KHUTBAH JUMAT
Orang-orang Bangkrut dalam Agama Menurut
Rasulullah
Khutbah I
اْلحَمْدُ
للهِ اْلحَمْدُ للهِ الّذي هَدَانَا سُبُلَ السّلاَمِ، وَأَفْهَمَنَا بِشَرِيْعَةِ
النَّبِيّ الكَريمِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لا شَرِيك
لَه، ذُو اْلجَلالِ وَالإكْرام، وَأَشْهَدُ أَنّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسولُه، اللّهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى
سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وَعَلَى الِه وَأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى
يَوْمِ الدِّين، أَمَّا بَعْدُ: فَيَايُّهَا الإِخْوَان، أوْصُيْكُمْ وَ نَفْسِيْ
بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ، قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي
اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم}، بِسْمِ
اللهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْمْ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا الله
وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ
ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ الله وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا وقال
تعالى يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ
تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.
صَدَقَ
اللهُ العَظِيمْ
Jamaah Jumát hafidzallâh,
Pada suatu kesempatan Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bertanya kepada para sahabat apakah mereka tahu yang
disebut orang bangkrut. Hal ini sebagaimana dikisahkan dalam sebuah hadits yang
diriwayatkan dari Abu Hurairah radliyallahu ‘anh sebagai berikut:
أَنَّ
رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ: أَتَدْرُوْنَ مَا الْمُفْلِسُ؟
Sesungguhnya Rasulullah shallahu
‘alaihi wasallam bertanya: “Tahukah kalian siapakah yang dinamakan orang
bangkrut?”
قَالُوْا:
اَلْمُفْلِسُ فِيْنَا مَنْ لاَ دِرْهَمَ لَهُ وَلاَ مَتَاعَ
Mereka (para sahabat) menjawab: “Orang
bangkrut menurut pendapat kami ialah mereka yang tidak mempunyai uang dan tidak
pula mempunyai harta benda.”
Jawaban seperti itu ternyata bukan
sebagaimana yang dimaksudkan Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam.
Beliau tidak bertanya tentang ekonomi. Beliau ingin mengajak para sahabat
mengetahui bahwa kebangkrutan bisa terjadi tidak hanya dalam bidang ekonomi,
tetapi juga dalam bidang agama. Jadi di dalam agama juga ada perhitungan
matematis terkait pahala dan dosa, seperti penambahan dan pengurangan di antara
sesama manusia. Hal ini terjadi pada saat semua manusia berada di Padang
Makhsyar untuk menjalani hisab yang akan menentukan apakah seseorang akan masuk
surga atau neraka.
Jamaah Jumát hafidhakumullâh,
Dengan perhitungan seperti itu, dapat
diketahui apakah seseorang akan termasuk orang beruntung atau justru orang
bangkrut di akherat kelak. Adapaun yang dimaksud bangkrut dalam agama adalah
sebagaimana penjelasan Rasulullah dalam lanjutan hadits berikut:
فَقَالَ
“إِنَّ الْمُفْلِسَ
مِنْ أُمَّتِي، يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلاَةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ،
وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هٰذَا، وَقَذَفَ هٰذَا، وَأَكَلَ مَالَ هٰذَا، وَسَفَكَ
دَمَ هٰذَا، وَضَرَبَ هٰذَا. فَيُعْطِى هٰذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهٰذَا مِنٰ حَسَنَاتِهِ.
فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ، قَبْلَ أَنْ يَقْضَى مَا عَلَيْهِ، أُخِذَ مِنْ
خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ. ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ”
Nabi menjelaskan: “Sesungguhnya orang
bangkrut dari umatku ialah mereka yang datang pada hari kiamat dengan membawa
amal kebaikan dari shalat, puasa, dan zakat. Tetapi mereka dahulu pernah
mencaci maki orang lain, menuduh orang lain, memakan harta orang lain,
menumpahkan darah orang lain dan memukul orang lain. Maka kepada orang yang
mereka salahi itu diberikan pahala amal baik mereka; dan kepada orang yang lain
lagi diberikan pula amal baik mereka. Apabila amal baik mereka telah habis
sebelum hutangnya lunas, maka diambillah kesalahan orang yang disalahi itu dan
diberikan kepada mereka; Sesudah itu, mereka akan dilemparkan ke dalam neraka.”
Jadi setiap orang dari umat Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam mendapatkan pahala dari ibadah-ibadah yang mereka lakukan
semasa hidupnya seperti shalat, puasa, dan zakat. Namun pahala-pahala yang
didapat dari ibadah-ibadah wajib itu akan dikonfrontir dengan dosa-dosa
sosialnya akibat berbuat zalim kepada sesama manusia seperti mencaci maki,
menuduh, memfitnah, memakan harta orang lain seperti mencuri atau korupsi,
membunuh secara tidak sah, melukai atau menyakiti orang lain baik secara fisik
maupun non-fisik, dan sebagainya.
Apabila besarnya dosa-dosa sosial akibat
kezaliman tidak sebanding dengan kesalehan-kekesalehan yang dilakukannya karena
banyaknya orang yang dizalimi atau tingginya tingkat kezaliman kepada orang
tertentu, maka dosa-dosa dari orang-orang yang dizalimi akan diberikan kepada
orang yang menzalimi hingga mencapai titik impas. Apabila titik impas tidak
tercapai, maka Allah subhanahu wata'ala akan melemparkan orang yang
menzalimi itu ke neraka. Orang seperti inilah yang disebut orang bangkrut dalam
agama sebagaimana penjelasan Rasulullah dalam hadits di atas.
Jamaah Jumát hafidhakumullâh,
Kezaliman manusia terhadap manusia lainnya
pada dasarnya merupakan urusan manusia karena termasuk wilayah muamalah. Namun
demikian, Allah tidak membiarkannya hingga pihak yang melakukan kezaliman
menyelesaikan masalahnya, misalnya dengan konpensasi tertentu dan/atau meminta
maaf kepada pihak yang dizalimi semasa hidupnya. Apabila hal ini tidak
dilakukan hingga masing-masing meninggal dunia, maka Allah akan
memperhitungkannya di akherat kelak.
Jadi melakukan kezaliman terhadap sesama
manusia bukanlah persoalan sepele karena urusannya bisa sampai ke akhirat.
Allah memang memperhatikan dan memperhitungkan setiap kezaliman seperti itu
sebagaimana juga disebutkan dalam sebuah hadits marfu’ yang diriwayatkan dari
Anas bin Malik radliyallahu ‘anh sebagai berikut:
وَأَمَّا
الظُّلْمُ الَّذِي لا يَتْرُكُهُ الله فَظُلْمُ الْعِبَادِ بَعْضِهِمْ بَعْضًا
حَتَّى يُدَبِّرُ لِبَعْضِهِمْ مِنْ بَعْضٍ
“Adapun kezaliman yang tidak akan
dibiarkan oleh Allah adalah kezaliman manusia atas manusia lainnya hingga
mereka menyelesaikan urusannya.”
Oleh karena itu siapa pun hendaknya bersikap
hati-hati kepada orang lain dengan menjaga lisan, tangan dan anggota badan
lainnya agar terhindar dari dosa-dosa sosial akibat berbuat kezaliman kepada
mereka. Allamah Sayyid Abdullah bin Alawi Al-Haddad dalam kitabnya berjudul
Sabîlul Iddikâr wal I’tibâr bimâ Yamurru bil Insân wa Yanqadli Lahu minal A’mâr
(Dar Al-Hawi, Cet. II, 1998, hal.100), juga menjelaskan bahwa di antara
hal-hal yang amat diperhitungkan oleh Allah pada hari kiamat adalah perbuatan
zalim manusia terhadap manusia lainnya sebagaimana kutipan berikut ini:
وَاعْلَمْ
أَنَّ مِنْ أَشَدِّ الْأَشْيَاءِ وَأَشَقِّهَا فِيْ مَوْقِفِ اْلقِيَامَةِ: ظُلْمُ
اْلعِبَادِ، فَإِنَّهُ اَلظُّلْمُ الَّذِيْ لَا يَتْرُكُهُ اللهُ
“Ketahuilah bahwa di antara hal-hal berat
dan sangat diperhitungkan pada hari kiamat adalah perbuatan zalim terhadap
sesama manusia sebab hal ini merupakan kezaliman yang tidak akan dibiarkan oleh
Allah.”
Jamaah Jumát hafidhakumullâh,
Oleh karena itu apabila kita benar-benar
sayang pada diri sendiri, maka hal-hal yang harus kita lakukan dalam rangka
mencegah kebangkrutan amal adalah menjaga agar pahala dari ibadah-ibadah yang
kita lakukan tidak ludes oleh dosa-dosa sosial akibat kezaliman-kezaliman kita
kepada orang lain. Jadi memang pahala-pahala dari berbagai ibadah saja seperti
shalat, puasa, haji dan bahkan zakat sekalipun belum cukup menjadi bekal kita
di akherat hingga ada kepastian bahwa orang-orang lain selamat dari lisan dan tangan
kita melakukan kezaliman-kezaliman kepada mereka.
Mudah-mudahan kita semua senantiasa diberi
kekuatan oleh Allah subhanahu wata’ala untuk mampu menjaga lisan, tangan
dan anggota tubuh lainnya dari melakukan perbuatan-perbuatan yang menzalimi
sesama manusia seperti: menyakiti hati orang lain, mencaci maki, memfitnah dan
menuduh tanpa bukti, mengambil hak orang lain seperti mencuri dan korupsi,
membunuh secara tidak sah, menyakiti secara fisik, dan sebagainya. Dengan cara
ini semoga kita semua selamat dari predikat orang-orang bangkrut di akherat. Amin…
amin ya rabbal ‘alamin.
جَعَلَنا
اللهُ وَإيَّاكم مِنَ الفَائِزِين الآمِنِين، وَأدْخَلَنَا وإِيَّاكم فِي زُمْرَةِ
عِبَادِهِ المُؤْمِنِيْنَ : أعُوذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطانِ الرَّجِيمْ، بِسْمِ
اللهِ الرَّحْمانِ الرَّحِيمْ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ
وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
باَرَكَ
اللهُ لِيْ وَلكمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيّاكُمْ بِالآياتِ
وذِكْرِ الحَكِيْمِ. إنّهُ تَعاَلَى جَوّادٌ كَرِيْمٌ مَلِكٌ بَرٌّ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ
للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ.
وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ
وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ
رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ
وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
أَمَّا
بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا
عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ
بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ
وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا
صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ
وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ
الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ
الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ
اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ
الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ
اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ
اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ
وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ
اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ
اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ
الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ
وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ
عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ
عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى
اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا
وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.
عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ
ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ
لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ
وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ
Muhammad Ishom, dosen Fakultas Agama Islam
Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Surakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar