Meluruskan
Makna Jihad (36)
Memelihara
Citra Dalil-Dalil Agama
Oleh:
Nasaruddin Umar
Suatu
ketika terjadi pemandangan menarik di sebuah pasar tradisional di Timur Tengah.
Seorang penjual madu dagangannya laris manis karena dipoles dengan hadis, ditambah
dengan ayat yang dikutip dari Surah al-Nahl (lebah madu). Hadis tentang madu
memang pernah ada, yaitu: al-'Asal
da'u kulli dawa' (madu mengobati berbagai macam penyakit). Penjual
madu meneriakkan hadis Nabi SAW di tengah pasar sehingga dalam waktu tidak lama
dagangannya habis.
Di
samping penjual madu ada seorang penjual terong hanya bisa termangu menyaksikan
pembeli menyerbu dagangan madu di sampingnya, sementara dagangan terongnya
tidak ada yang membeli. Rupanya si penjual terong tidak kehabisan akal. Ia pun
mengarang sebuah hadis yang isinya mirip dengan hadis yang diteriakkan oleh
penjual madu. Ia membuat hadis palsu dan meneriakkannya berulang-ulang:
"Wahai
para pengunjung pasar, kemarilah membeli terongku, Rasulullah pernah bersabda: Al-Bazinjan da'u kulli dawa'
(terong bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit)." Alhasil, dagangan
penjual terong juga laris manis. Hadis palsu tersebut sering dijadikan contoh
dari hadis palsu di dalam kitab-kitab ulumul
hadits.
Dalam
kesempatan lain ketika Megawati Soekarnoputri mencalonkan diri sebagai presiden
di masa lalu, sebuah spanduk raksasa yang berisi hadis Nabi terpampang di
sebuah kampus besar: Lan
yufliha qaumun wallau amrahum imraatan (Tidak akan beruntung suatu
kaum yang menyerahkan urusannya diurus oleh seorang perempuan). Di tempat lain
dipajang spanduk isinya ayat Al-Quran: Al-Rijal
qawwamun 'ala al-nisa' (Laki-laku pemimpin bagi perempuan - Q.S.
al-Nisa'/4:32).
Jelas
tujuan spanduk-spanduk dan brosur itu bertujuan mencekal Megawati sebagai calon
presiden. Perolehan suara Megawati tergolong kurang di kawasan itu. Secara
terselubung hingga saat ini dalil-dalil agama masih sering dipolitisasi untuk
"menembak" seseorang atau sekelompok orang. Bukan hanya dalam dunia
politik, tetapi juga dalam dunia bisnis. Ada produk-produk dipoles dengan ayat
atau hadis, tetapi pada merek lain dijadikan sasaran kampanye hitam untuk
menjatuhkan produk itu.
Perang
antara kelompok radikal dengan kelompok liberal juga menggunakan ayat dan
hadis. Kesemuanya ini menunjukkan begitu gampang orang mencapai sasarannya
dengan polesan dalil-dalil agama. Yang paling menyedihkan, kalimat-kalimat suci
diucapkan untuk mengeksekusi secara kejam orang-orang yang dianggap musuhnya,
seperti kita saksikan di media-media sosial tentang perlakuan ISIS terhadap
tawanan perangnya.
Dalil-dalil
agama juga pernah dipopulerkan secara parsial dalam kurun waktu tertentu di
zaman Orde Baru untuk menekan angka kelahiran anak. Ayat-ayat dan hadis,
termasuk kitab-kitab agama lain, yang mendukung BKKBN dipublikasi sedemikian
rupa. Bahkan diikutsertakan para ulama dan para tokoh agama untuk
mengkampanyekan kesuksesan Program Keluarga Berencana.
Hasilnya
memang luar biasa. Dalam waktu singkat Indonesia berhasil meraih berbagai international award dalam
pengendalian jumlah penduduknya. Contoh terakhir bisa ditolerir, tetapi
contoh-contoh sebelumnya adalah contoh negatif. Sudah saatnya kita memelihara
kemurnian misi ajaran agama melalui pemeliharaan citra dalil-dalil agama. []
DETIK, 21
Februari 2020
Prof. Dr.
Nasaruddin Umar, MA | Imam
Besar Masjid Istiqlal Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar