KH Zaini Dahlan:
Pendiri dan Penggerak NU Tjabang Kentjong
Kencong ini kota
kecamatan. Lazimnya berstatus Majelis Wakil Cabang (MWC) dalam struktur
Nahdlatul Ulama. Tapi Kencong sudah menjadi Cabang Nahdlatul Ulama. Awalnya
hanya Ranting (Kring), lalu menjadi Centraal Kring (semacam MWC), kemudian naik
level jadi Consul (Cabang). Diresmikan menjadi Cabang oleh KH Ahmad Dahlan
Achyad, Kebondalem, Surabaya, salah seorang Rais Syuriyah era Hofdbestuur NU
generasi lama, pada 1938.
KH Zaini Dahlan
adalah penebar bibit NU di Kencong. Orang-orang memanggilnya dengan sebutan
Kaji Zen, Kiai Zen, juga Kiai Dahlan. Kiai Zen berasal dari Maskumambang,
Gresik. Pekerjaannya sebagai tengkulak tembakau. Sambil keliling mencari
tembakau kualitas unggul, beliau mengajak ngobrol bersama masyarakat soal
agama. Sesekali promosi NU. Kemudian merintis pengajian keliling. Jamaah
semakin membludak. Tak heran jika di awal 1930-an, NU cepat berkembang di
Kawedanan Kencong ini.
Selain NU, di Kencong
ada juga Muhammadiyah, PSII, PBI, dan seterusnya. Kontestasi juga berlangsung
ketat. Masing-masing organisasi, selain punya basis kaderisasi kepemudaan juga
memiliki lembaga pendidikan. Bentuknya madrasah, ada juga yang mendirikan
semacam sekolah dasar. Jadilah Kencong di periode 1930an menjadi bukan sekadar
kota industri, melainkan kota pergerakan. Komplit.
Kiai Zen, yang lincah
dan punya jiwa solider tinggi ini, kemudian punya kawan militan. Pak Thohir
namanya. Selain menguasai fiqh dasar, Pak Thohir juga punya kemampuan yang baik
dalam hukum Belanda. Tak heran jika pada saat Pabrik Gula Goenoengsari Kencong
memutuskan kontrak sewa tanah secara sepihak, masyarakat meminta Pak Thohir
memperjuangkan nasib mereka.
Pak Thohir bahkan
membawa kasus ini ke gubernuran. Dia berhadapan dengan Charles Van Der Plas,
Gubernur Jawa Timur yang punya kemampuan bahasa Jawa dan Arab yang baik, serta
memiliki pengetahuan yang lumayan soal hukum Islam. Maklum, nama terakhir ini
kader didikan Snouck Hurgronje. Debat berlangsung alot. Singkat kata, kasus ini
dimenangkan oleh para petani.
Kiai Zen ini punya
semangat berorganisasi yang baik. Dia terlibat dalam perjuangan fisik
bersenjata, lantas menjadi wakil NU di DPRD Jember tahun 1950-an. Salah seorang
anaknya, Ghufron Dwipayana, atau yang kondang dengan sebutan G. Dwipayana,
punya kemampuan artistik dengan menjadi produser film Pengkhianatan G-30-S/PKI
dan memprakarsai produksi serial Si Unyil dan Aku Cinta Indonesia (ACI).
Di bawah kepengurusan
Kiai Zen yang didampingi oleh para ulama seperti KH Djauhari Zawawi, KH Syarif,
KH Syafawi Ahmad Basyir dan KH Kholiq, NU menjadi organisasi sosial
keagamaan-politik yang progresif di era 1950-an di wilayah Jember Selatan.
Dalam catatan KH
Abdul Chayyi (w. 1994), salah seorang aktivis NU Kencong, ada 3 alasan
pendirian NU Kencong. Pertama, faktor organisasi. Yaitu tumbuhnya minat mengorganisir
diri dari kaum Ahlussunah wal Jamaah. Kedua, kesamaan dan semangat berkompetisi
dalam ranah fastabiqul khairat. Ketiga, perjuangan rakyat. Sebab, pada era
1930-an, rakyat butuh didampingi para aktivis politik yang bisa memperjuangan
kepentingan mereka. Jadi, pendirian NU merupakan bagian dari perjuangan
kerakyatan. Wallahu A'lam Bisshawab. []
Rijal Mumazziq Z,
Rektor Institut Agama Islam Al-Falah As-Sunniyyah (Inaifas) Kencong.
Jember, Jawa Timur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar