Kamis, 28 Maret 2013

Cak Nun: Konspirasi Semesta


Konspirasi Semesta

Oleh: Emha Ainun Nadjib

 

Anis Matta Presiden baru PKS menolong bangsa Indonesia dengan menyatakan bahwa ada konspirasi global yang mengancam nasib seluruh bangsa Indonesia, menghalangi kebangkitannya dan merancang secara sistematis kehancurannya. Sebagai seorang warganegara NKRI saya mengucapkan terima kasih yang mendalam atas petunjuk beliau, terutama karena yang menjadi fokus keprihatinan saya adalah nasib anak cucu saya dan kita semua.

 

Sebab konspirasi global pasti urusannya bukan satu dua tahun, satu dua dekade atau era, melainkan minimal satu dua abad, mungkin malah sudah berlangsung dua millenium lebih sedikit. Dan anak-anak saya kalau sudah dewasa akan ditimpa puncak sukses rekayasa global itu untuk menjadi budak dari suatu pemerintahan global yang melakukan kontrol absolut memasang micro-chip di jidat mereka.

 

Sesungguhnya sangat indah dan patriotik andaikan wacana tentang Konspirasi Global itu menjadi salah satu alasan mendasar berdirinya PKS dulu. Kenapa sih mas Anis kok baru omong sekarang. Kenapa menunggu Pak Luthfi dijaring KPK. Kenapa setelah PKS dikepung badai baru mas Anis membukakan pengetahuan tentang Konspirasi Semesta Raya itu.

 

Padahal kan yang menjadi korban seluruh bangsa Indonesia sampai para generasi penerus kita kelak. Apa tega saya menyimpulkan bahwa PKS hanya memikirkan dirinya sendiri saja, sehingga setelah beliau-beliau sendiri terkena “sabet” konspirasi, baru muncul kepentingan untuk melawannya. Kan Konspirasi Global itu musuh kita bersama.

 

Sebelum ini banyak terdakwa yang membuat pernyataan yang sama tentang konspirasi “besar”. Ada terdakwa video porno, pelecehan seks dll yang juga bilang sedang mengalami “character assassination” oleh suatu konspirasi besar. Ketika muncul isyu di kalangan masyarakat tertentu bahwa saya punya tiga istri, seorang teman juga memberitahukan bahwa ada konspirasi global yang sedang memproses penghancuran citra saya. Untunglah saya tidak punya citra, sehingga penghancuran itu tidak ada sasarannya. Bahkan saya berterima kasih kepada para penyebar rumor itu, sebab langsung fungsional menjadi pengontrol atas diri saya agar tetap bertahan dengan satu istri saja.

 

Mas Johan Budi jubir KPK aneh juga pernyataannya: “KPK jangan dikait-kaitkan dengan politik”. Pasti yang beliau pakai adalah bahasa publik yang kontekstual dan konotatif. Sebab denotasinya KPK itu lahir dari keputusan politik, dan seluruh pekerjaannya juga sangat bersubstansi politik. Makna dan tujuan seluruh penyelenggaraan politik nasional kenegaraan adalah untuk mengamankan hak-hak seluruh rakyat, harta bendanya, martabat dan nyawanya, dari setiap kemungkinan pencurian, pelecehan dan penghancuran. KPK adalah salah satu ujung tombak kuratif dari proses pengamanan nasional atas hak-hak rakyat itu.

 

Saya punya saran yang mungkin “kelabu” secara moral, “hitam” secara hukum Indonesia, tapi “putih” secara akal sehat manusia. Di luar kedudukan masing-masing di PKS dan KPK, mas Johan mengajak mas Anis taruhan saja untuk membuktikan salah tidaknya mantan Presiden PKS. Dengan pengawasan berdua atas kebersihan proses peradilannya, kalau beliau divonis bersalah: mas Anis mencabut pernyataan tentang konspirasi. Kalau beliau bebas, mas Johan datang ke rumah mas Anis untuk minta maaf secara pribadi sambil membawa kue-kue, bebuahan dan souvenir.

 

“Taruhan” ini saya sarankan karena dalam “ushulul-fiqh” atau filsafat hukum Islam ada asas bahwa kemudharatan kecil boleh dilakukan dalam rangka menghindarkan kemudharatan besar. Kalau jutaan kader PKS dan rakyat Indonesia dibiarkan bingung oleh soal konspirasi besar yang mas Anis “sengaja tidak mau menyebutnya”, bisa menjadi mudharat besar. Jadi kayaknya bolehlah beliau berdua taruhan saja, kalaupun berdosa ya insyaallah bobot dosanya lebih kecil dibanding kadar manfaat yang dihasilkannya.

 

Umpamanya ada orang yang bertanya, “Sudahlah, nggak usah ngobrol soal konspirasi, nyatakan saja: mencuri atau tidak?”, rasanya “kurang elite” atau “nggak level” untuk terseret menjawabnya. Termasuk kalau ada yang menjelaskan: kalau KPK memastikan seseorang menjadi terdakwa, itu berbeda dengan apabila dakwaan itu berasal dari Kejaksaan. KPK tidak punya wewenang untuk menerbitkan SP3, sehingga tingkat soliditas yuridisnya sangat tinggi untuk menterdakwakan seseorang.

 

Oleh karena itu kalau memang saran untuk taruhan ini “syubhat” atau bahkan “haram”, opsi saya berikutnya adalah mas Anis sebagai Presiden PKS bikin konferensi pers lagi, membawa Al-Quran, kemudian bersumpah di bawah Kitab Suci kepada Allah swt dan seluruh bangsa Indonesia bahwa beliau Pak Luthfi Hasan tidak melakukan korupsi.

 

Lebih afdhal jika acara sumpah itu diawali dan diakhiri dengan pembacaan statemen Tuhan: “Apakah kalian mengira bahwa Aku menciptakan kalian semua itu untuk main-main? Dan apakah kalian menyangka bahwa hidup dan segala urusan kalian ini akan bisa menghindar untuk kembali kepada-Ku?”

 

Kalau saran kedua itu kurang produktif juga secara KPK, PKS atau ke-Indonesia-an, opsi berikutnya adalah mengambil kejadian ini sebagai momentum heroisme nasional mas Anis Matta dan PKS. Tentu saja karakter PKS jauh dari kecenderungan riya’ dan takabbur untuk mempahlawan-pahlawankan dirinya. Tetapi maksud saya adalah bahwa ini momentum sangat bagus bagi PKS untuk menolong seluruh bangsa Indonesia dan mengamankan masa depan kita semua.

 

PKS tidak melihat kasus mantan Presidennya bukan sekedar kasus korupsi dan urusan hukum. Melainkan jauh lebih besar dari itu. KPK hanyalah urusan sejengkal waktu. PKS melakukan kebangkitan besar untuk urusan yang juga sangat besar. PKS menjadi “KPK” untuk menterdakwakan pelaku-pelaku Konspirasi Global demi nasionalisme dan kemerdekaan ummat manusia di seluruh muka bumi. Mas Anis Matta memimpin suatu pergerakan nasional dan dunia, menjadikan momentum ini sebagai trigger sejarah: membuka cakrawala peradilan sejarah dunia, menguakkan rahasia tipudaya sejarah yang berlangsung sejak Nabi Isa lahir yang berhasil memfitnah beliau dan merekayasa hingga ke kayu salib — terlepas dari versi kontra versi tentang fakta penyaliban itu.

 

Tahap berikut tipudaya itu yang dirundingkan 37 tahun sesudah penyaliban, yang buah-buah keberhasilannya tidak saya sebutkan di tulisan ini. Kemudian pembaharuan strategi dan modifikasi aplikasinya sesudah Renaissance, pengkayaan-pengkayaan sesuai dengan tonggak-tonggak perubahan sejarah, abad 17, 18, 19. 20, hingga hari ini, yang berlangsung sangat panjang dan detail, melalui pasal-pasal Takkim, Shadda, Parokim, Libarim, Babill, Onan, Protokol, Gorgah, Plotisme, Qornun, menelusup ke dunia pendidikan, media massa, ruang-ruang sidang parlemen, lembar-lembar informasi jenis apapun saja, bahkan menggerogoti berita-berita firman Tuhan.

 

Indonesia yang kaya raya adalah “janda muda” yang cantik jelita bahenol sexy yang semua “jawara” dunia tergiur ingin menguasainya, dengan metoda penaklukan dan penjajahan yang terus diperbaharui. PKS berkesempatan menjelaskan kepada rakyat Indonesia bahwa zaman VOC bukanlah satu-satunya era penjajahan yang kita alami. Dari yang transparan eksplisit penjajahan teritorial hingga yang implisit kultural, intelektual, spiritual, institusional, sistemik-struktural, taktis-strategis, serta semua yang samar-samar lainnya yang tak mungkin tampak di mata awam.

 

Dan karena ghirrah menentang penjajahan itulah maka PKS lahir. Statemen Allah swt bisa dikutip oleh PKS yang memang masyhur dekat dengan-Nya: “Apa yang tidak kalian sukai ini bisa jadi membawa kebaikan bagi kalian, dan apa yang kalian sukai malahan bisa membawa keburukan bagi kalian”. PKS bisa menguraikan ilmu dan pengetahuan kepada rakyat Indonesia untuk melakukan reidentifikasi nilai-nilai. Apa yang mereka junjung selama ini, mungkin justru yang seharusnya mereka tinggalkan. Apa-apa dan siapa-siapa yang mereka idolakan, mereka berhalakan, mereka “tuhan”kan, mungkin saja sebenarnya harus mereka hindarkan. Sebaliknya, yang selama ini mereka remehkan, buang dan singkirkan: itu sesungguhnya yang menyimpan kemashlahatan dan harapan.

 

Akan tetapi kalau itu semua terlalu ruwet dan merepotkan waktu mas Anis yang sangat sibuk siang malam di banyak tempat, mungkin cukup lakukan satu hal saja: kumpulkan kader-kader PKS di berbagai tempat seluruh Nusantara, misalnya bikin Muhasabah wa Mubahalah di hadapan Allah swt dan Rasulullah Muhammad saw, yakinkan mereka dengan sumpah bahwa mantan Presiden mereka bukan maling. []

 

Kolom Majalah Tempo: Edisi 10 Februari 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar