Kisah Keutamaan Shalawat: Memberhentikan
Siksaan
Tidak diragukan bahwa membaca shalawat
merupakan ibadah yang istimewa dan memiliki banyak keutamaan dan manfaat baik
bagi pembacanya orang lain maupun bagi orang yang dimaksudkan pembacaannya.
Salah satu kisah tentang fadlilah atau keutamaan shalawat adalah apa yang
diceritakan oleh Syekh Yusuf bin Ismail An-Nabhani di dalam kitab Afdlalus
Shalawât ‘alâ Sayyidis Sâdât.
An-Nabhani mengisahkan bahwa Al-Hafidh
As-Sakhawi pernah bertutur:
Seorang ibu datang menghadap kepada Syekh
Hasan Al-Bashri. Kepada sang alim itu si ibu bercerita tentang anak
perempuannya yang telah meninggal dunia beberapa hari sebelumnya.
“Saya ingin bermimpi melihatnya, Syekh,”
katanya kemudian.
Melihat keinginan sang ibu yang begitu kuat
Syekh Hasan Al-Bashri kemudian memberi beberapa amalan untuk dilakukan.
“Setelah Shalat Isya lakukanlah shalat sunnah
empat rakaat. Di setiap rakaatnya bacalah Surat al-Fatihah dan at-Takatsur
sekali. Setelah itu tidurlah dengan posisi miring sambil membaca shalawat
kepada Nabi sampai dengan engkau tertidur.”
Maka sang ibu mengamalkan apa yang diajarkan
oleh Syekh Hasan. Di dalam tidurnya ia bermimpi melihat anak perempuannya dalam
keadaan disiksa. Ia memakai pakaian dari api, kedua tangannya dibelenggu dan
kedua kakinya diikat dengan rantai api.
Ketika terbangun dari tidurnya sang ibu
segera menemui Syekh Hasan dan menceritakan apa yang dilihatnya dalam mimpi.
Mendengar cerita dari sang ibu beliau memberi saran untuk bersedekah dengan
harapan Allah berkenan mengampuni anak perempuannya.
Pada malam harinya Syekh Hasan bermimpi
seakan berada di pertamanan surga. Di sana ada sebuah kasur yang terbentang. Di
atasnya ada seorang perempuan berwajah elok dengan mahkota cahaya bertanggar di
kepalanya.
Kepada Syekh Hasan perempuan itu berkata, “Ya
Hasan, kau mengenaliku?”
“Tidak,” jawabnya.
Perempuan itu mengatakan, “Aku adalah anak
perempuan dari seorang ibu yang kau perintahkan untuk membaca shalawat.”
Syekh Hasan seperti tak percaya. “Ibumu itu
menceritakan tentang dirimu bukan dengan keadaan seperti ini,” katanya.
“Apa yang disampaikan ibuku itu memang benar
adanya,” timpal perempuan itu.
“Lalu apa yang menjadikanmu mendapatkan
kemuliaan seperti ini?”
“Kami ada tujuh puluh ribu jiwa yang sedang
mengalami siksaan sebagaimana diceritakan ibuku kepadamu. Satu hari seorang
yang saleh lewat di pemakaman kami sambil membaca shalawat Nabi sekali dan
menghadiahkan pahalanya untuk kami. Allah menerima shalawat yang dibacanya itu
dan membebaskan kami semua dari siksaan, sebab berkah dari laki-lkai saleh
tersebut. Kini sampailah aku pada derajat sebagaimana yang engkau lihat ini.”
Bila tujuh puluh ribu ahli kubur bisa
diselamatkan dari siksaan hanya dengan satu kali shalawat saja, maka bagaimana
dengan orang yang membacanya?
Wallahu a’lam. []
(Yazid Muttaqin)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar