12 Adab Khatib Menurut Imam
Al-Ghazali
Beberapa shalat mensyaratkan adanya khutbah
dan menjadi bagian integral dengan shalat tersebut. Misalnya adalah shalat
Jumat yang harus didahului dengan khutbah yang disampaikan oleh khatib. Imam
Al-Ghazali dalam risalahnya berjudul al-Adab fid Din dalam Majmu'ah Rasail
al-Imam al-Ghazali (Kairo, Al-Maktabah At-Taufiqiyyah, t.th., halaman 437),
menyebutkan adab-adab seorang khatib sebagai berikut:
أداب
الخطيب: يأتى المسجد وعليه السكينة والوقار، ويبدأ بالتحية ويجلس وعليه الهيبة، و
يمتنع عن التخاطب، وينتظر الوقت، ثم يخطو إلى المنبر و عليه الوقار، كأنه يحب أن
يعرض ما يقول على الجبار، ثم يصعد للخشوع، ويقف على المرقاة بالخشوع ويرتقي
بالذكر، ويلتفت إلى مستمعيه باجتماع الفكر، ثم يشيرإليهم بالسلام ليستمعوا منه
الكلام، ثم يجلس للأذان فزعا من الديان، ثم يخطب بالتواضع، ولا يشير بالأصابع،
ويعتقد ما يقول لينتفع به، ثم يشير اليهم بالدعاء، وينزل إذا أخذ المؤذن في
الإقامة، ولا يكبر حتى يسكتوا، ثم يفتتح الصلاة، ويرتل ما يقرأ.
Artinya: “Adab khatib, yakni berangkat ke
masjid dengan hati dan pikiran tenang; terlebih dahulu shalat sunnah dan duduk
dengan khidmat; tidak berbincang-bincang dan menunggu waktu; kemudian melangkah
ke mimbar dengan rasa terhormat seolah-olah senang mengatakan sesuatu yang akan
disampaikan kepada Yang Maha Perkasa; kemudian naik dan berdiri di tangga
dengan khusyu’ sambil berdzikir; berputar untuk melayangkan pandangan kepada
para pendengarnya dengan penuh konsentrasi kemudian menyampaikan salam kepada
pendengar agar mereka mendengarkan; kemudian duduk untuk mendengarkan adzan
dengan penuh rasa takut kepada Yang Maha Kuasa; kemudian berkhutbah dengan
penuh tawadhu’; tidak menunjuk dengan jari-jari; merasa yakin bahwa yang
disampaikan bermanfaat; kemudian memberi isyarat kepada makmun agar berdoa;
turun dari mimbar jika muadzin sudah bersiap-siap iqamat; tidak bertakbir
sebelum jamaah tenang; kemudian mulai shalat dan membaca ayat-ayat Al-Qurán
dengan tartil.”
Dari kutipan di atas dapat diuraikan kedua
belas adab khatib sebagai berikut:
Pertama, berangkat ke masjid dengan hati dan
pikiran tenang. Seorang khatib memiliki tanggung jawab penuh terhadap sah
tidaknya khutbah yang dia sampaikan terutama yang menyangkut syarat-syarat dan
rukun-rukun khutbah. Oleh karena itu seorang khatib hendaknya dalam kondisi
fisik dan psikis yang baik ketika menyampaikan khutbah.
Kedua, terlebih dahulu shalat sunnah dan
kemudian duduk dengan khidmat. Seorang khatib setelah sampai dan memasuki
masjid hendaknya melakukan shalat sunnah sebelum duduk menunggu tibanya waktu
shalat Jumat dengan tidak berbincang-bincang dengan orang-orang di sekitarnya
kecuali sangat terpaksa.
Ketiga, melangkah menuju mimbar dengan rasa
terhormat seakan-akan hendak mengatakan sesuatu kepada Yang Maha Perkasa.
Seorang khatib hendaknya merasa percaya diri dengan tugas yang dijalankan
karena ia memang sedang melaksanakan tugas keagamaan yang sangat penting dan
terhormat.
Keempat, naik ke tangga mimbar dan berdiri di
mimbar dengan khusyu’ sambil berdzikir. Sesampai di mimbar, seorang khatib
hendaknya berdiri dengan khusyu’ dan selalu mengingat Allah dengan
bacaan-bacaan dzikir. Hal ini untuk membantu mengkondisikan suasana sakral
karena khutbah tidak sama dengan pengajian umum yang bersifat bebas.
Kelima, berputar untuk menatap para hadirin
dengan penuh konsentrasi dan kemudian segera beruluk salam kepada mereka agar
mereka mendengarkan. Hal ini penting karena para jamaah hendaknya mendengarkan
apa yang disampaikan khatib dengan baik. Seorang khatib dalam menyampaikan
khutbahnya sebaiknya tidak ngelantur, apalagi keluar dari konteks.
Keenam, duduk untuk mendengarkan adzan dengan
penuh rasa takut kepada Yang Maha Kuasa. Setelah beruluk salam khatib hendaknya
duduk di kursi yang telah disediakan untuk mendengarkan adzan yang
dikumandangkan oleh muadzin. Adzan tersebut hendaknya direspon oleh khatib
dengan bacaan-bacaan tertentu secara lirih termasuk bacaan doa seusai adzan
dikumandangkan.
Ketujuh, seusai adzan seorang khatib
menyampaikan khutbahnya dengan sikap tawadhu’ dan tidak menunjuk dengan
jari-jari. Seorang khatib sebaiknya tidak menunjukkan sikap sombong atau bahkan
arogan baik yang tercermin dalam kata-kata maupun dalam bahasa tubuh. Oleh
karena itu, penggunaan jari-jari untuk menunjuk sesuatu atau seseorang
sebagaimana biasa dilakukan dalam orasi politik harus dihindari selama khutbah
berlangsung.
Kedelapan, merasa yakin bahwa yang
disampaikan bermanfaat. Materi yang disampaikan dalam khutbah harus dipastikan
berisi tentang hal-hal yang bermafaat bagi para jamaah seperti ajakan untuk
selalu bertakwa kepada Allah subhanu wat’ala dan berakhlak mulia. Oleh karena
itu seorang khatib hendaknya menyiapakan materi yang baik dan benar sebelum
naik ke mimbar.
Kesembilan, memberi isyarat kepada jamaah
agar berdoa. Pada saat khatib sampai pada doa, ia hendaknya memberi isyarat
dengan mengangkat tangannya agar para hadirin mengetahui dan mengikutinya
dengan mengangkat tangan sambil mengamini doa yang dipanjatkannya.
Kesepuluh, turun dari mimbar jika muadzin
sudah bersiap-siap iqamat. Seusai khutbah, khatib hendaknya tidak langsung
turun dari mimbar hingga muadzin mulai menyerukan iqamat yang kemudian diikuti
para jamaah dengan berdiri.
Kesebelas, tidak bertakbir sebelum jamaah
tenang. Khatib bisa sekaligus bertindak sebagai imam. Sebelum memulai
takbiratul ihram, ia harus memperhatikan keadaan para jamaah, apakah sudah
berdiri dengan tenang dan diam atau masih ada yang bergerak merapatkan barisan.
Jika jamaah dalam jangakaun pandangannya sudah terlihat diam dan berdiri dengan
rapat, ia bisa memulai takbiratul ihram.
Kedua belas, mulai shalat dan membaca
ayat-ayat Al-Qurán dengan tartil. Setelah takbiratul ihram yang diikuti oleh
para jamaah, imam dapat membaca surat Al-Fatihah dan dilanjutkan dengan surat
lainnya secara tartil.
Demikianlah kedua belas adab khatib
sebagaimana disampaikan Imam Al-Ghazali. Poin nomor 1 hingga nomor 6 dilakukan
sebelum adzan dikumandangkan oleh muadzin. Poin nomor 7 hingga nomor 9
dilakukan setelah adzan dikumandangkan. Poin nomor 10 hingga nomor 12 dilakukan
setelah muadzin menyerukan iqamah. Kedua belas adab ini penting diketahui oleh
para khatib khususnya para khatib pemula yang belum terbiasa. []
Muhammad Ishom, dosen Fakultas Agama Islam
Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Surakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar