Misteri
Maqam Ibrahim
Oleh:
Nasaruddin Umar
BANGUNAN
kecil berdiri tegak di depan pintu Kakbah yang disebut Maqam Ibrahim. Tempat
ini bukanlah kuburan Nabi Ibrahim. Makamnya ada di Hebron, negeri Palestina
yang dikuasai Israel sekarang. Maqam Ibrahim adalah tempat pijakan kaki Nabi
Ibrahim ketika merehab atau membangun Kakbah.
Konon
ketika meninggikan dinding Kakbah untuk mencapai ketinggian tertentu, putranya,
Nabi Ismail, mengambil sebongkah batu sebagai tempat pijakan, tetapi keajaiban
terjadi karena batu tempat pijakan kedua telapak kaki itu berlubang, menyerupai
pahatan, dengan panjang 22 sentimeter x 11 sentimeter. Ukuran telapak kaki
seperti ini lebih kurang sama dengan ukuran kaki normal manusia modern saat
ini.
Konon
juga bertambah tinggi bangunan dinding Kakbah, bertambah tinggi pula batu
tempat pijakan itu. Kini ‘prasasti’ itu dapat disaksikan di dalam kotak kaca
yang di dalamnya terdapat bekas telapak kaki Nabi Ibrahim.
Maqam
Ibrahim sekarang dibangun dengan kekuatan yang amat kukuh. Ditabrak dan ditarik
orang banyak pun tidak akan rebah atau rusak. Bangunannya juga diamankan dengan
jeruji besi dan kaca tebal yang kukuh. Maqam Ibrahim berdekatan dengan multazam
sehingga sering juga digunakan salat dan berdoa para jemaah haji dan umrah di
arah tempat ini.
Sebetulnya
dalam sejarahnya sudah mengalami beberapa kali pemindahan. Semula juga menempel
di dinding Kakbah dengan pelataran tersendiri, tetapi dianggap mengganggu orang
tawaf, maka bangunannya diperkecil. Menurut ahli sejarah Saudi Arabia, semula
Maqam Ibrahim menempel di dinding Kakbah seperti halnya Hajar Aswad. Namun, di
zaman Khalifah Umar bin Khattab, batu ini dipisahkan dengan dinding Kakbah dan
digeser ke belakang Kakbah.
Semula
Maqam Ibrahim ini diletakkan di sebuah bangunan lemari perak berukuran 6 meter
x 3 meter, kemudian dibuat dalam kotak ukuran lebih kecil (180 sentimeter x 130
sentimeter = 2,34 meter) karena menghalangi arus tawaf. Perubahan ini melalui
hasil kesepakatan pemimpin umat Islam melalui Rabitah Al-Alam Al-Islami
(Organisasi Konferensi Islam/OKI) pada 1387 Hijriah. Jarak antara Maqam Ibrahim
dan sudut Kakbah serta Hajar Aswad yakni 14,5 meter. Dari Rukun Yamani 14 meter
dan dari sudut talangan air 13,25 meter.
Maqam
Ibrahim sering dijadikan incaran para pemimpin qabilah dan pemegang kekuasaan,
seperti halnya Batu Hitam (Hajar Aswad) yang menempel di Kakbah pernah
dicongkel sekelompok orang dari Dinasti Qaramithah. Namun, tiga tahun kemudian
dikembalikan ke tempat aslinya, meskipun sudah mengalami pecah belah.
Ada juga
ide untuk menjauhkan Maqam Ibrahim dengan Kakbah untuk menghilangkan
kemungkinan orang menyembah atau mengkultuskan objek ini. Dalam pandangan
sufistik, Maqam Ibrahim dimaknai tidak hanya secara fisik, tetapi lebih
ditekankan kepada makna simboliknya sebagai ‘Pendirian Ibrahim’ yang
monoteistik (tauhid).
Seperti
diketahui, Nabi Ibrahim sering disebut sebagai ‘Bapak Monotesme’ (The Father of
Monotheism). Nabi Ibrahim melahirkan keturunan penganjur tegas ajaran
monoteisme, yaitu Nabi Musa yang diamanati menganjurkan agama Yahudi dengan
kitab sucinya yakni Taurat. Kemudian Nabi Isa yang diamanati menganjurkan agama
Nasrani dengan kitab sucinya yaitu Injil. Dan terakhir, Nabi Muhammad SAW dari
jalur Nabi Ismail, diamanati sebagai penganjur agama Islam dengan kitab sucinya
yakni Alquran.
Para
peziarah Kakbah, diharapkan meneguhkan dan mengukuhkan pendirian ajaran
monoteisme sebagaimana dianjurkan Nabi Ibrahim, yang merelakan dirinya terancam
dengan berbagai ancaman. Termasuk memisahkan diri dengan ayahnya sendiri yang
pembuat dan penyembah berhala. Inilah keunikan Nabi Ibrahim, mempunyai ayah
yang amat kufur, tetapi memiliki anak keturunan beberapa nabi yang amat saleh.
[]
MEDIA
INDONESIA, 18 Agustus 2018
Nasaruddin
Umar | Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar