KHUTBAH JUMAT HUT RI
Para Nabi itu Pejuang Kemerdekaan
Khutbah I
الحَمْدُ
للهِ الَّذِيْ أَنْزَلَ السَّكِيْنَةَ عَلَى قُلُوْبِ اْلمُسْلِمِيْنَ المُؤْمِنِيْنَ،
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ الْمَلِكُ اْلحَقُّ اْلمُبِيْنُ.
وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الصَّادِقُ الْوَعْدِ
الأَمِيْنِ. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلمِّ عَلَى سَيِّدِنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ
المَبْعُوْثِ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَالتَّابِعِيْنَ
لَاحَوْلَ وَلَاقُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ اْلعَلِيِّ اْلعَظِيْمِ. أَمَّا بَعْدُ
أَيُّهاَ
اْلحَاضِرُوْنَ اْلمُسْلِمُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ
بِتَقْوَى اللهِ. قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: وَمَن يَتَّقِ
اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ
Jamaah shalat Jumat hafidhakumullâh,
Hakikat diciptakannya manusia adalah untuk
menghamba kepada Allah ﷻ.
Untuk tujuan ini pula Allah mengutus para rasul untuk menyeru kepada umat
manusia supaya menunaikan kewajiban itu. Tak hanya seruan untuk menyembah
Allah, para rasul juga bertanggung jawab menjauhkan mereka dari ketundukan
kepada selain Allah, termasuk kepada kesemena-menaan, penjajahan, penindasan,
atau semacamnya.
Misi para rasul tersebut tampak dalam Surat
an-Nahl ayat 36 sebagai berikut:
وَلَقَدْ
بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا
الطَّاغُوتَ
“Sungguh telah Kami utus kepada setiap umat
seorang Rasul (yang mengajak) sembahlah Allah dan tinggalkanlah thaghut.”(QS.
An-Nahl: 36)
Secara bahasa thaghut berakar kata
dari thaghâ yang bermakna melampaui batas. Dalam Tafsir al-Quran
al-Azim, Ibnu Katsir menafsirkan thaghut sebagai menyembah sesuatu
selain Allah. Menurut pakar tafsir Al-Qur'an Prof Quraish Shihab, thaghut mengacu
pada segala macam kebatilan, baik dalam bentuk berhala, ide-ide yang sesat,
manusia durhaka, atau siapa pun yang mengajak pada kesesatan. Ketika membahas
Surat an-Nahl ayat 36 itu, ia mengartikan thaghut sebagai "tiran
yang merusak".
Hampir semua ulama tafsir sepakat bahwa thaghut
identik dengan tindakan di luar batas sebagai bentuk kedurhakaan kepada
Allah. Thaghut adalah berhala-berhala yang tak hanya bisa berbentuk
patung tapi juga kondisi-kondisi yang menjauhkan manusia dari ketundukkan hanya
kepada Allah. Dalam sejarah, para rasul diutus juga untuk membebaskan umatnya
dari belenggu itu semua, dan mewujudkan umat yang merdeka dalam ketaatan kepada
Allah ﷻ.
Jamaah shalat Jumat hafidhakumullâh,
Nabi Ibrahim saat diutus oleh Allah mendapati
masyarakatnya berkubang dalam keimanan yang rusak. Patung-patung berhala
dipertuhankan, termasuk oleh ayahandanya sendiri. Dengan strategi yang matang,
Nabi Ibrahim pun berjuang meyadarkan mereka bahwa berhala tak memiliki kekuatan
apa-apa. Memuliakannya atau bahkan menganggapnya sebagai Tuhan merupakan
kesesatan yang nyata.
Tugas Nabi Ibrahim makin berat ketika
kesesatan tersebut ditopang kekuasaan zalim Raja Namrud. Ia mesti mengatasi dua
persoalan sekaligus, yakni membebaskan umat dari berhala sekaligus memerdekakan
mereka dari tiran yang merusak Namrud. Allah menolong Nabi Ibrahim, termasuk
ketika beliau dibakar oleh rezim sewenang-wenang tersebut.
Perjuangan yang mirip juga dialami oleh Nabi
Musa. Bahkan, Nabi Musa tak hanya menghadapi orang yang menyembah selain Allah,
melainkan raja yang mengaku sebagai Allah itu sendiri. Fir'aun dengan segenap
kesombonganya mendaku diri sebagai Tuhan dan berupaya melenyapkan semua orang
yang menentangnya. Umat Nabi Musa pun berada dalam penindasan yang parah, baik
secara jasmani maupun rohani. Nabi Musa hadir untuk menaklukkan penindasan ini
dan mengajak umat untuk kembali ke jalan Allah secara merdeka.
Jamaah shalat Jumat hafidhakumullâh,
Apa yang dialami Rasulullah Muhammad ﷺ sesungguhnya juga tak
jauh dari jejak para nabi pendahulunya. Seruan masuk Islam Nabi Muhammad
bersamaan dengan kebejatan moral yang akut di tanah Arab, fanatisme suku-suku
hingga sering terjadi peperangan, paganisme, penghinaan atas martabat kaum
perempuan, dan lain sebagainya.
Risalah Baginda Nabi Muhammad ﷺ hadir untuk
memerdekakan umat yang sedang dalam kegelapan tersebut menuju jalan cahaya yang
diridhai Allah (minadh dhulumâti ilân nûr). Melalui ajaran tauhid, Nabi
Muhammad menghapus semua klaim paling mulia dan berkuasa selain Allah ﷻ. Beliau membawa kepada arah masyarakat yang setara, dan
mengingatkan bahwa kemuliaan diukur dengan tingkat ketakwaan (inna akramakum
'inda-Llâhi atqâkum), bukan dengan hirarki perbedaan suku, strata ekonomi,
jenis kelamin, atau identitas sosial lainnya.
Dengan fakta ini, tak berlebihan jika kita
menyebut perjuangan Rasulullah Muhammad ﷺ sebagai perjuangan
kemerdekaan yang luar biasa. Sebuah ikhtiar sungguh-sungguh membebaskan
masyarakat dari dan kemorosotan moral dan sistem masyarakat yang menindas saat
itu. Revolusi yang dilakukan Nabi mencakup aspek spiritual dan material
sehingga menciptakan peradaban yang lebih manusiawi. Rasulullah bukan cuma
mengajak manusia untuk hanya tunduk dan menghamba kepada Allah, tapi juga
melaksanakan konsekuensi dari ajaran tauhid ini, yakni bersikap kepada seluruh
makhluk Allah--termasuk manusia--dengan penuh kasih sayang.
Sikap ini selaras dengan misi utama diutusnya
Baginda Nabi Muhammad ﷺ:
وَمَا
أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
"Dan tiadalah Kami mengutusmu
(Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam."
(Al-Anbiya’: 107)
Jamaah shalat Jumat hafidhakumullâh,
Demikianlah kenyataan sejarah hidup di dunia
ini. Setiap penindasan, penjajahan, dan penyimpangan selalu menghendaki
perjuangan total untuk melakukan perubahan. Para nabi terdahulu meneladankan
itu semua bukan saja dengan pengorbanan harta, tenaga, dan pikiran tapi bahkan
risiko hilangnya nyawa. Nabi Ibrahim mengalami dilempar ke dalam api yang
sedang berkobar, Nabi Musa menjadi buronan Fir’aun, serta Nabi Muhammad yang
berkali-kali mengalami percobaan pembunuhan dari musuh-musuh dedengkotnya.
Ini pula yang dilakukan para ulama, tokoh,
dan segenap elemen bangsa lainnya dalam sejarah kemerdekaan Indonesia. Keringat
dan darah rela mereka korbankan untuk membebaskan umat dari penindasan yang
memang menjadi musuh setiap agama, termasuk Islam. Sebab, kemerdekaan adalah
syarat mutlak dari terciptanya kondisi aman. Sedangkan keamanan adalah
prasyarat bagi setiap insane untuk tenang dan khusyuk menunaikan ibadah kepada
Allah ﷻ.
Setelah merdeka, apa yang mesti kita lakukan?
Pertama, tidak lain adalah menjalankan fungsi pokok diciptakannya manusia,
yakni menghamba secara total kepada Allah. Tidak diciptakan jin dan manusia
melainkan untuk menyembah Allah. Dijalankannya fungsi kehambaan ini juga
menjadi tujuan dari risalah tiap-tiap rasul, sebagaimana disebut dalam Surat
An-Nahl ayat 36 di awal tadi.
Kedua, membangun peradaban manusia yang
mencerminkan ketaatan kepada nilai-nilai ketuhanan. Termasuk dalam hal ini adalah
mengembangkan semangat rahmatan lil ‘alamin, kasih sayang kepada
manusia, binatang, dan alam/lingkungan dengan menghindari sikap semena-mena,
serakah, dan zalim. Akhirnya, kita tidak hanya sibuk dengan bagaimana cara
paling mudah mendapatkan kebahagiaan bagi diri sendiri meski dengan merugikan
orang lain, akan tetapi bagaimana cara terbaik untuk meraih kebahagiaan bersama
orang lain. Wallahu a’lam.
بَارَكَ
الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ
بِمَافِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ
تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا
فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم
Khutbah II
اَلْحَمْدُ
للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ.
وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ
وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ
رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ
وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
أَمَّا
بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا
عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ
بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ
وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا
صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ
وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ
الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ
الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ
اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ
الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ
اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ
اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ
وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ
اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ
اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ
الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ
وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ
عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ
عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى
اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا
وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.
عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ
ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ
لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ
وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ
Sumber: NU Online
Tidak ada komentar:
Posting Komentar