Keutamaan Niat Dibandingkan
Amal
Meski amal sangat penting, namun niat atau
azam (berkeinginan kuat) lebih utama dari pada amal. Hal ini berdasarkan hadits
Rasululullah shallahu alaihi wa sallam yang diriwayatkan oleh Al-Baihaqi
sebagai berikut:
نِيةُ
المُؤْمِنِ خَيْرٌ مِنْ عَمَلِهِ
Artinya: “Niat seorang mukmin lebih utama
dari pada amalnya.”
Allamah Sayyid Abdullah bin Alawi Al-Haddad
dalam kitabnya berjudul Risâlatul Mu‘âwanah wal Mudzâharah wal Muwâzarah (Dar
Al-Hawi, 1994, hal. 27-28), menjelaskan keutamaan niat dibandingkan amal dengan
tiga (3) gambaran keadaan sebagai berikut:
الأولى
أن يعزم ويعمل. والثاني أن يعزم ولا يعمل مع القدرة على العمل. الثالثة أن يعزم
على فعل أمر لا يستطيع فعله
Artinya: “Pertama, seseorang yang berazam
kemudian berbuat. Kedua, seseorang yang berazam tetapi tidak berbuat meski ia
memiliki kemanpuan untuk itu. Ketiga, seseorang yang berazam untuk melakukan
sesuatu yang ia sendiri tidak mampu melakukannya.”
Dari kutipan di atas dapat diuraikan hal-hal
sebagai berikut:
Pertama, orang yang berniat melakukan suatu
amal kebaikan lalu mengerjakannya, maka kepada orang tersebut diberikan pahala
mulai dari 10 kebaikan, 700 kebaikan, hingga berlipat-lipat. Hal ini,
sebagaimana dijelaskan Sayyid Abdullah Al-Haddad, dengan mengutip hadits
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim
sebagaimana penggalan berikut:
وان
هم بها فعملها كتبها الله عز و جل عنده عشر حسنات إلى سبع مائة ضعف إلى أضعاف
كثيرة
Artinya: “Dan apabila seseorang berniat
melakukan sesuatu kebaikan lalu mengamalkannya, Allah ‘azza wa jalla akan
mencatat pahalnya di sisi-Nya sebagai perbuatan 100 kebaikan sampai 700, bahkan
berlipat-lipat ganda banyaknya.”
Kedua, seseorang yang berniat melakukan suatu
amal kebaikan dan mampu melakukannya tetapi tidak jadi melakukannya, maka
kepada orang tersebut diberikan pahala 1 kebaikan saja. Hal ini, sebagaimana
dijelaskan Sayyid Abdullah Al-Haddad, dengan mengutip hadits Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim sebagaimana
penggalan berikut:
فمن
هم بحسنة فلم يعملها كتبها الله عنده حسنة كاملة.
Artinya: “Maka apabila seseorang berniat
melakukan sesuatu kebaikan lalu tidak jadi melaksanakannya, Allah akan mencatat
pahalanya di sisi-Nya satu kebaikan sempurna.”
Ketiga, seseorang yang berniat melakukan
suatu amal kebaikan tetapi ternyata tidak mampu melakukannya, kepada orang
tersebut diberikan pahala sebagaimana orang yang mampu melakukannnya. Hal ini
sebagaimana penjelasan Allamah Sayyid Abdullah bin Alawi Al-Haddad (halaman 28)
sebagai berikut:
فله
نية ما للعامل وعليه ما عليه
Artinya: “Bagi orang seperti itu disediakan
pahala seperti yang disediakan bagi si pelaku baik dalam hal kebaikan ataupun
kejahatan.”
Dari seluruh uraian diatas dapat diketahui
bahwa niat lebih utama dari pada amal. Artinya Allah subhanhu wataála sangat
memperhitungkan niat seseorang. Seseorang yang sudah berniat berbuat baik dan
betul-betul melaksanakan dia mendapatkan pahala yang berlipat ganda. Seseorang
yang sudah berniat berbuat kebaikan tetapi tidak jadi melakukannya, ia tetap
mendapatkan pahala.
Bahkan orang yang sudah berniat melakukan
kemaksiatan tetapi tidak jadi melakukannya juga mendapatkan pahala dari Allah
karena mengurungkan niatnya. Hal ini berdasarkan hadits Rasulullah shallallahu
alaihi wasallam yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim sebagaimana penggalan
berikut:
وإن
هم بسيئة فلم يعملها كتبها الله عنده حسنة، فان هم بها فعملها كتبها الله عنده سيئة
واحدة.
Artinya: “Dan bila seseorang berniat
melakukan suatu kejahatan lalu ia tidak melaksanakan, Allah akan mencatat
pahalanya di sisi-Nya sebagai satu kebaikan sempurna, dan bila ia berniat
melakukan suatu kejahatan kemudian melaksanakannya pula, maka Allah akan
mencatatnya di sisi-Nya sebagai satu kejahatan.” []
Muhammad Ishom, dosen Fakultas Agama Islam
Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Surakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar