Ijazah Pesantren
Tebuireng Zaman Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari
Berikut ijazahnya:
Menerangkan bahwa
soleh bin Abdul Chamid ex murid kita berasal dari Kulon Pasar dist. Nganjuk
Reg. Nganjuk Bahwasanya ia telah tamat belajar di kelas 6 dari sekolah kita,
MADRASAH SALAFIYAH SYAFI’IYAH, Pondok Tebuireng, Jombang. Bahwasanya adat
istiadat, perangai dan kelakuannya baik. Pun tidak pernah tersangkut-paut
dengan urusan politik. Kemudian kita cs berpesan padanya akan senantiasa setia
terhadap agamanya, meluaskan dan menjaganya untuk kebaikan dunia dan akhirat.
Kemudian ijazah itu
ditandatangani KH Hasyim Asy’ari, dia menyebutnya alfaqir Allah Ta’ala. Orang
yang menandatangani juga adalah telah diperiksa, dan kepala pondok. Sementara
stempel yang dibubuhi stempel.
Menurut Choirul Anam,
santri Kiai Hasyim mulanya hanya 28 orang pada tahun 1899. Kemudian menjadi 200
orang pada 1910. Pada sepuluh tahun berikutnya, santri berlipat lagi menjadi
2000 orang.
Masih menurut Choirul
Anam yang mengutip pendapat Jepang, pada tahun 1942, murid KH Hasyim Asy’ari
diperkirakan 25 ribu orang. Tentang pesantren Tebuireng dan Hadratussyekh KH
Hasyim Asy’ari, KH Saifuddin Zuhri menyebutkan bahwa:
Pesantren Tebuireng
pada tahun 1939-1940 tetap berada di bawah langit yang cerah dalam masa
keemasannya. Tebuireng menjadi mercusuar pondok-pondok pesantren di seluruh
Indonesia. Tebuireng menjadi trade mark dan identitas kaum santri.
Menyebut diri sebagai
alfaqir Allah Ta’ala merupakan kebiasaan KH Muhammad Hasyim Asy’ari pada tiap
dokumen yang terkait dengannya. Misalnya saat ia mengisi pendataan orang-orang
terkemuka di Indonesia yang dilakukan Jepang melalui GUNSEIKANBU TJABANG I,
Pegangsaan Timur 36, Jakarta, awal mereka melakukan penjajahan Indonesia.
Kiai Hasyim Asy’ari
memiliki karya lebih dari itu. Sebagaimana ditulis di website Tebuireng
(tebuireng.online) berdasar penelusuran oleh KH Ishom Hadzik, diperoleh catatan
tentang kitab-kitab karya Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari yaitu : 1) Adab al
A’lim wa al Muata’alim (Etika Guru dan Murid); 2) al Duraar al Muntatsirah fi
al Masaa’il al Tis’a Asharah (Taburan Permata dalam Sembilan Belas Persoalan);
3) al Tanbihaat al Waajibaat Liman Yasna’u al Mawlid bi al Munkarat (Peringatan
Penting bagi Orang yang Merayakan acara Kelahiran Nabi Muhammad dengan
Melakukan Kemungkaran); 4) Risalah ahl al Sunnah wa al Jama’ah; 5) al Nur al
Mubiin fi Mahabbati Sayyid al Mursalin (Cahaya Terang dalam Mencintai Rasul);
6) al Tibyan fi al Nahy an Muqaata’at al Arhaam wa al Aqaarib wa al Ikhwaan
(Penjelasan tentang Larangan Memutus Hubungan Kerabat, Teman Dekat dan
Saudara); 7) al Risalah al Tauhidiyah; 8) al Qalaaid fi maa Yajibu min al
‘Aqaaid (Syair-syair Menjelaskan Kewajiban Aqidah). 9) Arba’in Haditsan;10) Ar
Risalah fil ‘Aqa’I’d; 11) Tamyizul Haqq min al Bathin; 12) Risalah fi Ta’akud
al Akhdz bi Madzahib al A’immah al Arba’ah; 13) ar Risalah Jama’ah al Maqashid.
[]
(Abdullah Alawi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar