Pusat Grafitasi Spiritual: Kabah
Oleh: Nasaruddin Umar
SECARA kebahasaan, kata Kabah berasal dari akar kata
ka’aba-ya’ubu-ku’uban berarti menonjol, penuh, padat berisi, atau montok. Dari
kata itu membentuk kata ’ka’aba (membuat berbentuk kubus) dan ka’bah berarti
ruas, kubus, atau bangunan bersegi empat. Kabah juga bisa berarti kemuliaan,
keluhuran, dan kebesaran (al-syarf wa al-majd). Ka’bah secara fisik merupakan
bangunan berbentuk kubus yang terletak di tengah Masjid Haram, Mekah. Bangunan
itu ialah monumen suci bagi umat Islam.
Kabah menjadi patokan arah kiblat bagi umat Islam di seluruh
dunia. Kabah juga merupakan bangunan yang wajib dikunjungi pada saat musim
haji dan umrah. Kabah berukuran 13,10 m tinggi dengan sisi 11,03 m x 12,62 m.
Jika kita menggunakan GPS, posisi Kabah terletak pada 21°25’21,2“ lintang
utara, 039°49’34,1“ bujur timur, dan elevasi 304 meter.
Kabah dianggap sebagai pusat grafitasi spiritual karena
seluruh jemaah haji harus memutarinya dengan cara thawaf, yakni memutari Kabah
sebanyak tujuh kali sambil memberikan pengakuan kebenaran Ilahi,
labbaikallahumma labbaik, labbaika la syarika lak. Kabah oleh kalangan ahli
tarekat dianggap sebagai miniatur Al-Dhurah yang dibangun di Baitul Makmur dan
Al-Daurah sendiri dianggap miniatur Arasy, Istana Tuhan. Semenjak di Arasy,
para malaikat selalu melakukan thawaf mengitari Arasy sampai Allah SWT memindahkannya
ke Baitul Makmur yang di dalamnya sudah dibangunkan Al-Daurah.
Pemindahan itu terkait dengan ’kelancangan’ malaikat
mempertanyakan kebijakan Allah SWT tentang rencana penciptaan manusia,
sebagaimana diuraikan di dalam QS Al-Baqarah/2:30 dst. Setelah itu, Allah SWT
menciptakan miniatur ’Arasy bernama Al-Dhurah di Baitul Makmur, kemudian para
malaikat diminta melanjutkan thawaf mereka di tempat baru itu. Di tempat itu
pula Adam dan Hawa pernah bergabung dengan malaikat melaksanakan thawaf.
Setelah Adam dan Hawa membuat pelanggaran di surga, Allah SWT pun memindahkan
Adam dan Hawa ke Bumi, dan di sana dibangunkan miniatur Al-Dhurah bernama
Kabah. Di sinilah Adam bersama anak cucunya melanjutkan tradisi thawaf itu
mengelilingi Kabah sebagai miniatur Arasy atau ’Istana Tuhan’.
Dalam sebuah riwayat Israiliyat dijelaskan, Kabah dibangun persis
dalam garis lurus di bawah Al-Dhurah dan Arasy. Dengan demikian, Kabah
merupakan pusat grafitasi spiritual karena semenjak azali sudah menjadi pusat
thawaf oleh para malaikat dan jin. Sebagai pusat grafitasi spiritual sudah
barang tentu energi daya sedotnya sangat kuat. Itu bisa terasa bagi siapa pun
yang berada di dalam radius terdekat di Kabah, akan merasakan vibrasi amat
kuat. Meskipun tempatnya berdesak-desakan dengan manusia dari berbagai etnik,
tidak pernah mengurangi kekhusyukan di dalam beribadah kepada Allah SWT.
Terkadang tidak peduli orang lain, isak tangis dan deraian air
mata keterharuan terhadap yang punya rumah, Allah SWT. Di halaman Kabah seolah
merupakan kampung halaman spiritual para peziarahnya. Salat di samping Kabah
100 ribu lebih utama pahalanya di sisi Allah SWT jika dibandingkan dengan di
tempat lain di luar Kota Mekah dan Madinah.
Memahami ibadah haji tidak cukup hanya memahami makna fiqhiyyah
seperti rukun, syarat, sunat, dan hal-hal yang bersifat teknis, seperti tertera
di dalam buku-buku manasik haji. Tidak cukup juga hanya dengan memahami makna
simbolis seperti sering diperkenalkan para ahli ’irfan atau tasawuf, tetapi
diperlukan suasana batin lebih mendalam lagi jika ingin meresapi dan menghayati
makna hakikat haji. Memang betul, memahami hikmah di balik simbol-simbol haji,
termasuk memahami simbol Kabah, akan mengantar kita kepada kesakralan ibadah
haji.
Bahkan lebih penting dari itu ialah memaknai secara sufistik di
balik simbol-simbol haji. Perubahan mendasar (shifting) akan terjadi di dalam
diri seseorang yang mampu menembus pemahaman sufistik itu. Bahkan sesungguhnya
inilah yang mampu menghadirkan haji mabrur, sebuah kualitas haji yang menjadi
idaman bagi para hujjaj. []
MEDIA INDONESIA, 06 Agustus 2018
Nasaruddin Umar | Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar