Menyiapkan Generasi
Muslim Berkarakter Nasionalis
Judul
Buku : Mendidik Kader Bangsa
Nasionalis Religius “Buah Pemikiran Prof KH Saifuddin Zuhri: Tentang
Islam, Pendidikan, dan Nasionalisme”
Penulis
: W Eka Wahyudi
Penerbit
: Pustaka Tebuireng
Cetakan
: I, Oktober 2018
Tebal
: 263 halaman.
Peresensi
: Suci Zulfiyana, pendidik di
Kabupaten Lamongan, Jawa Timur.
Sejumlah fenomena
yang terjadi di Indonesia belakangan ini seringkali menempatkan nasionalisme
dan agama pada sisi yang berseberangan. Bahkan sebagian kelompok Islam ada yang
beranggapan bahwa nasionalisme dianggap sebagai hal yang tidak penting dan
tidak perlu dibela. Sedangkan agama merupakan sesuatu yang mutlak harus dibela.
Timbulnya friksi ini pada akhirnya memunculkan stigma bahwa agama mempunyai
sifat berbeda terhadap spirit kebangsaan. Fenomena ini, salah satu faktornya
dipicu pada pemahaman bahwa nasionalisme adalah bentuk modernitas dan produk
kekafiran.
Kenyataan di atas
tentu berbanding terbalik dengan kehidupan berbangsa dan bernegara di
Indonesia. Konteks nasionalisme sendiri diterapkan berdasarkan atas dasar
keimanan pada setiap manusia. Masing-masing agama dalam ajarannya mengajarkan
tentang nasionalisme. Dalam Islam misalnya, ajaran tentang nasionalisme
dijelaskan dalam QS Al-Hujurat ayat 9, 10, dan 13. Sedangkan dalam Kristen
ajaran tersebut dimuat dalam Roma 12: 1-21, Katolik dalam dokumen KWI Umat
Katolik Indonesia dalam Masyarakat Pancasila (1985), Hindu dalam Vasudewa
Kuttumbakam, Buddha dalam Panca Sila dan Konghucu dalam Kitab Sabda Lun Yu.
Bertolak dari sini, maka dalam keyakinan apapun nasionalisme merupakan anjuran
bagi setiap umat beragama.
Dalam buku ini, KH
Saifuddin Zuhri sebagaimana yang dikutip penulis buku, W Eka Wahyudi menyatakan
bahwa nasionalisme merupakan sifat pembawaan manusia yang dilahirkan sebagai
bekal mengarungi hidup atas kodrat dan iradat Allah Tuhan Maha Pencipta.
Pandangan Kiai Saifuddin ini berupaya mengaitkan posisi sila Ketuhanan Yang
Maha Esa sebagai cerminan bahwasannya berdirinya negara Indonesia ini
berdasarkan asas Ketuhanan. Maka seharusnya eksistensi agama apapun tidak bisa
dijadikan alasan untuk merusak konsep nasionalisme.
Pemikiran tentang
korelasi agama dan bangsa beriringan dengan statemen Bung Karno saat pidato
pelantikan Kiai Saifuddin sebagai Menteri Agama, bahwa agama merupakan unsur
mutlak dalam pelaksanaan nation building di Indonesia. Agama dan nasionalisme
adalah satu kesatuan yang saling mengimbangi.
Ketimpangan pemahaman
nasionalisme yang tidak diimbangi dengan nilai keagaaman sebagaimana di atas
tentu salah kaprah. Hal inilah yang dewasa ini menjadi faktor penting dalam
menjamurnya kelompok radikal dan kian semaraknya proxy war di Indonesia.
Berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk meminimilasir berkembangnya paham
tersebut. Salah satunya adalah di bidang pendidikan. Melalui pendidikan
penguatan karakter yang diintegrasikan dalam konsep Kurikulum 2013 (K-13).
Buku ini menyuguhkan
tentang penanaman sikap nasionalis melalui pendidikan guna menancapkan rasa
cinta tanah air pada peserta didik. Usaha ini juga sejalan dengan upaya
Presiden melalui nawacitanya mengharapkan adanya gerakan revolusi mental yang
nantinya melahirkan peserta didik berkarakter Indonesia, yakni religius,
nasionalis, gotong royong, mandiri dan memiliki integritas.
Di dalam buku yang
mengupas tuntas buah pemikiran Prof KH Saifudin Zuhri tentang Islam, pendidikan
dan nasionalisme ini penulis berhasil mengategorikan anatomi nasionalisme ke
dalam beberapa poin penting, yaitu: spirit keislaman/ketuhanan, solidaritas
kebangsaan, mentalitas budaya, keadilan sosial dan nilai demokrasi.
Beberapa unsur
nasionalisme yang diambil dari kristalisasi pemikiran Kiai Saifudin tersebut
memiliki relevansi dengan UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal
3 yang memuat tujuan pendidikan nasional yakni mengembangkan potensi peserta
didik agar menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab (halaman 201).
Kurikulum selaku
bagian vital dari pendidikan memiliki peranan sangat penting dalam membangun
budaya belajar bercorak nasionalis religius. Ironi ketika pendidikan hanya
dianggap sebagai pabrik pencetak manusia mekanik untuk memenuhi kebutuhan kerja
semata tanpa mengindahkan sisi manusiawinya. Padahal seharusnya pendidikan
adalah alat untuk mengenalkan potensi daerah serta pembentukan moral agar
peserta didik lebih bangga dengan budaya bangsanya.
Di sini penulis
menguraikan dengan jelas dan lugas bagaimana seorang KH Saifudin Zuhri
menawarkan buah pemikirannya sebagai solusi untuk mengatasi problematika
pendidik yang memiliki kesamaan sebagaimana K-13. Buah pemikiran tersebut
di antaranya mendidik dengan nasionalisme.
Menurut pandangan KH
Saifuddin Zuhri, cara ini merupakan sebuah metode pembelajaran dengan
mengolaborasikan antara spirit ketuhanan dengan proses pembentukan warga negara
yang demokratis. Di buku ini dijelaskan aktualisasi dari spirit ketuhanan
nantinya tidak hanya berorientasi pada nilai spiritual melainkan juga pada
sikap sosial sebagai bagian dari solidaritas nasional. Karenanya, spirit
ketuhanan ini sangat krusial mengingat untuk membentuk warga negara yang
demokratis dan tetap mengedepankan sisi manusiawi memerlukan nilai moral
ketuhanan.
Upaya lain yang
ditawarkan KH Saifudin Zuhri adalah dengan membangun mentalitas budaya melalui
penyisipan materi kedaerahan yang mengangkat tema keunggulan budaya serta
potensi kedaerahan ke dalam pembelajaran.
Penulis menjabarkan
bahwasannya upaya ini merupakan bagian dari manifestasi kehidupan pribadi dalam
berinteraksi sosial di masyarakat serta dalam kehidupan berbangsa. Di samping
itu, berhasil tidaknya pendidikan nasional juga ditentukan oleh unsur nilai
kebudayaan dan karakteristik bangsa Indoneisa sebagai landasan filosofisnya.
Secara garis besar
buku ini menjelaskan bagaimana buah pemikiran seorang KH Saifudin Zuhri
dituangkan ke dalam komponen K-13 yang mengusung jargon sebagai pendidikan
penguatan karakter. Konsep yang ditawarkan sangat menggugah gairah untuk segera
mengimplementasikannya. Sungguh buku yang sangat luar biasa dan wajib dibaca
khususnya bagi para pendidik dan akademisi untuk membantu memudahkan menerapkan
pendidikan berbasis nasionalis religius. Lebih-lebih kajian tentang K13 yang
saat ini ramai dibicarakan dan ditagih hasilnya.
Dari sudut pandang
ini kiranya buku yang berjudul Mendidik Kader Bangsa Nasionalis Religius ini
cukup untuk menjawab pelbagai keresahan masyarakat mengenai bagaimana pandangan
agama dan sejarah nasionalisme di Indonesia sehingga tidak mudah diadu domba
dengan ajaran radikalis yang kian menyesatkan. Belum lagi adanya rentetan upaya
polarisasi pembenturan nasionalisme dan agama, maka buku ini merupakan konsumsi
wajib terlebih bagi pendidik dan akademisi selaku fasilitator dalam membentuk
karakter anak bangsa. Hal tersebut penting agar tidak mudah terprovokasi dengan
gerakan separatis berkedok ketuhanan. Selamat membaca. []
Tidak ada komentar:
Posting Komentar