KH Oding Muhammad
Abdul Qodir dan Lima Amalan Hidupnya
Kiai Haji Oding
Muhammad Abdul Qodir atau yang biasa akrab disapa dengan Engkang atau Apa,
merupakan sesepuh Pondok Pesantren Mabdaul ‘Uluum Mulyasari Tamansari
Tasikmalaya, Jawa Barat. Ia dilahirkan dari pasangan Ahmid dan Encum di
Tasikmalaya pada tanggal 8 Agustus 1942.
KH Oding menuntut
ilmu agama di beberapa pondok pesantren, di antaranya Pondok Pesantren Al
Ihsan, Pesantren Al-Ihsan Ashorfiyah Ciharashas Tasikmalaya, Pondok Pesantren
Bantar Gedang, Pondok Pesantren Cihaji, Pondok Pesantren Sadang Garut, Pondok
Pesantren Darul Qur’an Cianjur.
Semasa hidupnya
Engkang aktif berorganisasi, di antaranya di Gerakan Pemuda (GP) Anshor, di
Kecamatan Tamansari sebagai Ketua Pendidikan dan di MUI Mulyasari sebagai
ketua. Pada tahun Tanggal 8 Agustus 1970, Engkang menikah dengan Epon
Muhlisatul Anwariyah, yang kemudian mempunyai tujuh anak. Ketujuh
putra-putrinya Ai Nuraisyah (almarhum), Ade Ida Nurfarida, Rosyad Nurdin, Iip
Nafisah, Ujang Alawil Hadad Abdussalam, Ali Maemuham (Almarhum), dan Cucu
Mahmudah.
Engkang juga
mempunyai peran dan andil yang besar baik di Pondok Pesantren Mabdaul ‘Uluum
maupun di masyarakat. Di Pondok Pesantren Mabdaul ‘Uluum, selain sebagai
sesepuh, ia juga yang sekaligus sebagai Dewan Kiai Pengajar. Adapun di
masyarakat, selama 48 tahun menjadi Ketua DKM. Selain itu ia juga menjadi
Kepala Madrasah Diniyah selama 23 tahun.
Peranannya dalam
bermasyarakat selama hidupnya selalu diabdikan untuk keumatan. Tidak hanya di
lingkugan masyarakat Desa Mulyasari yang menjadi tempat tinggalnya, melainkan
juga ke lingkungan masyarakat sekitar, seperti Desa Babakan Jati, Ciburuyan,
Salamitan, Sumur Haur, Bojong Herang, Sumur Dago dan Sukasirna.
Amaliah yang selalu
dibiasakan oleh Engkang adalah shalat awal waktu dan khatam Qur'an dalam
seminggu sebanyak dua hingga tiga kali. Beberapa ungkapan hikmah dan nasihatnya
adalah Rek di mana wae gaul, ulah jauh jeng masjid (Di mana
saja bergaul, jangan jauh dari masjid); Sing gede pangampura ka jalma anu
bodo (Berbesar maaflah kepada orang yang bodoh).
Nasihat
lainnya, Tong cape mikiran urusan dunia (Jangan lelah memikirkan
urusan duniawi); Sing jaradi ahli kahadean naon bae anu
mampu (Jadilah ahli kebaikan apa saja yang mampu); Saalitken carios,
seerken damel (Sedikitkanlah berbicara, perbanyaklah kerja).
Engkang wafat pada
hari Jumat 7 Desember 2018 pukul 19:05 WIB pada usia 78 tahun di Rumah Sakit
Jasa Kartini Tasikmalaya. Berita kewafatannya yang tersebar di
grup Whatsapp Info Muqimin Muqimat MU yang menjadi media interaksi
dan informasi bagi para alumnus Pondok Pesantren Mabdaul ‘Uluum Mulyasari
Tamansari Tasikmalaya.
Berita tersebut
mengundang kesedihan yang mendalam bagi para murid, keluarga dan masyarakat
yang mengenalnya. Mereka berdoa, KH Oding Muhammad Abdul Qodir wafat dalam
keadaan khusnul khatimah, diampuni semua dosanya, dan diterima amal ibadahnya.
Alfatihah. []
Muhammad Azis,
alumnus Pondok Pesantren Mabdaul ‘Uluum Mulyasari Tamansari Tasikmalaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar