KH. Hasyim Ihsan,
Pusaka NU dari Pesantren Tremas
KH Hasyim Ihsan,
salah satu pengasuh pesantren Tremas Pacitan Jawa Timur yang wafat pada tahun
1989 M diperingati haulnya yang ke-30, Jum'at malam (20/4). Hadir dalam majelis
tersebut masasyikh Tremas, para alumni dan masyarakat sekitar.
Majelis haul digelar
dengan sederhana dan berlangsung khidmat. Pembacaan kalimah toyyibah dan tahlil
dipimpin oleh KH Rotal Amin. Dengan khusyu para hadirin mengamini bacaan Doa
yang dipimpin oleh salah satu putra beliau KH Asif Hasyim.
Di samping berkirim
doa, melalui haul ini para santri sedang menunjukkan bahwa ada kerinduan
terhadap figur seorang kiai kharismatik. Figur KH Hasyim Ihsan yang dikenal
sebagai sosok manusia saleh dan ikhlas harus selalu diingat agar kiprahnya
menjadi teladan bagi santri dan generasi selanjutnya.
KH Hasyim Ihsan
dilahirkan pada bulan Juli 1912 M. Ia merupakan putra dari pasangan KH Ihsan
dan Nyai Maryam. Semasa kecilnya belajar di Tremas sendiri di bawah asuhan para
sesepuh, antara lain simbah Nyai Abdulloh (neneknya) dan KH Muhammad Dimyathi
atau Simbah Guru.
Pada tahun 1928
meneruskan belajarnya ke Pesantren Al-Hidayah Lasem di bawah asuhan KH Ma’sum.
Setelah beberapa tahun kemudian, ia kembali ke Tremas dan diminta membantu
mengajar di pesantren Tremas, tetapi satu tahun kemudian ia meneruskan
belajarnya ke pesantren Lasem lagi dibawah asuhan kiai Kholil, hingga pada
tahun 1934 kembali ke Tremas dan mengajar bersama-sama pengasuh yang lain.
Pada tahun 1948
sampai 1950, Kiai Hasyim menjadi penerangan Agama Islam di daerah Tegalombo,
Pacitan. Selanjutnya dipindah ke daerah Arjosari. Dan akhirnya mengajar kembali
di pesantren Tremas.
Tugas pokok KH Hasyim
Ihsan dalam mengasuh pesantren Tremas, yaitu mendukung dan memperkuat peran KH
Habib Dimyathi sebagai pimpinan pesantren dan KH Harits Dimyathi sebagai Ketua
Majlis Ma’arif, yang menangani jalanya roda pendidikan di pesantren Tremas.
Peran yang dilakukan
oleh KH Hasyim Ihsan sangat berarti bagi keberlangsungan dan keharuman
pesantren Tremas Pacitan. Peran sosial kemasyarakat betul-betul dilakukan
olehnya. Terbukti kala itu, pesantren Tremas Pacitan yang didirikan sejak 1830
M itu berjalan dengan seimbang.
Selain menjadi
pengasuh pesantren, Ia juga terjun ke kancah perjuangan kemasyarakatan, dengan
menjadi anggota DPR dari salah satu partai nasional kala itu.
KH Hasyim Ihsan
dikenal sebagai figur kiai yang lemah lembut dalam bertutur dan bersikap. Ia
tidak pernah membedakan status atau kedudukan orang tetentu, semuanya
diperlakukan sama. Kasih sayangnya bukan hanya dirasakan di lingkungan keluarga
saja, tetapi juga di tengah-tengah para santri.
Wajahnya mencerminkan
keteduhan, tidak sedikitpun menampilkan kesan menakutkan, apalagi bertutur
kasar. Bahkan ketika berbicara dan berkomunikasi dengan para santrinya, ia
selalu menggunakan tata bahasa krama inggil yang baik. Bukan hanya itu, apabila
bertutur kata, paring dawuh, sering kata-kata itu membawa petuah.
Sikap lemah lembut,
tindak tanduk yang tenang dan bersahaja mencerminkan kedalaman dan keluasan
ilmunya.
Sebagai pelaku
tasawwuf yang telah mencapai puncak, sering hanyut di alam ruhani, menjauhkan
diri dari dunia lahiriah, mengekang nafsu kebendaan. Agaknya Kiai Hasyim berada
pada tingkatan itu. Ia menjalankan pola hidup yang sederhana dan jauh dari
kemewahan. Kesederhanaanya terlihat dari cara berpakaian dan dalam hal
apapun.
Ada lagi sisi
kehidupan Kiai Hasyim yang patut diteladani, yakni gemar riyadlah, mengolah
jiwa, atau tirakat. Kebiasaan ini tidak pernah ditinggalkannya sejak menuntut
ilmu dan terus berkeluarga, bahkan hingga menjadi kiai pemangku pesantren.
Hingga Kiai Hasyim dikenal pula sebagai kiai yang menguasai ilmu hikmah dan
memiliki kemampuan linuwih.
Tidak heran dengan
keluasan ilmu dan kekharismatikan yang ia miliki, banyak masyarakat yang
datang, sowan kepadanya. Kepada Kiai Hasyim, biasanya masyarakat mengadukan
segala persoalan kehidupan yang dirasa berat, untuk mendapatkan nasihat dan
terutama doa agar Allah SWT berkenan memberikan kemudahan atau mengabulkan
hajat mereka.
Ahmad Muhammad, dalam
bukunya Bunga Rampai dari Tremas menyebut Kiai Hasyim sebagai Pusaka Pesantren
Tremas. Sosoknya penuh ikhlas, yang selalu menolong dan memberi tanpa berharap
pamrih apapun. Ia juga memberi contoh bagaimana seharusnya hidup
dijalani.
Pendekatan dakwahnya
yang santun, penuh hikmah, dan selalu menaruh hormat kepada siapapun, menjadi
contoh sempurna melengkapi dua sosok pribadi sebelumnya, KH Habib Dimyathi dan
KH Harits Dimyathi. KH Hasyim Ihsan mampu memberikan keteladanan bagi para
santri pesantren Tremas.
Sampai akhir hayatnya
ia selalu tampil dengan penuh kesederhanaan. Hingga akhirnya KH Hasyim Ihsan
wafat pada tahun 1989 dan dimakmakan di makam gunung Lembu bersama para
masyayikh lainya. []
Zaenal Faizin,
kontributor NU Online tinggal di Pacitan, Jawa Timur
Tidak ada komentar:
Posting Komentar