkeologi dan peninggalan sejarah, maka suatu ketika, Prancis meminta izin kepada Mesir untuk melakukan serangkaian penelitian monumental terhadap mumi Fir’aun pada akhir dekade 1980-an. Dan Bucaille saat itu ditunjuk sebagai ketua tim penelitian.


Beberapa orang arkeolog, ahli bedah dan ahli anatomi ternama mulai melakukan sebuah studi untuk menyingkap misteri jasad Fir’aun. Ditemukannya sisa garam yang terjebak dalam mumi itu menunjukkan bahwa tirani kejam tersebut mati tenggelam tapi segera diselamatkan jasadnya. Sehingga hingga kini mumi itu masih benar-benar utuh, tak ada satu anggota tubuh pun yang hilang.


Para ahli anatomi itu kemudian merestorasi mumi yang sebelumnya sudah diuraikan dan setelah itu adalah tugas ketua tim menyusun laporan final penelitian tersebut. Disaat para ahli yang lain sudah merasa cukup meneliti, Bucaille malah sebaliknya. Ada pertanyaan yang mengganjal, bagaimana bisa jasad ini bisa seutuh keadaannya sekarang, meskipun sudah tenggelam di laut dan diangkat dari sana?


Keanehan itu terus dipikirkan Bucaille. Namun sayang, ia tak menemukan jawabannya. Akhirnya pada suatu waktu, salah satu rekan kerjanya berbisik, “Anda tidak perlu terburu-buru membahas masalah ini. Sebab, umat Muslim mengatakan bahwa Fir’aun benar-benar mati tenggelam.” Semula Bucaille menepis pernyataan tersebut. Dengan tegas ia menolak bahwa kesimpulan penelitian demikian hanya bisa diraih melalui teknologi canggih, modern dan akurat.


Namun di kemudian hari, ia tambah terkejut ketika rekannya yang lain mengabarkan bahwa al-Qur’an, kitab suci umat Islam telah menceritakan kisah Fir’aun yang memang mati tenggelam dan tubuhnya tetap utuh setelah tenggelam di laut. Dalam benaknya ia terus bertanya-tanya, “Dari mana al-Qur’an mengutip data tersebut padahal mumi itu belum ditemukan hingga 1898 M? Padahal al-Qur’an sudah dilantunkan oleh umat Islam selama lebih dari 1.400 tahun? (hlm. 80).


Maka, Bucaille berpikir keras sembari mencari kisah Fir’aun di kitab Taurat. Namun cerita tenggelamnya Fir’aun di laut dan tetap utuh jasadnya tidak ia temukan. Lalu ia juga mencari dalam Kitab Injil, tetapi ia hanya menemukan kisah Fir’aun yang mengejar Nabi Musa AS. tanpa menyebutkan nasib jasadnya.


Sesudah itu, Bucaille membulatkan tekad untuk pergi ke konferensi medis yang hendak dilangsungkan di Arab Saudi, yang juga akan dihadiri oleh banyak ahli anatomi muslim. Pada konferensi itu, Bucaille menyampaikan penemuannya, yaitu jasad Fir’aun tetap utuh, bahkan setelah ia mati tenggelam di lautan. Lalu salah seorang peserta melantunkan ayat al-Qur’an yang menjelaskan tentang hal itu.


“Maka, pada hari ini, Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu. Dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami.” (Q.S. Yunus [10]:92).


Lalu dengan suka citanya, Maurice Bucaille berdiri di hadapan para hadirin dan berteriak dengan lantang, “Saya memeluk Islam dan percaya pada al-Qur’an.” Sejak saat itu, Bucaille berubah total. Ia kemudian meluangkan waktu 10 tahun untuk meneliti keseusaian fakta ilmiah terkini dengan ayat-ayat al-Qur’an. Kegiatannya itu tidak sia-sia. Pasalnya, ia berhasil menghadirkan buku tentang al-Quran yang mengguncang seluruh dunia Barat dengan judul “The Bible, The Qur’an and Science, The Holy Scriptures Examined in the Light of Modern Knowledge.”


Dalam pendahuluan bukunya itu, Bucaille menjelaskan bahwa fakta-fakta ilmiah di dalam al-Qur’an yang tidak tercantum di Injil langsung membuatnya dipenuhi ketakjuban yang luar biasa. Akhirnya, Bucaille menyadari bahwa al-Qur’an tidak mengandung ayat-ayat yang salah, tidak ada kontradiksi terhadap fakta-fakta ilmiah terkini (hlm. 83).


Terkait dengan Injil, siapapun bisa membaca sebuah teks dalam Injil Matius yang bertentangan 180 derajat dengan Injil Lukas. Dan Lukas pun menyebutkan masalah yang tidak sejalan dengan perkembangan sains modern, semisal kehidupan manusia di bumi.


Lanjut Bucaille menambahkan, “Kesalahan ilmiah yang fatal justru memenuhi kitab Taurat yang ada saat ini. Kenyataan itu meyakinkan kita bahwa jika al-Qur’an adalah produk manusia, bagaimana mungkin ia mampu menuliskan fakta yang belum pernah terjadi pada masanya?”


Kisah diatas hanyalah satu diantara kisah-kisah muallaf lainnya dari buku setebal 222 halaman ini. Masih banyak lagi kisah para muallaf dengan dimensi ruang dan waktu yang unik, menarik dan inspiratif. Bahasanya ringan serta mudah dipahami. Membaca buku ini akan memperteguh keimanan kita terhadap ajaran Islam yang selalu kita pegang sampai detik ini. Buku ini sangat cocok untu menemani kita di waktu senggang, baik itu di rumah maupun dikantor atau di mana saja kita berada. Selamat membaca! []

Tidak ada komentar:

Posting Komentar