Senin, 20 Agustus 2018

(Buku of the Day) Telling Islam to the World


Mendakwahkan Islam ke Dunia Global


Judul                : Telling Islam to the World
Penulis             : Imam Shamsi Ali
Penerbit            : Quanta
Cetakan            : 2017 
ISBN                 : 978-602-04-3164-2
Tebal                : 186 halaman
Peresensi          : A Muchlishon Rochmat

“Saya sungguh bersyukur kepada Tuhan karena sempat menemukan Islam sebelum sempat bertemu dengan orang-orang Islam.” Syekh Hamzah Yusuf, seorang Imam Amerika keturunan Irlandia dan juga Presiden Zaituna Institute.

Islam adalah agama yang damai dan mengajarkan kedamaian, toleran dan mengajarkan toleransi, dan sesuai dengan perkembangan zaman. Islam adalah agama yang diturunkan oleh Allah sebagai rahmat bagi sekalian alam (rahmatan lil ‘alamin), bukan hanya untuk manusia saja.   

Disebutkan juga bahwa Islam adalah agama yang di atas dan tidak ada agama yang ‘di atas’ Islam. Di Al-Qur’an disebutkan bahwa umat Islam adalah sebaik-baiknya umat (khoiru ummah) diantara umat manusia lainnya. Islam juga sangat menghargai peran seorang wanita dan menjunjung tinggi kehormatannya. Dalam Islam, yang paling mulia di hadapan Allah adalah orang yang bertakwa kepada-Nya, bukan didasarkan pada status sosial atau ras dan etniknya. Singkatnya, Islam adalah agama yang komplit, yang semuanya diatur di dalamnya.

Tapi, apakah nilai-nilai Islam tersebut sesuai dengan realita yang ada di lapangan? Apakah hal-hal tersebut di atas berbanding lurus dengan situasi dan kondisi yang terjadi di komunitas atau negara-negara mayoritas umat Islam?

Lebih tragis lagi, banyak masyarakat Barat yang menganggap Islam sebagai sumber dari segala permasalahan, terorisme, kemiskinan, keterbelakangan, kesemrawutan, dan stigma negatif lainnya. Bahkan, ada yang menyangka kalau Islam itu adalah ancaman dari peradaban Barat.

Lalu, bagaimana seharusnya umat Islam merespon hal itu?

Melalui bukunya ini, Imam Shamsi Ali mengutarakan pengalaman-pengalamannya saat mendakwahkan Islam di negeri Barat, Amerika Serikat. Di sini, dia juga merespon tuduhan-tuduhan negatif tentang Islam dengan jawaban-jawaban yang cerdas dan mengena. Sehingga tidak sedikit orang ‘yang menyerangnya’ tersebut kemudian masuk Islam, tentunya tidak langsung namun membutuhkan waktu.

Buku yang terdiri dari kumpulan artikel pendek ini lebih banyak membahas bagaimana strategi dan acara mendakwahkan Islam ke dunia global seperti Amerika Serikat. Dia memaparkan banyak trik dan tips bagaimana seharusnya dakwah itu di jalankan. Pertama kali sekali ia menekankan bahwa dakwah itu mengajak. Dakwah jangan dipahami sebagai upaya untuk mengislamkan orang. Bukan kah Nabi Muhammad juga hanya sebatas menyampaikan ajaran Islam. Adapun orang tersebut masuk Islam atau tidak, itu adalah hak prerogatif Allah.

Agar dakwah Islam itu diterima dimanapun berada, Imam Shamsi Ali membagikan beberapa resep. Diantaranya adalah dakwah harus menggunakan bahasa kaum (bi lisaani qaumih). Maksudnya, di dalam dakwah yang terpenting adalah bagaimana menggunakan metode dakwah yang kekinian dan inovatif, di samping konten dakwah yang bernas.

Terkait hal ini, ia mencontohkan salah seorang bule yang hendak masuk Islam. Namanya Jennifer, seorang remaja keturunan Kolombia. Ia tertarik dan cinta dengan Islam namun tak kunjung memeluk Islam karena ketakutan. Iya, Jennifer takut karena dia tidak bisa merubah gaya pakaiannya seperti perempuan Arab. Awalnya, ia memahami bahwa orang Islam harus berpakaian seperti orang Arab, menggunakan jubah bagi laki-laki dan gamis bagi perempuan. Setelah mendapatkan penjelasan dari Imam Shamsi Ali bahwa kriteria pakaian seorang Muslim itu adalah menutup aurat, sedangkan model, gaya, warna, dan lainnya itu bisa disesuaikan dengan budaya setempat, maka kemudian Jennifer mantap memeluk Islam. 

Dakwah juga harus mengedepankan akhlak yang mulia (akhlaqul karimah). Dakwah tidak melulu dengan ucapan, bisa dengan menunjukkan akhlak yang mulia dan biasanya ini lebih efektif. Seandainya Islam diserang, maka umat Islam harus tetap mengedepankan akhlak. Jangan malah membalasnya dengan hal-hal yang jauh dari nilai-nilai Islam.  

Selanjutnya, membangun narasi agama yang benar. Para pendakwah harus membuat narasi bahwa agama itu sumber perdamaian, harmoni, keadilan, kemakmuran, persaudaraan, peradaban, dan kerja sama. Hal ini untuk meng-counter narasi agama yang ada saat ini, yaitu agama dianggap sebagai sumber kekerasan, terorisme, aksi pengrusakan peradaban, dan lainnya. 

Karena hanya kumpulan artikel-artikel pendek, maka pembahasan di dalam buku ini kurang begitu komprehensif dan banyak repetisi. Terlepas dari itu semua, buku ini cocok dibaca bagi setiap Muslim agar mereka tahu bagaimana seharusnya berdakwah. Bukankah Nabi Muhammad mengatakan; sampaikan lah dariku walau hanya satu ayat (ballighuu ‘anni walau ayat)? []

Tidak ada komentar:

Posting Komentar