Pintu
Masuk Mengenal Keragaman Indonesia
Penulis
: Ibn Ghifarie
Judul
: Merayakan Keragaman, Religious Literacy Series
Halaman
: xiii + 184
Tahun
Terbit
: 2018
Penerbit
: Expose
Peresensi
: Syakir NF, mahasiswa Program Magister Islam Nusantara Universitas Nahdlatul
Ulama Indonesia (UNUSIA) Jakarta.
Indonesia
begitu kaya akan segala hal. Dengan penduduk yang kini lebih dari 260 juta
jiwa, Indonesia terdiri dari 1.340 suku dan 652 bahasa. Mereka tinggal di
17.503 pulau yang disatukan dengan laut yang luasnya mencapai 3,25 juta km2.
Bangsa Indonesia juga tidak seragam untuk agamanya. Mereka menganut salah satu
dari enam agama, yakni Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Budha, dan Konghucu. Di
antara mereka juga ada yang menganut aliran kepercayaan.
Keragaman
itu merupakan kekayaan tak terhingga yang dimiliki negara ini. Di tengah
perbedaan yang begitu kontras, baik dilihat dari suku, bahasa, hingga
keyakinan, mereka bersatu atas nama kebangsaan sebagai bangsa Indonesia,
bersatu dengan bahasa persatuan bahasa Indonesia, berpegang teguh tanah air
Indonesia sebagai wilayah tinggal mereka yang perlu dipertahankan.
Disparitas
tentu saja muncul mengingat banyak unsur yang berbeda. Namun, ada satu hal yang
harus menjadi pegangan masing-masing individu maupun kelompok, yakni upaya
saling memahami terhadap satu sama lain sehingga tidak menimbulkan konflik
horizontal. Hal inilah yang selama ini terus dijaga, meskipun di satu dua
tempat, peristiwa yang tidak diinginkan terkadang terjadi.
Hal
itulah yang diupayakan oleh Ibn Ghifarie melalui bukunya, Merayakan Keragaman.
Ia menguraikan hal penting terkait agama yang kerap kali dijadikan alasan oleh
sebagian orang untuk menyerang kelompok lain. Dengan dalih agama, mereka
melakukan teror yang bahkan hal itu menyasar saudara sendiri.
Di
bukunya itu, ia menjelaskan sejak mula kedatangan setiap agama ke Indonesia.
Ghifarie juga menerangkan hal pokok setiap agama, yakni akidah atau keimanan,
syariat atau ritual peribadatan, dan aturan hubungan sosial kemasyarakatan
masing-masing.
Dengan
penuh gambar dan penuh warna, buku ini sangat cocok bagi kalangan pelajar yang
hari ini menjadi sasaran utama radikalisme dan paham ekstrem atas dasar
pemahaman agama. Survei Alvara Research Center menyebut lebih dari 23 persen
pelajar Indonesia sudah terpapar virus radikalisme. Hal ini ternyata seirama
dengan temuan Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang menyebut lebih dari 30 persen guru Muslim ingin
melakukan aksi teror.
Kehadiran
buku ini tentu sangat penting guna menjadi pintu masuk saling mengenal satu
sama lain agar ancaman terhadap keretakan negara yang begitu kompleks dengan
segala macam perbedaannya ini bisa teratasi. Konflik horizontal rawan sekali
terjadi. Terlebih tahun 2019 menjadi tahun politik dan suasana masih memanas.
[]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar