FIQIH PUASA
Puasa Dalam Perjalanan
Seorang musafir yang menempuh perjalanan
dengan jarak sampai pada batas minimal diperbolehkannya untuk men-Jamak dan
men-Qashar shalat(ada beberapa pendapt ulama tentang jarak diperbolehkannya
melakukan qashar, mayoritas ulama menggunakan patokan 120 km, tetapi menurut
sebagian yang lain 80 km atau 90 km ) fardu, maka boleh baginya untuk memilih
antara berpuasa atau berbuka. Dan yang harus diperhatikan, apabila orang yang
melakukan perjalanan itu dalam satu rombongan (orang banyak), maka satu dengan
yang lainnya tidak boleh saling mencela
اَنَّ
حَمْزَةَ بْنِ عَمْرٍو اَلْاَ سْلَمِيَّ قَالَ لِلنَّبِي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ اَاَصُوْمُ فِى السَّفَرِ وَكَانَ كَثِيْرَ الصِّيَامِ فَقَالَ اِنْ
شِئْتَ فَصُمْ وَاِنْ شِئْتَ فَافْطِرْ
Sesungguhnya Hamzah bin Amr al-Aslami berkata pada Nabi s.a.w: “apakah aku boleh berpuasa dalam bepergian (ia adalah orang yang banyak berpuasa)? Beliau menjawab: barang siapa yang ingin berpuasa maka berpuasalah, dan siapa yang ingin berbuka, berbukalah”. (Hadits Shahih, riwayat al-Bukhari: 1807 dan Muslim: 1889. Teks hadits riwayat al-Bukhari)
كَانَ
رَسُوْ لُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِى سَفَرٍ فَرَاَى زِحَامًا
وَرَجُلًا قَدْ ظُلِّلَ عَلَيْهِ فَقَالَ مَا هَذَا فَقَالُوْا صَائِمٌ فَقَالَ
لَيْسَ مِنَ الْبِرِّ اَلصَّوْمُ فِى السَّفَرِ
“Rasulullah s.a.w. berada dalam perjalanan, kemudian Beliau melihat banyak orang berdesak-desakan dan ada pula seseorang yang dipayungi, Beliau bertanya: “kenapa dia?” mereka menjawab: “ia sedang berpuasa”. Beliau bersabda: “berpuasa dalam perjalanan (yang sangat memberatkan) itu tidak termasuk kebajikan”. (Hadits Shahih, riwayat al-Bukhari: 1810)
كُنَّا
نُسَافِرُ مَعَ النَّبِي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمْ يَعِبْ
اَلصّاَئِمُ عَلَى الْمُفْطِرِ وَلَا الْمُفْطِرُ عَلَى الصَّائِمِ
“Kami bepergian bersama Nabi s.a.w, orang yang berpuasa tidak mencela orang yang berbuka, dan orang yang berbuka tidak mencela orang yang berpuasa”. (Hadits Shahih, riwayat al-Bukhari: 1811 dan Muslim: 1880). Teks hadits riwayat al-Bukhari. []
Penulis: KH. Syaifullah Amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar