Makna Shalawatnya Allah
kepada Hamba
Salah satu keutamaan shalawat bagi orang yang
membacanya adalah setiap satu shalawat yang dibaca akan dibalas dengan sepuluh
shalawat oleh Allah subhânahû wa ta’âlâ. Ini berdasarkan hadits Rasulullah yang
menyatakan:
مَنْ
صَلَّى عَلَيَّ صَلَاةً وَاحِدَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ عَشْرَ صَلَوَاتٍ
Artinya: “Barangsiapa yang bershalawat
kepadaku satu kali maka Allah bershalawat kepadanya sepuluh kali.” (HR.
An-Nasai)
Dalam berbagai literatur bisa didapati
penjelasan bahwa ketika Allah bershalawat kepada Baginda Rasulullah shallallâhu
‘alaihi wa sallam itu berarti Allah memberikan rahmat dan juga pujian bagi
beliau dengan disertai pengagungan dan pemuliaan. Sedangkan shalawat yang
dibacakan kepada nabi oleh para malaikat dan orang-orang mukmin bermakna permohonan
doa kepada Allah agar rahmat dan pujian yang disertai pengagungan dan pemuliaan
itu tetap terus dilimpahkan Allah kepada Baginda Rasulullah.
Dari penjelasan singkat di atas lahir satu
pertanyaan, apa makna shalawatnya Allah kepada orang yang membaca shalawat
kepada Rasulullah? Apakah dengan shalawat itu Allah juga mengagungkan dan
memuliakan orang yang bershalawat sebagaimana Allah mengagungkan dan memuliakan
Rasulullah?
Qadli ‘Iyadl sebagaimana dikutip oleh
Sirojudin Al-Husaini di dalam kitab As-Shalâtu ‘alan Nabiyyi Shallallâhu
‘alaihi wa sallam menjelaskan bahwa makna bershalawatnya Allah kepada orang
yang bershalawat kepada Nabi adalah Allah merahmati dan melipatgandakan pahala
orang tersebut. Shalawatnya Allah yang secara dhahir berupa ucapan juga
diperdengarkan kepada para malaikat sebagai bentuk pengagungan dan pemuliaan
kepada orang tersebut. Ini sebagaimana firman Allah dalam sebuah hadits qudsi:
وان
ذكرني في ملأ ذكرته في ملأ خير منه
Artinya: “Bila hamba-Ku mengingat-Ku pada
sebuah perkumpulan maka Aku mengingatnya pada perkumpulan yang lebih baik dari
perkumpulan itu.” (Abdullah Sirajudin Al-Husaini, As-Shalâtu ‘alan Nabiyyi
Shallallâhu ‘Alaihi wa Sallam, [Damaskus: Maktabah Darul Falah, 1990], hal.
100)
Lebih lanjut Al-Husaini menuturkan, besarnya
pahala dan berlipatgandanya shalawat yang diberikan Allah kepada orang yang
bershalawat kepada Nabi di dalamnya ada pemberitahuan Allah betapa Allah sangat
memuliakan kekasih-Nya yakni Baginda Nabi Muhammad shallallâhu ‘alaihi wa
sallam. Dengan pahala yang besar itu pula Allah mewartakan keutamaan beliau
dibanding para nabi dan rasul yang lain.
Ada sebuah kisah yang menunjukkan alasan di
atas. Satu hari Abdurrahman bin Auf membuntuti Rasulullah yang sedang keluar
rumah. Beliau memasuki sebuah kebun kurma dan tiba-tiba beliau bersujud lama
sekali. Melihat lamanya sujud Rasulullah sampai-sampai Abdurrahman bin Auf yang
sedari tadi mengikutinya merasa khawatir kalau-kalau Allah telah mewafatkan
beliau. Namun ia merasa lega ketika kemudian Rasulullah bangkit dari sujudnya.
Ketika Abdurrahman bin Auf mengutarakan
kekhawatirannya Rasulullah menjelaskan bahwa baru saja malaikat Jibril datang
dan mewartakan bahwa Allah berfirman, “barangsiapa yang bershalawat kepadamu
maka aku (Allah) bershalawat kepadanya, dan barangsiapa yang bersalam kepadamu
maka aku (Allah) bersalam kepadanya.”
Mendengar berita dari malaikat Jibril ini
Rasulullah kemudian bersujud dalam waktu yang lama sebagai rasa syukur atas
pemuliaan Allah terhadap dirinya dengan cara memberikan pahala yang banyak
terhadap orang yang bershalawat kepadanya.
Sebuah ilustrasi kecil tentang hal ini. Bila
ada seorang tetangga yang begitu menghormati dan mengasihi anak Anda yang
sangat Anda sayangi, apa yang akan Anda lakukan kepada tetangga tersebut?
Tentunya Anda akan sangat berterima kasih dan memberikan rasa hormat yang besar
terhadap tetangga tersebut.
Kiranya demikian pula dengan Allah subhânahû
wa ta’âlâ. Ketika kekasih-Nya dimuliakan dengan shalawat, Ia balas pembacanya
dengan shalawat yang lebih banyak dan lebih agung demi memuliakan sang kekasih
dan orang yang mengagungkannya. Wallâhu a’lam. []
Sumber: NU Online
Tidak ada komentar:
Posting Komentar