KHOTBAH JUM'AT
Peran Ulama bagi Kemandirian Bangsa
Khutbah I
الْحَمْدُ
لِلهِ الْوَاحِدِ الْأَحَدْ اَلْفَرْدِ الصَّمَدْ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْ
وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوا أَحَدٌ.
أَشْهَدُ
أَنْ لاَ اَلَهَ إَلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ مَنْ
أَرْسَلَهُ اللهُ رَحْمَةً لِجَمِيْعِ الْعِبَادِ.
اَللَّهُمَّ
صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ وَكَرِّمْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ
سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ
أمَّا
بَعْدُ: فَيَا أيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ
فَقَدْ فَازَ الْــمُتَّقُوْنَ. فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ
الْكَرِيْمِ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى
وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ
اللهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Ma’asyirol muslimin wa zumratal
mu’minin rahimakumullah,
Marilah kita tingkatkan iman dan taqwa kepada
Allah subhanahu wa ta’ala dengan menjalankan segala perintah Allah
ta’ala dan menjauhi segala larangan-Nya. Semoga amal ibadah kita, baik yang
wajib maupun yang sunnah, diterima oleh Allah ta’ala.
Tidak terasa, jam’iyyah Nahdlatul Ulama (NU),
sebagai ormas Islam terbesar di Indonesia bahkan dunia, sudah sampai pada hari
lahir ke-92 pada tanggal 31 Januari. NU adalah organisasi Islam yang didirikan
oleh para ulama dan kiai pesantren dan pengikutnya dengan tujuan izzul islam
wal muslimiin, yaitu jayanya Islam dan kaum muslimin terutama di Negara
Kesatuan Republik Indonesia. NU telah berperan banyak dalam proses dan sejarah
berjalannya bangsa ini. Dalam kesempatan ini, khatib akan menyampaikan khutbah
dengan tema peran ulama bagi kemandirian bangsa terutama bagi generasi bangsa
saat ini dan yang akan mendatang dengan meneladani para ulama pendiri NU di
masa lalu.
Khutbah ini kami sampaikan untuk menyambut
dan memperingati Hari Lahir Nahdlatul Ulama ke-92.
Hadirin, jamaah shalat jum’ah yang semoga
dimuliakan oleh Allah,
Allah subhanahu wata‘ala berfirman
dalam Surat al-Baqarah ayat 129 yang mengabadikan doa Nabi Ibrahim alahissalam:
رَبَّنَا
وَابْعَثْ فِيهِمْ رَسُولًا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِكَ وَيُعَلِّمُهُمُ
الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَيُزَكِّيهِمْ ۚ إِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
“Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang
rasul dari kalang¬an mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat
Engkau dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab (Al-Qur'an) dan hikmah serta
menyucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah Yang Mahaperkasa lagi
Mahabijaksana”.
Doa ini adalah doa Nabi Ibrahim alaihissalam
yang dikabulkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala dengan mengutus Nabi
Muhammad shallallahu alaihi wasallam di tengah bangsa Arab kala itu
dengan membawa risalah Islam yang rahmatan lil alamiin.
Dalam ayat tersebut dikatakan bahwa Rasul
yang diutus yaitu Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam memiliki
tiga misi yaitu: pertama, membacakan ayat-ayat Allah subhanahu wa ta’ala;
kedua, mengajarkan Al-Qur’an dan al-Hikmah (Sunnah), dan ketiga menyucikan
umatnya.
Rasulullah shallalallahu alaihi wasallam bersabda:
إنَّ
الْعُلُمَاءَ وَرَثَةُ اْلأَنْبِيَاءِ، إِنَّ اْلأَنْبِياَءَ لَمْ يُوَرِّثُوْا
دِيْناَرًا وَلاَ دِرْهَماً إِنَّمَا وَرَّثُوْا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَ بِهِ
فَقَدْ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ
Artinya: “Sesungguhnya ulama adalah pewaris
para nabi. Sungguh para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham. Sungguh mereka
hanya mewariskan ilmu maka barangsiapa mengambil warisan tersebut ia telah
mengambil bagian yang banyak. ” (Hadits Riwayat Imam At-Tirmidzi, Imam Ahmad,
Imam Ad-Darimi, dan Imam Abu Dawud)
Para ulama sebagai waratsatul anbiya dan
umana’ur rasul (pewaris para nabi dan pemegang amanah dari para Rasul) tentu
berkewajiban melanjutkan misi dan tugas dakwah Nabi Muhammad shallallahu
alaihi wasallam tersebut. Tiga misi inilah yang dapat dilakukan oleh para
ulama dalam rangka berperan mengembangkan kemandirian bangsa Indonesia, wabil
khusus kaum Muslimin.
Menurut Profesor Quraish Syihab dalam bukunya
Membumikan Al-Qur’an, pengertian dari kalimat “membacakan ayat Allah SWT dan
mengajarkan kitab dan al hikmah” (tilawah ayatillah dan ta’lim al-kitab wal
hikmah) adalah mengajarkan umat, mengisi otak dan mengajarkan bangsa (ta’lim).
Sementara, pengertian menyucikan diri (tazkiyatun nafsi) erat kaitanya
dengan kegiatan pendidikan (tarbiyah) yang bermaksud untuk mengubah
sikap dan perilaku yang dididik. Para nabi dan rasul mereka tidak hanya mengajarkan
dan menyampaikan ilmu, tapi mereka juga mendidik umatnya dengan membersihkan
diri mereka dari perilaku buruk dan tidak terpuji dengan syariatnya
masing-masing. Dengan shalat, dengan puasa, dengan berdzikir, dengan zakat,
dengan mengasihi sesama, dengan tolong menolong, dan amaliyah ubudiyah lainnya
baik yang mahdloh dan ghair mahdlah.
Demikian halnya para ulama. Mereka tidak
hanya ta’lim tapi juga tarbiyah. Tidak hanya tarbiyah tapi juga ta’lim. Mereka
menggabungkan antara dua aspek ini adalah bagi kemandirian umat Islam dan
bangsa Indonesia. Kemandirian umat dan bangsa ditentukan oleh seberapa mampu
kaum muslimin mengikhlaskan dirinya dalam beribadah kepada Allah SWT, sebagai
kunci kemandirian. KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) mengatakan:
الْحَيَاةُ
اَلْعِباَدَةُ كُلُّهَا
Artinya: “Kehidupan ini adalah pengabdian
total kepada Allah. ”
Bangsa ini mandiri jika bangsa ini mengabdi
kepada Allah subhanahu wata‘la. Jika seorang sudah beribadah kepada Allah
dengan ikhlas, maka dengan sendirinya dia akan memperoleh kemandirian dalam
berbagai bidang kehidupan, baik pribadi, sosial, maupun ekonomi. Hal itulah
yang ditunjukkan dan dicontohkan oleh pendiri Nahdlatul Ulama. Seperti
Hadratussyekh Muhammad Hasyim Asy’ari yang mendirikan pesantren Tebuireng
dengan biayanya sendiri dari hasil berdagang. Kemandirian itu juga ditunjukkan
oleh Hadratussyekh dengan tidak takut dan tunduk pada kolonialisme dan
penjajahan bangsa asing di masanya. Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’arie memiliki
kemandirian dalam berpikir dan bersikap.
Bahkan dalam periode menuntut ilmu, para
ulama kita juga mencontohkan kemandirian tersebut. Syaikhona Kholil Bangkalan
dan juga para ulama lainnya dikisahkan menjual hasil karya tulisnya demi biaya
hidup dalam menuntut ilmu. Sikap para ulama yang mandiri ini dalam membangun
lembaga pendidikan dan juga di dalam berbagai kehidupan menjadi teladan bagi
kita semua. Semoga kita semua dapat menirunya. Semoga kita semua juga termasuk
orang-orang yang diberikan kekuatan dan kemandirian dalam kehidupan ini bersama
Allah subhanahu wa ta’ala. Amiin ya rabbal Alamiin.
بَارَكَ
الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ
بِمَافِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ
تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا
فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم
Khutbah II
اَلْحَمْدُ
للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ.
وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ
وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ
رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ
وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
أَمَّا
بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا
عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ
بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ
وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا
صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ
وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ
الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ
الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ
اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ
الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ
اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ
اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ
وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ
اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ
اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ
الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ
وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ
عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ
عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى
اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا
وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.
عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ
ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ
لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ
وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ
Darul Qutni, Sekretaris LTM PCNU Depok
Tidak ada komentar:
Posting Komentar