Senin, 20 Agustus 2018

Nasaruddin Umar: Kabah, Rumah Pembebasan


Kabah, Rumah Pembebasan
Oleh: Nasaruddin Umar

KABAH juga dikenal sebagai rumah pembebasan (Bait al-'Atid). Disebut demikian karena kehadiran bangunan suci Kabah sesungguhnya adalah simbol pembebasan. Ketika Adam dan Hawa melanggar peraturan surga lalu keduanya dijatuhkan ke bumi penderitaan dari langit kebahagiaan. Pada saat itulah Allah SWT menginstruksikan malaikat untuk membuatkan rumah pertobatan atau rumah pembebasan bagi Adam dan Hawa.

Kabah adalah makhluk surgawi yang diutus untuk menjemput anak manusia di bumi penderitaan untuk kembali ke surga kebahagiaan. Kabah berfungsi untuk menenangkan kembali hati dan pikiran Adam dan Hawa beserta anak cucunya yang jiwanya bergejolak sebagai kekhilafan yang baru dilakukannya.

Energi spiritual Kabah mendekatkan kembali anak manusia setelah berjauhan dari Tuhannya. Tidak ada bentuk penderitaan paling pedih selain hamba berjarak dengan Tuhannya. Itulah sebabnya Allah SWT menurunkan sebuah ayat dalam rangkaian drama kosmik di dalam Surah al-A'raf berikut ini, "Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat. (QS al-A'raf/7:26)     

Jalan penyelamatan setelah tersesat karena pelanggaran ialah menutupi aurat sebagai simbol dosa dan kemaluan. Penutup aurat dan sekaligus dilengkapi dengan perhiasan dan aksesori ialah pakaian ketakwaan (libas al-taqwa). Pakaian ketakwaan inilah yang mampu menutupi aurat kelemahan dan dosa kita sebagai umat manusia. Manusia bukan malaikat, melainkan makhluk yang tak pernah luput dari kekhilafan. Itulah sebabnya Allah SWT menurunkan berbagai institusi pertobatan yang bisa menyadarkan dan megembalikan diri kepada jalan lurus yang diridhai-Nya.

Patut untuk direnungkan saat kita sedang mandi ihram sebelum menunaikan haji. Kita telanjang bulat. Kemudian kita membersihkan diri dengan air dalam bentuk mandi sunat untuk ihram. Setelah itu kita menggunakan pakaian khusus yang membalut lekuk-lekuk tubuh kita. Sepotong kain ihram putih tak berjahit, sekaligus mengingatkan kita sebagai pakaian di dalam liang lahad. Tidak ada satu pun menyertai kita selain selembar kain itu. Tidak ada atribut dan tanda pangkat dan jabatan. Tidak ada juga berbagai jenis harta kekayaan yang kita miliki. Pakaian ketakwaan tidak pernah hancur bersama hancurnya tubuh sekalipun. Pakaian ini yang menyertai dan sekaligus membela kita sepanjang zaman di akhirat yang tak berkesudahan.

Lesson learning yang kita peroleh dari drama kosmik ini ialah, seperti kata pepatah, kita tidak boleh jatuh di dalam lubang yang sama. Ayat Alquran juga menyatakan hal yang sama, "Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh setan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin-pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman." (QS al-A'raf/7:27). Seruan kasih sayang seprti ini bisa kita temukan di sejumlah ayat di dalam Alquran.

Perjalanan ibadah haji betul-betul bisa dinikmati sebagai spiritual journey karena kita lebih terasa sebagai napak tilas siklus perjalanan kosmik. Kita seolah menjadi pemeran utama di dalam drama kosmik itu. Dan, yang amat penting, kita terasa berada di dalam perjalanan pulang ke kampung halaman rohani kita di surga, tempat nenek moyang kita Adam dan Hawa diciptakan. Tempatnya para nabi dan para kekasih Tuhan yang lainnya. Bahkan kita pun merasa bagian dari kekasih Tuhan yang diundang secara khusus ke rumah-Nya, Baitullah, rumah pembebasan (Bait al-'Atiq). Wajar jika puluhan tahun orang harus antre menanti kesempatan langka ini. Allahu a’lam. []

MEDIA INDONESIA, 08 Agustus 2018
Nasaruddin Umar | Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar