Senin, 03 Juni 2013

(Buku of the Day) Tajul Arus, Panduan Lengkap Penyucian Jiwa


Panduan Lengkap Penyucian Jiwa

 



 


Judul Buku        : Tajul Arus

Penulis             : Ibnu Athaillah (Penulis Al-Hikam)

Penerjemah       : Fauzi Faisal Bahreisy

Penyunting        : Dedi Slamet Riyadi, M.A

Penerbit            : Penerbit Zaman

Tebal Halaman  : 524 Halaman

Tahun Terbit      : I, 2013

ISBN                 : 978-979-024-345-3

Peresensi          : Noor Aflah, tinggal di Pesantren Mahasiswa (PesMa) Darunnajah IAIN Walisongo Semarang

 

Dalam kesehariannya, setiap orang pasti pernah mengalami saat-saat bercahaya, ketika hati dan jiwanya diliputi iman, kekhusukan, dan perasaan dekat dengan Tuhan. Namun sayangnya, seiring dengan pergaulan dengan sesama manusia dan makhluk lainnya secara perlahan cahaya keimanan dan kedekatan tersebut mulai meredupkan. Akhirnya, embusan-embusan kencang angin keduniawian memadamkan dan menggelapkan hati dan jiwa.


Padahal, semestinya cahaya iman dan kedekatan kepada Tuhan -Allah- senantiasa menyertai manusia dalam seluruh hidupnya. Ia harus mewarnai seluruh perjalanan hidupnya dengan warna yang jelas, warna keimanan yang selalu menyertainya baik saat sadar maupun alpa, ketika berdagang, saat berteman maupun bermusuhan, ketika suka maupun duka, dan baik itu di saat sendiri maupun di keramaian.


Saat ini, diakui ataupun tidak kita hidup di zaman yang mana hakikat agama (islam) diyakini hanya dengan akal, tidak dengan hati. Banyak orang yang mengaku “zuhud beribadah” tapi tidak disertai ilmu sehingga mereka sesat dan menyesatkan. Banyak wanita berlomba-lomba dalam urusan dunia. Mereka pandai dan menguasai berbagai urusan, tetapi “bodoh” dalam urusan agama. Banyak para pedagang dikuasai sifat tamak. Mereka hanya memikirkan keuntungan materil saja. Praktek riba merajalela dalam aneka transaksi sehingga orang tak lagi memedulikan bagaimana harta didapatkan, apalagi mengurus masalah zakat.


Maka dari itu, saat ini penyucian hati adalah sebuah kebutuhan, solusi wajib untuk dilakukan. Kita perlu meluangan waktu sejenak setiap hari untuk muhasabah (introspeksi) dan mendekatkan diri kepada Tuhan. Kita butuh jeda sejenak untuk mengevaluasi diri sehingga kita mengenal di mana kita berada, ke mana perjalanan kita berakhir, serta bagaimana kita menyaikapi perhitungan amal di hari akhir.


Banyak memang buku yang membahas tentang penyucian jiwa, namun diantara buku-buku tersebut yang paling berkesan diantaranya adalah pembahasan pendidikan jiwa dalam karya Ibnu Athaillah al-Sakandari yang berjudul Taj al-Arus al-Hawi li Tahdzib al-Nufuz ini (hal. 16).


Dalam buku ini Ibnu Athaillah berbicara tentang akhlak dan punyucian jiwa secara rinci dan mendalam. Dalam pembahas taubat misalanya. Ibnu Athaillah merincinya dalam beberapa bagian seperti makna taubat, pilar-pilar taubat, perintah untuk bersegera bertaubat, hingga waktu terbaik untuk bertaubat (hal. 18-25).


Disamping itu, buku ini juga menghimpun pesan-pesan penting yang disarikan dari al-Qur’an dan Al-Hadits. Ini bisa dilihat dari selipan-selipan penulis yang mencantumkan ayat-ayat al-Qur’an dan hadits-hadist Nabi dalam lembaran demi lembaran buku ini.


Disertai dengan ulasan singkat dari Dr Muhammad Najdat buku ini semakin mudah dipahami serta menarik dan layak dibaca. Buku yang merupakan kumpulan beberapa pesan dan hikmah seperti yang terhimpun dalam karya Ibnu Athaillah yang paling fenomenal, al- Hikam. Hanya saja, gaya bahasanya lebih mudah dibanding al-Hikam.


Lebih-lebih ketika tema demi tema yang mana dalam al-Hikam yang bertebaran dan belum tersusun secara sistematis disusun rapi dalam buku ini. pendek kata, beberapa bagian yang membahas tentang tema yang sama, penulis himpun dalam satu bab.


Model pembahasan dalam buku ini pun cukup menarik untuk dicermati. Yakni mengikuti model pembahasan yang dipergunakan oleh Syekh Muhammad al-Ghozali dalam buku al-Janib al-athifi min al-Islami dan pendekatan Dr Muhammad Said Ramadhan al-Buthi dalam bukunya al-Hikam al-Atha’iyyah yang mana keduanya menghindari istilah tasawuf karena istilah ini agak sensitif bagi sebagian orang yang lebih mementingkan nama dan simbol ketimbang subtansi.


Nutrisi ruhani yang diusung dalan buku ini tak cuma padat, tetapi juga sarat kiasan-kiasan sehingga pembaca bisa segera terbangun dari ketidaksadaran tanpa dibanyangi rasa bosan. Dengan bahasa renyah nan aplikatif khas pesantren, buku ini sangat layak dibaca dan dimiliki oleh para ustadz dan guru-guru agama sebagai panduan lengkap penyucian jiwa.


Buku setebal 524 ini bukan hanya berkeinginan untuk memaparkan cara-cara penyucian jiwa. Buku ini lebih berkenginan untuk menciptakan generasi penerus yang tak hanya pintar dalam keduniaan, tetapi juga dalam masalah keagamaan, khususnya akhlak dan moral. Sebagaimana ujar penulis dalam “Pendahuluan” buku ini. Selamat Membaca! []

Tidak ada komentar:

Posting Komentar