Mengapa Allah Tak
Merahasiakan Malam Nisfu Sya’ban?
Malam nisfu Sya’ban memiliki keutamaan yang
besar, ia termasuk waktu yang mustajabah dibuat berdoa. Perisitiwa-peristiwa
besar terjadi di malam penuh berkah tersebut. Demikian pula dengan malam
Lailatul Qadar, memiliki keistimewaan yang sangat agung. Ia adalah malam yang
diharapkan oleh setiap Muslim di seluruh penjuru dunia.
Allah memperlihatkan malam nisfu Sya’ban
kepada siapa pun. Tidak ada yang dirahasiakan tentang terjadinya malam nisfu
Sya’ban. Waktu dan tanggalnya sudah jelas dan tidak berubah-ubah di setiap
tahunnya, yaitu malam tanggal 15 bulan Sya’ban.
Berbeda dengan malam Lailatul Qadar. Allah
sangat merahasiakan kapan malam seribu bulan tersebut terjadi. Bisa tanggal 21,
23, 25, 27 atau bahkan di sepanjang bulan Ramadlan berpotensi Lailatul Qadar,
namun kapan persisnya benar-benar menjadi misteri.
Pertanyaannya kemudian, mengapa Allah tak
merahasiakan malam nisfu Sya’ban tapi merahasiakan Lailatul Qadar? Padahal,
keduanya sama-sama malam yang dipenuhi limpahan rahmat.
Syekh Abdul Qadir al-Jilani menegaskan bahwa
Lailatul Qadar dirahasiakan karena ia lebih dominan sisi rahmat dan ampunan di
dalamnya. Barangsiapa menghidupi Lailatul Qadar, ia diberi kemuliaan dan pahala
yang tidak terhingga. Oleh karena itu, Allah merahasiakannya agar umat Islam
tidak mengandalkan Lailatul Qadar sebagai satu-satunya waktu untuk beribadah
secara serius. Dengan dirahasiakannya Lailatul Qadar, semakin tampak siapa
hamba yang betul-betul menjaga konsistensi ibadahnya dan siapa yang hanya
beribadah secara musiman.
Hal ini berbeda dengan malam Nisfu Sya’ban.
Meski di dalamnya dipenuhi limpahan rahmat, namun pada malam tersebut lebih
dominan sisi “penentuan nasib” seorang manusia. Di malam nisfu Sya’ban, amal
perbuatan manusia selama satu tahun dilaporkan di hadapan-Nya. Manusia diuji
selama satu tahun, apakah ia semakin dekat dengan-Nya atau justru semakin
diperbudak oleh nafsunya. Di malam tersebut Allah memberi keputusan siapa yang
layak mendapat ridha-Nya dan siapa yang tertimpa azab-Nya. Di malam tersebut
tampak siapa yang beruntung dan celaka. Oleh karena hal tersebut, malam nisfu
Sya’ban tidak dirahasiakan oleh Allah.
Syekh Abdul Qadir al-Jilani mengatakan:
وقيل
إن الحكمة في أن الله تعالى أظهر ليلة البراءة وأخفى ليلة القدر لأن ليلة القدر
ليلة الرحمة والغفران والعتق من النيران، أخفاها الله لئلا يتكلوا عليها
“Dikatakan, hikmah Allah memperlihatkan malam
pembebasan (nisfu Sya’ban) dan menyamarkan Lailatul Qadar adalah bahwa Lailatul
Qadar merupakan malam kasih sayang, pengampunan, dan pemerdekaan dari neraka.
Allah menyamarkan Lailatul Qadar agar para manusia tidak mengandalkannya.”
وأظهر
ليلة البراءة لأنها ليلة الحكم والقضاء وليلة السخط والرضاء ليلة القبول والرد
والوصول والصد، ليلة السعادة والشقاء والكرامة والنقاء فواحد فيها يسعد والآخر
فيها يبعد، وواحد يجزى ويخزى وواحد يكرم وواحد يحرم، واحد يهجر وواحد يؤجر
“Dan Allah memperlihatkan malam pembebasan
(nisfu Sya’ban) karena ia adalah malam penghakiman dan pemutusan, malam
kemurkaan dan keridhaan, malam penerimaan dan penolakan, malam peyampaian dan
penolakan, malam kebahagiaan dan kecelakaan, malam kemuliaan dan pembersihan.
Sebagian orang beruntung, sebagian yang lain dijauhkan dari rahmat-Nya, ada
yang dibalas pahala, ada pula yang dihinakan, ada yang dimuliakan, ada pula
yang dicegah dari rahmat-Nya, salah seorang didiamkan, salah seorang diberi
pahala.” (Syekh Abdul Qadir al-Jilani, Ghunyah al-Thalibin, hal. 283)
Demikianlah hikmah mengapa Allah tidak
merahasiakan malam nisfu Sya’ban. Semoga di malam nisfu Sya’ban kita termasuk
dari hamba-hamba-Nya yang beruntung. []
Ustadz M. Mubasysyarum Bih, Dewan Pembina
Pesantren Raudlatul Qur’an, Geyongan Arjawinangun Cirebon Jawa Barat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar