Rabu, 26 Juni 2019

Kilas Balik 1962 (1): Menyambut Jenderal Maut


Kilas Balik 1962 (1): Menyambut Jenderal Maut

Bagi politisi Partai NU, KH Zainul Arifin, tahun 1962 merupakan tahun yang penuh dengan dinamika politik selain momen di mana Indonesia juga menjadi tuan rumah Asian Games ke-4 saat itu. Memasuki tahun kedua sebagai Ketua DPRGR, beberapa agenda kenegaraan harus dijalaninya diselingi insiden percobaan pembunuhan terhadap Presiden.

Mulai dari menerima tamu negara wakil presiden Mesir Jenderal Abdul Hamid Amir bulan Januari, percobaan pembunuhan terhadap Presiden Sukarno dalam Tragedi Sholat Idul Korban Berdarah 14 Mei 1962 hingga  menghadiri Upacara Asian Games keempat yang dituanrumahi Indonesia pada Agustus.

Jenderal Wapres

Awal Januari 1962 Wapres Mesir Abdul Hakim Amir mengadakan kunjungan kenegaraan ke Indonesia. Di bandara Kemayoran ketibaan jenderal mantan panglima militer flamboyan ini disambut langsung oleh Menteri Pertama Ir H Juanda diiringi upacara kehormatan militer.

Abdul Hakim Amir merupakan tokoh jenderal yang berperan menggulingkan Raja Farouk lewat kudeta militer pada 1952, mengakhiri era monarki serta membawa Jenderal Muhammad Najib dan Kolonel Gamal Abdul Nasser ke puncak pemerintahan Mesir. Atas jasanya ini Amir kemudian dianugrahi kenaikan pangkat sampai 4 tingkatan agar dapat ditetapkan sebagai Pangab.

Enam tahun sebelum kunjungannya ke Indonesia, Amir memimpin pasukan Mesir dalam Perang Suez tahun 1956 melawan pasukan Israel yang dibantu tentara sekutu Inggris-Perancis.

Bersulang dan Pil Racun

Dari Kemayoran, wapres Abdul Hakim Amir diantar ke Istana Negara dimana Sukarno sudah menanti untuk menyambutnya sebagai tamu negara di Istana kepresidenan. Malam harinya diadakan jamuan kenegaraan dilanjutkan malam kesenian yang dihadiri Ketua DPR dari NU KH Zainul Arifin.

Dalam sambutannya ketika jamuan kenegaraan berlangsung, Presiden Sukarno mengajak seluruh hadirin untuk bersulang guna menghormati tamu negara.

Menarik untuk disimak, lima tahun sesudah kunjungannya ke Jakarta itu Jenderal Abdul Hakim Amir mengomandani Perang Enam Hari pada 1967 melawan Israel yang berakhir dengan kekalahan di fihak pasukan Mesir. Celakanya, militer Mesir menimpakan kekalahan sebagai kesalahan Amir.

Hal ini membuat Amir depresi. Puncaknya adalah ketika Abdul Hakim Amir dan puluhan jenderal militer dan dua menteri dituduh berencana makar terhadap pemerintahan Nasser membuat mereka ditangkap serta dikenakan tahanan rumah. Amir kemudian menelan banyak pil racun beberapa saat sebelum para petinggi militer mendatangi rumahnya untuk menyeretnya ke pengadilan.

Versi lain sejarah Mesir mengungkap para petinggi militer itu memberi Amir dua pilihan: diseret ke pengadilan dan divonis hukuman mati atau membunuh dirinya sendiri dengan meminum pil racun. Abdul Hakim Amir memilih yang kedua. Dia meninggal dalam usia 48 tahun dan dikuburkan di desa kelahirannya di Astal, Mesir. []

Ario Helmy, penulis buku "KH Zainul Arifin Pohan, Panglima Santri: Ikhlas Membangun Negeri" (2015)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar