Jumat, 31 Agustus 2018

Nasaruddin Umar: Misteri Maqam Ibrahim


Misteri Maqam Ibrahim
Oleh: Nasaruddin Umar

BANGUNAN kecil berdiri tegak di depan pintu Kakbah yang disebut Maqam Ibrahim. Tempat ini bukanlah kuburan Nabi Ibrahim. Makamnya ada di Hebron, negeri Palestina yang dikuasai Israel sekarang. Maqam Ibrahim adalah tempat pijakan kaki Nabi Ibrahim ketika merehab atau membangun Kakbah.

Konon ketika meninggikan dinding Kakbah untuk mencapai ketinggian tertentu, putranya, Nabi Ismail, mengambil sebongkah batu sebagai tempat pijakan, tetapi keajaiban terjadi karena batu tempat pijakan kedua telapak kaki itu berlubang, menyerupai pahatan, dengan panjang 22 sentimeter x 11 sentimeter. Ukuran telapak kaki seperti ini lebih kurang sama dengan ukuran kaki normal manusia modern saat ini.

Konon juga bertambah tinggi bangunan dinding Kakbah, bertambah tinggi pula batu tempat pijakan itu. Kini ‘prasasti’ itu dapat disaksikan di dalam kotak kaca yang di dalamnya terdapat bekas telapak kaki Nabi Ibrahim.

Maqam Ibrahim sekarang dibangun dengan kekuatan yang amat kukuh. Ditabrak dan ditarik orang banyak pun tidak akan rebah atau rusak. Bangunannya juga diamankan dengan jeruji besi dan kaca tebal yang kukuh. Maqam Ibrahim berdekatan dengan multazam sehingga sering juga digunakan salat dan berdoa para jemaah haji dan umrah di arah tempat ini.

Sebetulnya dalam sejarahnya sudah mengalami beberapa kali pemindahan. Semula juga menempel di dinding Kakbah dengan pelataran tersendiri, tetapi dianggap mengganggu orang tawaf, maka bangunannya diperkecil. Menurut ahli sejarah Saudi Arabia, semula Maqam Ibrahim menempel di dinding Kakbah seperti halnya Hajar Aswad. Namun, di zaman Khalifah Umar bin Khattab, batu ini dipisahkan dengan dinding Kakbah dan digeser ke belakang Kakbah.

Semula Maqam Ibrahim ini diletakkan di sebuah bangunan lemari perak berukuran 6 meter x 3 meter, kemudian dibuat dalam kotak ukuran lebih kecil (180 sentimeter x 130 sentimeter = 2,34 meter) karena menghalangi arus tawaf. Perubahan ini melalui hasil kesepakatan pemimpin umat Islam melalui Rabitah Al-Alam Al-Islami (Organisasi Konferensi Islam/OKI) pada 1387 Hijriah. Jarak antara Maqam Ibrahim dan sudut Kakbah serta Hajar Aswad yakni 14,5 meter. Dari Rukun Yamani 14 meter dan dari sudut talangan air 13,25 meter.

Maqam Ibrahim sering dijadikan incaran para pemimpin qabilah dan pemegang kekuasaan, seperti halnya Batu Hitam (Hajar Aswad) yang menempel di Kakbah pernah dicongkel sekelompok orang dari Dinasti Qaramithah. Namun, tiga tahun kemudian dikembalikan ke tempat aslinya, meskipun sudah mengalami pecah belah.

Ada juga ide untuk menjauhkan Maqam Ibrahim dengan Kakbah untuk menghilangkan kemungkinan orang menyembah atau mengkultuskan objek ini. Dalam pandangan sufistik, Maqam Ibrahim dimaknai tidak hanya secara fisik, tetapi lebih ditekankan kepada makna simboliknya sebagai ‘Pendirian Ibrahim’ yang monoteistik (tauhid).

Seperti diketahui, Nabi Ibrahim sering disebut sebagai ‘Bapak Monotesme’ (The Father of Monotheism). Nabi Ibrahim melahirkan keturunan penganjur tegas ajaran monoteisme, yaitu Nabi Musa yang diamanati menganjurkan agama Yahudi dengan kitab sucinya yakni Taurat. Kemudian Nabi Isa yang diamanati menganjurkan agama Nasrani dengan kitab sucinya yaitu Injil. Dan terakhir, Nabi Muhammad SAW dari jalur Nabi Ismail, diamanati sebagai penganjur agama Islam dengan kitab sucinya yakni Alquran.

Para peziarah Kakbah, diharapkan meneguhkan dan mengukuhkan pendirian ajaran monoteisme sebagaimana dianjurkan Nabi Ibrahim, yang merelakan dirinya terancam dengan berbagai ancaman. Termasuk memisahkan diri dengan ayahnya sendiri yang pembuat dan penyembah berhala. Inilah keunikan Nabi Ibrahim, mempunyai ayah yang amat kufur, tetapi memiliki anak keturunan beberapa nabi yang amat saleh. []

MEDIA INDONESIA, 18 Agustus 2018
Nasaruddin Umar | Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar