Saat Belanda
Mengkriminalisasi Pesantren Tebuireng
Pondok Pesantren
Tebuireng Jombang, Jawa Timur merupakan mercusuar perjuangan umat Islam dan
rakyat Indonesia yang didirikan Hsdlratussyekh Muhammad Hasyim Asy’ari pada
1899 M beberapa waktu setelah kepulangannya dari Makkah. Komitmen, janji, dan
sumpah Kiai Hasyim saat di Multazam tidak hanya untuk mengembangkan ilmu agama
Islam, tetapi juga membebaskan bangsa Indonesia dari kungkungan penjajahan.
Dari Pesantren
Tebuireng ini, kemudian dihimpun calon-calon pejuang Muslim yang tangguh, yang
mampu memelihara, melestarikan, mengamalkan, dan mengembangkan ajaran Islam ke
seluruh pelosok Nusantara. Kiai Hasyim juga berhasil mengawali perjuangan
kultural rakyat Indonesia melalui pesantren.
Dari fakta tersebut,
tidak heran ketika gerik-gerik KH Hasyim Asy’ari tidak pernah luput dari
sorotan spionase atau mata-mata Belanda kala itu. Resistensi ini menambah tantangan
dakwah Pesantren Tebuireng yang makin tidak mudah. Karena di awal pendiriannya
saja, Kiai Hasyim harus menghadapi berbagai macam rintangan, bahkan marabahaya
yang tidak jarang mengancam nyawanya karena beliau harus menghadapi para jawara
setempat.
Belanda memahami,
Kiai Hasyim Asy’ari merupakan sosok ulama besar yang kemasyhurannya telah
diakui oleh tokoh-tokoh di daerah lainnya. Menyerang secara frontal justru akan
menjadi blunder bagi eksistensi kolonial. Sebab, itu berbagai macam cara
dilakukan oleh Belanda untuk menghilangkan jejak Pesantren Tebuireng, sebagai
basis dan wadah pergerakan nasional. Upaya politisasi oleh Belanda terus
diupayakan dengan sejumlah tuduhan-tuduhan.
Choirul Anam dalam
Pertumbuhan dan Perkembangan Nahdlatul Ulama (2010) mengungkapkan bahwa
beberapa pembesar Belanda seringkali menyambangi Tebuireng dengan membawa
tuduhan bermacam-macam. Tuduhan yang biasa dilontarkan ialah Pesantren
Tebuireng telah mengadakan kerusuhan, pemberontakan, dan pembunuhan. Setiap
terjadi pembunuhan di sekitar Jombang, pasti santri Tebuireng yang menjadi
sasaran kriminalisasi oleh Belanda.
Tuduhan tidak
berdasar dan mengada-ada tersebut bertujuan mengerdilkan peran Pesantren
Tebuireng. Dari situ Pemerintah Hindia-Belanda kerap kali mengirimkan semacam
teguran yang ada pada intinya meminta KH Hasyim Asy’ari menghentikan seluruh
kegiatan dan aktivitas pesantren.
Melihat perlakuan
Hindia-Belanda yang semakin kentara ingin menghentikan peran Pesantren
Tebuireng, Kiai Hasyim Asy’ari tidak terpengaruh, tidak pula khawatir. Bahkan
kondisi tersebut makin memperkuat daya perjuangan Kiai Hasyim dan para
santrinya untuk betul-betul melawan penjajah. Perlakuan Belanda kepada
Tebuireng tersebut juga makin membuka mata masyarakat akan perlawanan terhadap
penjajah sehingga mereka juga tergerak ikut berjuang.
Pesantren Tebuireng
semakin masyhur di telinga masyarakat akan perlawanan sosok Kiai Hasyim Asy’ari
terhadap Belanda. Hal itu membuat pihak Belanda merasa perlu untuk mencari
jalan pintas dalam menghentikan kegiatan Pesantren Tebuireng.
Choirul Anam
mencatat, sekitar tahun 1913 Pondok Pesantren Tebuireng diserang secara membabi
buta oleh Belanda. Bangunan pondok dihancurkan hingga berkeping-keping.
Kitab-kitab agam yang diajarkan di pondok pesantren dirampas dan sebagian
dimusnahkan. Namun, sampai sejauh itu tidak dijelaskan mengenai jatuhnya korban
jiwa.
Keganasan penjajah
Belanda tersebut didukung oleh pemberitaan bohong untuk melegitimasi
gerakannya. Karena pemberitaan sepihak oleh Belanda yang beredar ialah
Pesantren Tebuireng merupakan markas pemberontak dan pusat ekstrimis Muslim.
Padahal, itu tidak lain karena Pesantren Tebuireng pimpinan KH Hasyim Asy’ari
menjadi ancaman eksistensi kolonialisme Belanda.
Atas kekejian dan
fitnah tersebut, Kiai Hasyim tidak satu langkah pun mundur untuk melawan
penjajahan. Karena keganasan Belanda tersebut sekaligus menjadi gambaran
kekejaman mereka selama ini terhadap bangsa Indonesia. Sebab itu, kepada para
santri, Kiai Hasyim Asy’ari berkata: “Kejadian ini justru menambah semangat
kita untuk terus berjuang menegakkan Islam dan Kemerdekaan (Indonesia) yang
hakiki”. []
(Fathoni)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar