Hukum Kirim (Baca) Surat
Al-Fatihah untuk Nabi Muhammad
Pertanyaan:
Assalamu ‘alaikum wr. wb.
Redaksi Bahtsul Masail NU Online, di awal doa
yang mengawali sebuah acara atau semata berdoa masyarakat di daerah kami
biasanya mengirimkan Al-Fatihah untuk Rasulullah SAW, seperti lafal "ila
hadhratin nabi, Al-Fatihah". Hal ini diniatkan untuk membuka kunci pintu
keberkahan atau kelancaran segala hajat. Apakah hal ini diperbolehkan dalam
agama. Mohon keterangannya. Terima kasih. Wassalamu ‘alaikum wr. wb.
(Syahid/Palembang)
Jawaban:
Assalamu ‘alaikum wr. wb.
Penanya yang budiman, semoga Allah SWT
menurunkan rahmat-Nya untuk kita semua. Shalawat, surat Al-Fatihah, atau surat
apa pun yang dibaca untuk Nabi Muhammad SAW biasanya diniatkan sebagai tawasul
atau semacam kunci pembuka pintu ghaib.
Sayyid Muhammad bin Alwi Al-Maliki
menyebutkan dengan rinci hal-hal terkait tawasul yang perlu diketahui agar
tidak salah dalam memahami praktik tawasul yang kerap diamalkan di kalangan
masyarakat berpaham Ahlussunah wal Jamaah sebagai berikut:
أولا: أن التوسل هو أحد طرق الدعاء وباب من أبواب التوجه إلى الله
سبحانه وتعالى، فالمقصود الأصلي الحقيقي هو الله سبحانه وتعالى، والمتوسَّل به
إنما هي واسطة ووسيلة للتقرب إلى الله سبحانه وتعالى، ومن اعتقد غير ذلك فقد أشرك
Artinya, “Pertama, tawasul adalah salah satu
cara doa dan salah satu pintu tawajuh kepada Allah SWT. Tujuan hakikinya itu
adalah Allah. Sedangkan sesuatu yang dijadikan tawasul hanya bermakna jembatan
dan wasilah untuk taqarrub kepada-Nya. Siapa saja yang meyakini di luar
pengertian ini tentu jatuh dalam kemusyrikan,” (Lihat Sayyid Muhammad bin Alwi
bin Abbas Al-Hasani Al-Maliki, Mafahim Yajibu an Tushahhah, Surabaya, Haiatus
Shafwah Al-Malikiyyah, tanpa catatan tahun, halaman 123-124).
Adapun perihal hukum pembacaan atau
pengiriman Surat Al-Fatihah untuk Nabi Muhammad SAW, ulama berbeda pendapat,
yakni ulama Mazhab Maliki dan ulama Mazhab Syafi‘i. Perbedaan pandangan ini
diangkat oleh Syekh Ihsan M Dahlan Jampes asala Kediri sebagai berikut:
فائدة: هل تجوز قراءة الفاتحة للنبي صلى الله عليه وسلم أولا؟ قال
الأجهوري: لا نص في هذه المسئلة عندنا: أي معاشر المالكية، والمعتمد عند الشافعية
جواز ذلك فنرجع لمذهبهم فلا يحرم عندنا والكامل يقبل زيادة الكمال قاله الشيخ أحمد
تركي في حاشية الخرشي
Artinya, “Informasi: Apakah boleh atau tidak
membaca (mengirim) Surat Al-Fatihah untuk Nabi Muhammad SAW? Al-Ajhuri
mengatakan, masalah ini menurut kami (kalangan Malikiyah) tidak ada nashnya.
Sementara pendapat yang muktamad di kalangan Syafi‘iyah membolehkannya (kirim
Surat Al-Fatihah untuk Nabi Muhammad SAW). Kami merujuk ke mazhab mereka sehingga
hal itu tidak haram bagi kami. Orang sempurna tetap menerima peningkatan
kesempurnaan sebagaimana dikatakan Syekh Ahmad Tarki dalam Hasyiyah
Al-Kharasyi,” (Lihat Syekh Ihsan M Dahlan Jampes, Sirajut Thalibin ala Minhajil
Abidin, [Indonesia, Daru Ihyail Kutubil Arabiyyah: tanpa catatan tahun], juz I,
halaman 14).
Dari keterangan ini, kita dapat memahami
bahwa ulama Ahlussunnah wal Jamaah pada prinsipnya meyakini praktik tawasul
sebagai doa yang diikhtiarkan. Dengan pemahaman seperti itu, masyarakat dapat
mengamalkan ‘kirim’ Surat Al-Fatihah, shalawat, atau surat-surat lainnya dalam
Al-Quran untuk Nabi Muhammad SAW.
Demikian jawaban singkat kami. Semoga bisa
dipahami dengan baik. Kami selalu terbuka dalam menerima kritik dan saran dari
para pembaca.
Wallahul muwaffiq ila aqwathih thariq,
Wassalamu ’alaikum wr. wb.
Alhafiz Kurniawan
Tim Bahtsul Masail NU
Tidak ada komentar:
Posting Komentar