Doa yang Ditunggu-tunggu
Oleh: Ali Wafa Yasin
Dalam kitab ath-Thabaqât, Tajuddin as-Subki
meriwayatkan bahwa pada suatu malam, Ali bin Abi Thalib dan kedua putranya,
Hasan dan Husein raa mendengar seseorang bersyair.:
Wahai Zat yang
mengabulkan doa orang yang terhimpit kezaliman
Wahai Zat yang menghilangkan
penderitaan, bencana, dan rasa sakit
Utusan-Mu tertidur di
rumah Rasululah, sedang orang-orang kafir mengepungnya
Dan Engkau Yang Maha
Hidup lagi Maha Tegak tidak pernah tidur
Dengan kemurahan-Mu,
ampunilah dosa-dosaku
Wahai Zat tempat
berharap para makhluk di Masjidil Haram
Kalau ampunan-Mu
tidak bisa diharapkan oleh orang yang bersalah
Maka siapa yang akan
menganugerahi nikmat kepada para pendosa?
Ali lalu menyuruh orang mencari si pelantun
syair itu. Pelantun syair itu pun datang menghadap Ali seraya berkata, “Aku,
wahai Amîrul-Mu’minîn!” Laki-laki itu menghadap sambil menyeret sebelah kanan
tubuhnya, lalu berhenti di hadapan Ali.
Ali bertanya, “Aku telah mendengar syairmu.
Apa yang menimpamu?”
Laki-laki itu menjawab, “Dulu aku sibuk
memainkan alat musik dan melakukan kemaksiatan, padahal ayahku sudah
menasihatiku bahwa Allah swt memiliki kekuasaan dan siksaan yang pasti akan
menimpa orang-orang zalim. Karena ayah terus-menerus menasihatiku, maka aku
memukulnya. Karenanya, ayahku bersumpah akan mendoakan keburukan untukku, lalu
ia pergi ke Mekkah untuk memohon pertolongan Allah swt. Ia pun berdoa, dan
karenanya tubuh sebelah kananku tiba-tiba lumpuh. Aku menyesal atas semua yang
telah aku lakukan. Maka aku meminta belas kasihan dan ridha ayahku sampai ia
berjanji akan mendoakan kebaikan untukku jika Ali mau berdoa untukku. Aku
mengendarai untanya, unta betina itu melaju sangat kencang sampai terlempar di
antara dua batu besar, lalu ia mati di sana.”
Ali lalu berkata, “Allah akan meridhaimu,
kalau ayahmu meridhaimu.”
Laki-laki itu menjawab, “Demi Allah,
demikianlah yang terjadi.”
Kemudian Ali berdiri, melakukan salat
beberapa rakaat, dan berdoa kepada Allah dngan pelan, kemudian berkata, “Hai
orang yang diberkahi, bangkitlah!” Laki-laki itu berdiri, berjalan, dan kembali
sehat seperti sedia kala.
Ali berkata, “Jika engkau tidak bersumpah
bahwa ayahmu akan meridhaimu, maka aku tidak akan mendoakan kebaikan untukmu.”
[]
Sumber: Buletin Pondok Pesantren Sidogiri,
Pasuruan – Jawa Timur
Tidak ada komentar:
Posting Komentar