Kala Sumber Mata Air
Zamzam Hilang
“Air zamzam adalah
panglima dari segala air, yang di dalamnya tersimpan kemuliaan, disukai setiap
jiwa, tidak terbayarkan dan karenanya dicari setiap insan.” (Ibnu Qayyim al-Jawziyah)
Sumur zamzam berjarak
21 meter dari Ka'bah. Sementara lubang sumur berada di bawah Mataf (daerah
sekeliling sekitar Ka'bah) di dekat hajar aswad (batu hitam). Air di sumur
zamzam mengalir dari dua sisi: sisi Ka'bah dan sisi gunung Abu Kubais dan
al-Safa.
Dewasa ini, air yang
dipompa dari sumur zamzam mencapai 11 hingga 18 liter per detik. Ada dua pompa
yang beroperasi selama 24 jam penuh. Selama hari-hari biasa, air zamzam yang
dipompa sekitar 150 ribu liter. Sementara pada musim haji naik mencapai 450
liter. Air tersebut lalu dipindahkan ke Pusat Distribusi Air Raja Abdullah
Zamzam di Kudy. Lalu kemudian didistribusikan ke tempat-tempat yang sudah
ditetapkan kerajaan Saudi.
Seperti yang
dikatakan Ibnu Qayyim bahwa air zamzam adalah air yang sangat istimewa.
Sehingga setiap orang yang datang ke Makkah, pasti mencari air zamzam. Tidak
lain, hal itu datang dari sebuah keyakinan bahwa air zamzam mengandung banyak
khasiat. Dengan meminumnya, mereka berharap akan mendapatkan tuahnya.
Air zamzam memiliki
sejarah yang panjang. Memang, ada beberapa versi tentang sejarah eksistensi
mata air zamzam. Namun yang masyhur adalah cerita Ismail dan Hajar, istri Nabi
Ibrahim as.
Mata air zamzam
adalah anugerah Allah untuk Ismail dan Hajar manakala mereka berada dalam
krisis persediaan makanan dan air usai ditinggalkan Nabi Ibrahim saw.
Dikisahkan, Hajar berlari-lari kecil dari bukit Shafa ke Marwah untuk mencari
makanan dan minuman. Ia juga berdoa kepada Tuhan untuk menolong mereka. Pada
saat itu, Allah mengutus Jibril untuk menyelamatkan keduanya. Hingga akhirnya
kaki Ismail yang masih kecil menggerak-gerakkan ke tanah dan keluar lah
air.
Sumber mata air hasil
injakan kaki Ismail as. itu kemudian dikenal dengan mata air zamzam. Sebuah
mata air yang tidak pernah kering hingga hari ini. Ia menjadi sumber kehidupan
masyarakat Arab dan masyarakat luar yang datang ke Ka’bah untuk menunaikan haji
atau umrah.
Namun, tahukah kamu
kalau mata air zamzam pernah hilang –ada yang mengatakan sengaja dihilangkan
atau ditutupi?
Ada banyak pandangan
mengapa mata air zamzam bisa hilang. Pertama, faktor geografis. Pandangan ini
menyebutkan kalau mata air zamzam hilang karena tertutup saat hujan. Kedua,
faktor teologis. Kabilah Jurhum berbuat maksiat dan melakukan kedzaliman sehingga
Allah mengazab mereka dengan menghilangkan air zamzam, sumber kehidupan
masyarakat Arab.
Pandangan lain
mengatakan kalau mata air zamzam hilang karena musuh kabilah Jurhum sengaja
menutupi mata air zamzam dengan barang bawaan mereka yang sangat banyak.
Disebutkan bahwa mata air zamzam hilang tidak hanya setahun dua tahun, tapi
sampai tiga tahun.
Hilangnya mata air
zamzam menyebabkan krisis di tengah masyarakat Makkah, utamanya para jamaah
haji. Tidak sedikit pula dari mereka yang meninggalkan Makkah dan mengungsi ke
Yaman.
Masyarakat Makkah
mulai menggali dan mencari mata air baru untuk memenuhi kebutuhan mereka dan
para jamaah haji yang datang. Mereka memang akhirnya menemukan sumber mata air
baru seperti mata air Maimun Hadhari, mata air Murrah, mata air al-Ghamr, dan
lainnya. Namun, mata air tersebut berada di luar Makkah. Mereka harus membawa
air tersebut ke Makkah untuk memenuhi kebutuhan jamaah haji. Ini menjadi
kesulitan yang amat. Ditambah datangnya musim kemarau panjang yang membuat mata
air tersebut kering.
Menurut buku Mekkah:
Kota Suci, Kekuasaan, dan Teladan Ibrahim, adalah Abdul Muthalib yang
akhirnya menemukan kembali sumber mata air zamzam. Di saat masyarakat Makkah
mengalami krisis air yang panjang, Abdul Muthalib mengajak para pimpinan
kabilah rapat untuk mengatasi persoalan itu. Forum rapat tersebut menyatakan
kalau seandainya sumber mata air zamzam ditemukan, maka persoalan krisis air
akan berakhir.
Singkat cerita, Abdul
Muthalib menerima pesan dari langit untuk menggali sumber mata air zamzam saat
tidur. Ia bermimpi dan mendapatkan perintah untuk menggali sumber mata air zamzam
yang hilang bertahun-tahun itu. Bersama anaknya, Harits, Abdul Muthalib
menggali sebidang tanah yang di atasnya berdiri berhala.
Ia yakin, itulah
tempat yang ada dalam mimpinya. Ia dan anaknya terus menggali hingga akhirnya
menemukan banyak perkakas seperti emas, pedang, baju perang, dan benda lainnya.
Setelah barang-barang itu diangkut, maka keluarlah air. Dan sumber mata air
zamzam telah ditemukan kembali. []
(A Muchlishon
Rochmat)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar