Selasa, 05 Maret 2013

(Ensiklopedi of the Day) Tabloid Warta NU


Tabloid Warta NU

 


 

Nomor I Tahun Pertama tabloid Warta NU terbit pada bulan September 1985/Dzulhijjah 1405, atau delapan bulan setelah Mutkamar NU ke-27 di Pesantren Salafiyah Syafi’iyah, Situbondo, Jawa Timur, pada bulan Desember, 1984.


Pada nomor pertama, tercantum H.M. Said Budairy sebagai pemimpin umum Warta NU yang beralamat di Jalan Kramat Raya 164. Budairy adalah jurnalis senior yang turut membesarkan Duta Masyarakat bersama H. Mahbub Djunadi, juga salah satu pendiri dan pimpinn harian Pelita. Slamet Effendi Yusuf bertugas sebagai pemimpin redaksi dan Mohammad Ichwan Sam sebagai wakilnya. Keduanya junior Budairy di koran Pelita.


Sementara itu, H. Sjamsul Arifin Muis duduk sebagai Pimpinan Perusahaan. Tercantum pula nama-nama seperti Ahmad Bagdja, Baidlowi Adnan, Ison Basuni, Zainal S Abidin, Harmas Maesar, Endin AJ. Soefihara, Saifullah Ma’shum dan Abdurrahman Mas’ud menempati Dewan Redaksi. Lay out/tatamuka Agust Kus Sam, Z. Abidin. Distributor: Farid Basori. Tabloid bulanan bersemboyan Media Komunikasi dan Silaturahim ini diterbitkan Lembaga Ta’lif wan Nasyr.


“Bagai geliat orang yang tertidur lelap. Lambat, tetapi kebangunan terasa di mana-mana. Bukan hanya PBNU melakukan pembenahan-pembenahan, tapi juga jajaran kepengurusan di semua tingkatan.”


“Warga yang menyimpan rindu untuk beramal melalui wadah “bumi berbintang sembilan” begitu antusias. Dengan cara masing-masing mereka menyambut kebangunan kembali jam’iyah ini.”


Demikian kalimat yang dijadikan lead untuk berita utama berjudul NU dengan Gerak Baru di halaman pertama. Dari lead tersebut, tampak sekali bahwa Warta NU diterbitkan menyusul kesuksesan muktamar yang menjadikan “kembali ke khittah” sebagai kredo, mendudukkan KH As’ad Syamsul Arifin sebagai Rais Aam, serta mengusung KH Abdurrahman Wahid menjadi Ketua Umum PBNU.


Tidak narasumber diwawancarai, kondisi cabang-cabang NU dideskripsikan. Tulisan tersebut dilengkapi dengan sejumlah nama yang menjadi ketua lembaga dan lajnah kepengerusan 1984-1989.

 

Pada halaman pertama juga ditampilkan potret KH Wahab Chasbullah sedang duduk bersila. Berita berjudul NU Mesti Bermanfaat buat Masyarakat Pendukungnya bergambar H Mahbub Djunaidi dan Kongres IX GP Ansor di Lampung.


Di halaman itu pula sebuah artikel berjudul NU: Reaksi Terhadap Apa? Disajikan dengan mencolok dengan garis hijau, penulisnya sang Ketua Umum baru: Abdurrahman Wahid. Dia orang yang hampir tidak pernah absen menulis di Warta NU. Penulis lainnya yang kerap mencul adalah H. Mahbub Djunaidi, KH. Musthofa Bisri, Ahmad Tohari, KH Muchit Muzadi, Syu’bah Asa, dll.

 

Dari kalangan muda ada Slamet Effendi Yusuf, Masdar F Mas’udi, Andi Muawiyah Ramli, Fazlurl Falakh, M. Imam Aziz, Saifullah Ma’shum, dan lain-lain.


Pada tahun 1995, Choirul Anam memindahkan kantor Warta NU dari Jakarta ke Surabaya, tepatnya di kantor PWNU Jawa Timur, Jalan Raya Darmo 96, Surabaya. Lalu pindah di Jalan Kutisari Indah Barat VI/I Surabaya.

 

Tabloid Warta banyak melahirkan penulis-penulis baru di kalangan NU, tidak hanya di bidang keagamaan, pendidikan, sosial-politik, tapi juga seni dan budaya. Sebab, sejak awal terbit, Warta NU secara konsisten menyediakan rubrik seni dan budaya bernama Bumi Hijau. Tahun 2005, tabloid yang pernah mencapai 50.000 eksemplar dan beredar secara nasional ini berhenti terbit. []

 

(Hamzah Sahal)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar