Pondok Pesantren
Buntet – Cirebon, Jawa Barat
Sekilas
Pondok Buntet Pesantren
Buntet Pesantren adalah nama sebuah Pondok Pesantren yang umurnya cukup tua. Berdiri sejak
abad ke 18 tepatnya tahun 1785. Menurut catatan sejarah seperti yang tertulis
dalam buku Sejarah Pondok Buntet Pesantren karya H. Amak Abkari, bahwa tokoh
Ulama yang pertama kali mendirikan Pesantren ini adalah seorang Mufti Besar
Kesultanan Cirebon bernama Kyai Haji Muqoyyim (Mbah Muqoyyim).
Bermula karena beliau memiliki sikap non kooperatif terhadap penjajah
Belanda waktu itu, sehingga lebih kerasan (betah) tinggal dan mengajar di
tengah masyarakat ketimbang di Istana Kesultanan Cirebon. Rupanya, setelah
merasa cocok bertempat tinggal di perkampungan dan memberikan dakwah keagamaan,
akhirnya beliau mendirikan sebuah pondok pesantren yang cukup terkenal bernama
PONDOK BUNTET PESANTREN.
Masih menurut catatan sejarah, tempat yang pertama kali dijadikan sebagai
pondok pesantren Buntet, letaknya di Desa Bulak kurang lebih 1/2 km dari
perkampungan Pesantren yang sekarang. Sebagai buktinya di Desa Bulak tersebut
terdapat peninggalan Mbah Muqoyyim berupa makan santri yang sampai sekarang
masih utuh.
Letak Pesantren
Di tempat yang sekarang ini berada, pesantren ini posisinya ada di antara dua Desa: + 80% Pesantren ini menjadi wilayah administratif Desa Mertapada Kulon dan sisanya bagian Barat milik Desa Munjul. Pesantren ini sendiri bukanlah nama Desa, melainkan hanya tempat/padepokan santri. Namun seiring dengan perkembangan zaman, dari ratusan tahun yang lalu, penduduk pesantren ini makin lama makin berkembang. Kepadatannya cukup besar.
Pesantren ini mirip sebuah desa. Justeru bila mencari Pondok Pesantren
Buntet di Desa Buntet, yang letaknya bersebelahan, tidak akan ketemu, sebab
letak pesantren ini di antara Desa Mertapada dan Munjul. Sebelah Utara
Pesantren ini dibatasi oleh Buntet Desa; sebelah Timur Desa Mertapada (LPI);
Sebelah Selatannya adalah Desa Kiliyem dan sebelah Barat adalah Desa Munjul.
Masyarakat Penghuni
Pesantren
Berbeda dengan Pondok Pesantren lain, keberadaan Pesantren Buntet ini cukup unik karena komunitasnya yang homogen; antara santri dan penduduk asli pesantren ini sulit dibedakan, terutama bila dipandang oleh orang lain. Orang yang mengenal Buntet sebagai sebuah pesantren, ketika bertemu dengan salah seorang lulusan pesantren ini, dianggapnya sebagai santri sehingga kesan yang timbul adalah berdekatan dengan ilmu keagamaan dan ubudiah. Karena memang tidak bisa dipungkiri, baik penduduk asli pesantren ini ataupun santri, keberadaan sehari-hari, tidak lepas dari aktivitas nyantri (mengaji).
Setidaknya ada tiga jenis masyarakat penghuni pesantren: Pertama, masyarakat keturunan kyai.
Dari catatan silsilah keturunan Kyai Buntet, hampir seluruh Kyai di Pesantren
ini adalah anak cucu dari keturunan Syarif Hidayatullah, salah seorang anggota
Walisongo. Kedua, Masyarakat
biasa. Asal mula mereka adalah para santri atau teman-teman Kyai yang sengaja
diundang untuk menetap di Buntet.
Mereka memiliki hubungan yang cukup erat bahkan saling menguntungkan
(mutualism). Awalnya mereka menjadi khodim (asisten) atau teman-teman Kyai
kemudian karena merasa betah akhirnya menikah dan menetap di Buntet Pesantren
hingga sekarang. Penduduk Buntet Pesantren yang bukan dari turunan Kyai ini
dulunya dikenal dengan istilah masyarakat Magersari. Ketiga, masyarakat
santri. Merekalah yang membesarkan nama baik Buntet Pesantren.
Sebab namanya juga perkampungan santri, aktivitas sehari-hari diramaikan
oleh hingar-bingar pelajar yang menuntut ilmu; siang para santri disibukkan
dengan belajar di sekolah formal, dan malam harinya belajar kitab atau diskusi
tentang agama di masing-masing kyai sesuai kapasitas ilmunya.
Sesepuh Buntet
Pesantren
Dalam perkembangan selanjutnya, kepemimpinan Pondok Buntet Pesantren dipimpin oleh seorang Kyai yang seolah-olah membawahi kyai-kyai lainnya yang memimpin masing-masing asrama (pondokan). Segala urusan ke luar diserahkan kepada sesepuh ini.
Lebih jelasnya periodisasi kepemimpinan Kyai Sepuh ini berturut-turut
hingga sekarang dipimpin oleh Kyai yang dikenal Khos yaitu KH. Abdullah Abbas
(kini Almarhum), dan digantikan oleh KH. Nahduddin Abbas. Nama-nama Kyai yang
dituakan dalam mengurus Pondok BuntetPesantren secara turun-termurun adalah
sebagai berikut:
1.
KH. Muta’ad (Periode pertama)
2. KH. Abdul Jamil
3. KH. Abbas
4. KH. Mustahdi Abbas
5. KH. Mustamid Abbas
6. KH. Abdullah Abbas
7. KH. Nahduddin Abbas (hingga sekarang)
Seiring dengan perkembangan zaman, Pondok Buntet Pesantren dengan segala
potensi yang dimiliki berupaya meningkatkan kualitas dan kuantitas pendidikan
dengan memadukan antara Sistem Salafi dan Sistem Kholafi. Sistem salafi adalah
metode belajar dengan berpedoman kepada literatur para ilmuan Muslim masa lalu,
sedangkan sistem khalaf mengacu kepada pendidikan modern dengan kurikulum dan
sistem pendidikan yang diterapkannya.
Untuk lebih mengoptimalkan ikhtiar tersebut, maka dibentuklah sebuah
Yayasan Lembaga Pendidikan Islam (YLPI) Pondok Buntet Pesantren Cirebon. Salah
satu tugasnya adalah mengelola dan menyelenggarakan pendidikan formal dan non
formal.
Sebab salah satu sistem yang dibangun di pesantren ini adalah bagi santri
yang mondok di Buntet Pesantren diharuskan menyelesaikan pendidikan formal
sebagai amanat UU Pendidikan Nasional, sesuai dengan usia pendidikannya. Mereka
harus mengikuti jenjang pendidikan formal seperti SD, SLTP, SLTA hingga Universitas
jika mampu. Selain itu mereka pun diwajibkan mengikuti pendidikan non formal
(dirosah diniyyah) yang digelar di masing-masing asrama, atau mengikuti
pendidikan khsusus yang diadakan oleh kyai-kyai sesuai spesialisasi ilmunya.
Para Almarhumin Kyai
Berturut-turut nama-nama di bawah ini adalah para kyai yang telah berkiprah
lama mengurus Pondok Buntet Pesantren. Salah satu jasa beliau adalah
mempertahankan sekaligus memajukan sistem pendidikan pesantren bagi generasi
muda Indonesia. Para lulusan Buntet sangat kenal sekali dengan mereka. Karena
itu sepantasnya untuk mengenang jasa-jasa beliau maka di bawah ini adalah
nama-nama armarhumin (pendahulu) yang bisa dipelajari bagaimana riwayat
kehidupannya.
1. KH. Abdul Djamil
2. KH. Abbas
3. KH. Ilyas
4. KH. Anas
5. KH. Yusuf
6. KH. Khamim
7. KH. Ahmad Zahid
8. KH. Khowi
9. KH. Mustahdi Abbas
10. KH.
Mustamid Abbas
11. KH.
Zen
12. KH.
Murtadho
13. KH.
Busyrol Karim
14. KH.
Akyas Abdul Jamil
15. KH.
Arsyad
16. KH.
Izuddin Zahid
17. KH.
Nasiruddin Zahid
18. KH.
Anwaruddin Zahid
19. KH.
Hisyam Mansyur
20. KH.
Chowas Nuruddin
21. KH.
Fuad Hasyim
22. KH.
Fuad Zen
23. KH.
Nu’man Zen
24. KH.
Fahim Khowi
25. KH.
Fakhruddin
Sumber: http://www.buntetpesantren.org/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar