Ada Koperasi di Masa
Awal NU Berdiri
Tiap tanggal 12 Juli
Indonesia memperingati Hari Koperasi. Tanggal tersebut diambil sebagai hari
koperasi karena mengingatkan pada kongres koperasi pertama tahun 1947 di
Tasikmalaya.
Pada saat masih
Hindia Belanda, bibit-bibit dan upaya menuju gerakan koperasi telah tumbuh.
Tokohnya adalah Raden Bei Aria Wirjaatmadja. Pada 1855, ketika ia berusia 21
tahun bekerja menjadi juru tulis kontrolir Belanda di Banjarnegara. Jabatan dan
karirinya terus meningkat sehingga menjabat sebagai Patih Purwokerto pada 1879.
Jabatan ini dipegang hingga pensiun pada tahun 1907.
Ia adalah orang yang
berusaha mendirikan bank untuk pegawai pribummi.
***
Di masa pertumbuhan
NU, yaitu sekitar 1929, para kiai bersepakat mendirikan Coperatie Kaoem
Moeslimin (CKM). Itu berarti setelah tiga tahun NU berdiri.
Meski tujuan utama NU
adalah memperkuat kalangan bermazhab, nyata-nyatanya, tiga tahun berdiri telah
membentuk koperasi, sebuah upaya dalam ekonomi. Ini tidak mengherankan karena
sebelum NU berdiri telah berdiri Nahdlatut Tujjar (kebangkitan para pedangang).
Menurut Choirul Anam
pada buku Pertumbuhan dan Perkembangan NU, CKM berpusat di Pacarkeling Surabaya
atas inisiator KH Abdulhalim Leuwimunding.
Peraturan CKM
mengenai pembagian keuntungan, misalnya, dibagi lima bagian: 40 persen untuk
pegawai (penjual), 15 persen untuk pemilik modal, 25 persen untuk menambah
kapital (berarti pemilik modal mendapat bagian 4O persen), 5 persen untuk juru
komisi (iuru tulis) dan 15 persen untuk jam’iyyah Nahdlatul Ulama.
Apa yang terurai di
atas, baik mengenai pendidikan, masalah sosial maupun dakwah, adalah sekedar
contoh bagi usaha-usaha yang ditempuh NU di masa perintisannya. []
(Abdullah Alawi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar