KHUTBAH JUMAT
Rasulullah Orang Pertama yang Memperingati
Maulidnya
Khutbah I
اَلْحَمْدُ
للهِ الَّذِي أَرْسَلَ مُحَمَّدًا رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ فَبِذَلِكَ أَمَرَنَا
أَنْ نَفْرَحَ وَنَشْكُرَ بِوُجُوْدِ سَيِّدِ الْمُرْسَلِيْنَ اللهم صَلِّ
وَسَلِّمْ عَلىَ سَيِّدِنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ فَاتِحِ كُلِّ بَابٍ مِنْ
أَبْوَابِ الْمَحُجُوْبِيْنَ وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
.بَعْدُ.
فَاتَّقُوْا اللهَ يَا عِبَادَ اللهِ حَيْثُمَا كُنْتُمْ وَصَلُّوْا وَسَلِّمُوْا
عَلىَ نَبِيِّكُمْ صلى الله عليه وسلم وَاشْكُرُوْا اللهََ تَعَالىَ عَلىَ مَا
مَنَّ عَلَيْنَا بِهِ مِنْ طُلُوْعِ هَذَا الْبَدْرِ الْمُنِيْرِ فِي هَذِهِ
الدَّارِ الْفَانِيَةِ فَبِمُتَابَعَتِهِ وَوَسِيْلَتِهِ وَمَحَبَّتِهِ حَصَلَ
النَّجَاةُ فِي تِلْكَ الدَّارِ الْآخِرَةِ الْخَالِدَةِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ
وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
Hadirin jamaah Jumat yang dirahmati Allah,
Marilah kita selalu meningkatkan ketakwaan
kita kepada Allah ﷻ,
dengan selalu mendekatkan diri kepada-Nya. Yakni mengerjakan apa yang
diperintahkan, serta menjauhi apa yang dilarang, kapan pun dan di mana pun, dalam
keadaan bagaimana pun, senang maupun susah, gembira ataupun sedih. Karena
dengan kita bertakwa, Allah ﷻ pasti akan menjamin
kehidupan kita baik di dunia maupun di akhirat, juga memberikan jalan keluar
atas setiap masalah yang kita hadapi.
Hadirin Sidang Jumat yang dirahmati Allah,
Saat ini kita memasuki bulan Rabiul Awal,
pada bulan ini tepatnya tanggal 12 Rabiul Awal tahun gajah atau bertepatan
dengan tanggal 20 April 571 M., lahirlah seorang bayi yang kelak akan membawa
perubahan besar bagi sejarah peradaban dunia. Ayahnya bernama Sayyid Abdullah
bin Sayyid Abdul Muthallib meninggal kurang lebih 7 bulan sebelum ia lahir.
Ibunya bernama Sayyidah Aminah al-Zuhriyyah binti Wahab, meninggal dunia saat
sang buah hati berusia 6 tahun. Kehadiran bayi itu disambut oleh kakeknya,
Sayyid Abdul Muthalib dengan penuh kasih sayang dan kemudian bayi itu dibawanya
ke kaki Ka’bah. Di tempat suci inilah bayi itu diberi nama Muhammad, sebuah
nama yang tidak mentradisi di kalangan kaum Quraisy pada waktu itu.
Disebutkan dalam kitab Dalail al-Nubuwwah
karya pakar hadits kenamaan, Imam al-Baihaqi memuat riwayat sebagai berikut:
فَلَمَّا
كَانَ الْيَوْمُ السَّابِعُ ذَبَحَ عَنْهُ، وَدَعَا لَهُ قُرَيْشًا، فَلَمَّا
أَكَلُوا قَالُوا: يَا عَبْدَ الْمُطَّلِبِ، أَرَأَيْتَ ابْنَكَ هَذَا الَّذِي
أَكْرَمْتَنَا عَلَى وَجْهِهِ، مَا سَمَّيْتَهُ؟ قَالَ: سَمَّيْتُهُ مُحَمَّدًا.
قَالُوا: فَلِمَ رَغِبْتَ بِهِ عَنْ أَسْمَاءِ أَهْلِ بَيْتِهِ؟ قَالَ: أَرَدْتُ
أَنْ يَحْمَدَهُ اللهُ تَعَالَى فِي السَّمَاءِ، وَخَلْقُهُ فِي الْأَرْضِ
“Saat hari ketujuh dari kelahiran Nabi
Muhammad, Sayyid Abdul Muthallib menyembelih kambing untuknya dan mengundang
orang Quraisy. Ketika mereka menikmati hidangan, mereka bertanya; wahai Abdul
Muthallib beritahulan kepada kami tentang si jabang bayi yang engkau muliakan
kami di depannya, siapa namanya?. Abdul Muthallib menjawab; aku menamakannya
“Muhammad”. Mereka berkata; mengapa engkau lebih suka nama itu dari pada
nama-nama keluarganya?. Abdul Muthallib menjawab; aku berharap Allah memujinya
di langit dan maklukNya di bumi.”
Riwayat senada juga disampaikan oleh Imam
Ibnu Katsir dalam kitab al-Sirah al-Nabawiyyah. Seteleh menyampaikan riwayat
sebagaimana di atas, Ibnu Katsir mengatakan:
قَالَ
أَهْلُ اللُّغَةِ كُلُّ جَامِعٍ لِصِفَاتِ الْخَيْرِ يُسَمَّى مُحَمَّدًا
“Berkata para pakar Bahasa; setiap orang yang
mengumpulkan sifat-sifat kebaikan disebut Muhammad (orang yang banyak dipuji).”
Hadirin jamaah Jumat yang dirahmati Allah,
Dalam sebuah hadits shahih riwayat Imam
Muslim disebutkan:
وَسُئِلَ
عَنْ صَوْمِ يَوْمِ الِاثْنَيْنِ قَالَ ذَاكَ يَوْمٌ وُلِدْتُ فِيهِ وَيَوْمٌ
بُعِثْتُ أَوْ أُنْزِلَ عَلَيَّ فِيهِ.
“Rasulullah ﷺ ditanya tentang puasa
di hari Senin. Lalu beliau menjawab, “Itu adalah hari di mana aku dilahirkan,
hari di mana aku diutus atau diturunkannya wahyu kepadaku” (HR. Muslim).
Selain anjuran berpuasa di hari Senin, ada
beberapa petunjuk yang dapat diambil di dalam Hadits tersebut.
Pertama, menunjukan keagungan hari dan bulan
kelahiran Rasulullah ﷺ.
Anjuran ibadah dengan mengaitkan sebuah
peristiwa besar merupakan salah satu metode dakwah Rasulullah ﷺ. Anjuran memperbanyak ibadah di hari Jumat dikaitkan dengan
peristiwa yang menimpa Nabi Adam As. Beliau diciptakan, dimasukan dan
dikeluarkan dari surga pada hari Jumat. Anjuran puasa hari Asyura’ (tanggal 10
Muharram) dikaitkan dengan peristiwa Nabi Musa As beserta kaumnya. Begitu juga
anjuran berpuasa hari Senin. Dikaitkan dengan sejarah besar berupa hari
kelahiran Sang Manusia terbaik sepanjang masa, Rasulullah Muhammad ﷺ. Anjuran mengaitkan ibadah dengan sebuah peristiwa tersebut
menunjukan keagungan waktu dan hari terjadinya peristiwa itu.
Syaikh Yusuf Khatar Muhammad, seorang tokoh
sufi, dalam kitab al-Mausu’ah al-Yusufiyyah mengatakan:
“Sesungguhnya Rasulullah ﷺ memperhatikan
keterkaitan antara sejarah besar di masa lampau dengan persoalan-persoalan
keagamaan. Jika telah datang masa itu, maka hal tersebut menjadi kesempatan
untuk mengingatnya dan mengagungkan harinya. Rasulullah ﷺ sendiri yang
mendasari prinsip ini. Sebagaimana disebutkan dalam Hadits shahih bahwa ketika
Rasul sampai di Madinah dan melihat orang Yahudi berpuasa di hari Asyura’, lalu
beliau bertanya atas latar belakang ritual orang Yahudi tersebut. Maka
disampaikan kepada Rasul bahwa mereka berpuasa sebab pada hari itu Allah ﷻ telah menyelamatkan
nabi mereka dan menenggelamkan musuh mereka. Mereka berpuasa sebagai wujud
syukur atas nikmat Allah ﷻ ini. Kemudian
Rasulullah ﷺ bersabda kepada
sekelompok Yahudi tersebut: "Kami lebih pantas mengikuti Musa dari pada
kalian." Selanjutnya Rasul berpuasa dan memerintahkan para sahabat untuk
berpuasa pada hari Asyura’ tersebut”.
Maka dari itu, hari kelahiran Rasulullah ﷺ merupakan peristiwa
besar yang memiliki nilai lebih dibandingkan hari-hari yang lain. Begitu juga
bulan Rabiul Awal, memiliki sisi kemuliaan dengan dilahirkannya Rasulullah ﷺ pada waktu itu.
Syekh Ibnu al-Haj, seorang ulama besar mazhab
Maliki mengatakan:
أَشَارَ
عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ إلَى فَضِيلَةِ هَذَا الشَّهْرِ الْعَظِيمِ
بِقَوْلِهِ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ لِلسَّائِلِ الَّذِي سَأَلَهُ عَنْ
صَوْمِ يَوْمِ الِاثْنَيْنِ فَقَالَ لَهُ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ ذَلِكَ
يَوْمٌ وُلِدْتُ فِيهِ فَتَشْرِيفُ هَذَا الْيَوْمِ مُتَضَمِّنٌ لِتَشْرِيفِ هَذَا
الشَّهْرِ الَّذِي وُلِدَ فِيهِ .فَيَنْبَغِي
أَنْ نَحْتَرِمَهُ حَقَّ الِاحْتِرَامِ وَنُفَضِّلَهُ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بِهِ
الْأَشْهُرَ الْفَاضِلَةَ وَهَذَا مِنْهَا.
“Rasulullah ﷺ memberi isyarat atas
keutamaan bulan Rabiul Awal ini dengan sabda beliau saat ditanya tentang puasa
di hari Senin, beliau menjawab: "Itu adalah hari kelahiranku". Maka,
memuliakan hari Senin tersebut secara tidak langsung juga memuliakan bulan
Rabiul Awal ini, bulan di mana Rasulullah ﷺ dilahirkan. Sudah
seharusnya bagi kita untuk memuliakannya dengan sebaik-baiknya memuliakan
seperti kita memuliakan bulan-bulan utama lainnya. Dan bulan Rabiul Awal ini
salah satu di antara bulan-bulan mulia itu”.
Kedua, Rasulullah ﷺ memperingati hari
kelahirannya.
Memperingati hari kelahiran Rasul adalah
sebuah ungkapan dari suka cita dan luapan kegembiraan atas kehadiran Rasulullah
ﷺ di muka bumi. Dari
situ dapat dipahami bahwa rutinitas puasa yang dilakukan Rasulullah ﷺ. d hari Senin, hakikatnya merupakan wujud dari peringatan hari
kelahiran beliau sendiri. Rasulullah melakukannya sebagai wujud mengagungkan
dan rasa syukur beliau telah dijadikan Allah ﷻ sebagai rahmat bagi
seluruh alam semesta. Seorang ulama besar ahli hadits kesohir, Sayyid Muhammad
bin Alawi al-Maliki mengatakan:
إِنَّ
أَوَّلَ الْمُحْتَفِلِيْنَ بِالْمَوْلِدِ هُوَ صَاحِبُ الْمَوْلِدِ وَهُوَ
النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَمَا جَاءَ فِي الْحَدِيْثِ
الصَّحِيْحِ الَّذِيْ رَوَاهُ مُسْلِمٌ لَمَّا سُئِلَ عَنْ صِيَامِ يَوْمِ
الْإِثْنَيْنِ قَالَ صلى الله عليه وسلم ذَاكَ يَوْمٌ وُلِدْتُ فِيْهِ فَهَذَا
أَصَحُّ وَأَصْرَحُ نَصًّ فِي مَشْرُوْعِيَّةِ الْإِحْتِفَالِ بِالْمَوْلِدِ
النَّبَوِيِّ الشَّرِيْفِ وَلَا يُلْتَفَتُ اِلَى قَوْلِ مَنْ قَالَ إِنَّ أَوَّلَ
مَنِ احْتَفَلَ بِهِ الْفَاطِمِيُّوْنَ لِأَنَّ هَذَا إِمَّا جَهْلٌ أَوْ تَعَامٍ
عَنِ الْحَقِّ.
Sesungguhnya pertama kali yang merayakan
maulid adalah sang empunya maulid itu sendiri, yaitu Rasulullah ﷺ. Sebagaimana diterangkan dalam hadits shahih riwayat imam
Muslim ketika Rasul ditanya tentang anjuran puasa di hari Senin, beliau
menjawab: “Itu adalah hari di mana aku dilahirkan”. Ini adalah sekuat dan
sejelas-jelasnya nash dalil yang menjelaskan anjuran maulid Nabi yang mulia.
Tidak dapat dijadikan pijakan pendapat yang mengatakan bahwa pertama kali yang
merayakan maulid adalah dari dinasti Fathimiyyah. Sebab pendapat tersebut tidak
lepas dari ketidak tahuan atau berpura-pura tidak tahu akan fakta yang
sebenarnya.
Ketiga, Anjuran memperingati hari kelahiran
Rasulullah ﷺ.
Allah ﷻ memerintahkan kita
untuk bersyukur dan bahagia atas setiap rahmat-Nya yang diberikan kepada kita.
Di dalam surat Yunus ayat 58 dikatakan :
قُلْ
بِفَضْلِ اللهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوْا
"Katakanlah, atas anugerah dan RahmatNya
hendaknya mereka berbahagia" (QS. Yunus: 58).
Tidak diragukan lagi jika Rasulullah ﷺ adalah lebih
agung-agungnya rahmat Allah ﷻ kepada umat manusia,
bahkan seluruh alam semesta. Anjuran bersyukur-bahagia pada ayat tersebut tidak
dibatasi waktu dan tempat. Kapanpun, kita dianjurkan mensyukuri wujudnya Rasulullah
ﷺ di dunia. Setiap saat
kita dianjurkan untuk melakukannya. Rahmat wujudnya Rasulullah ﷺ dapat dirasakan
sampai kapanpun dan tidak akan terputus habis dimakan zaman.
Jika di hari-hari biasa saja kita dianjurkan
bersyukur atas wujudnya Rasulullah ﷺ, lebih-lebih di hari atau bulan kelahiran beliau. Anjuran
tersebut menjadi sangat dikukuhkan. Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki
menegaskan:
فَالْفَرَحُ
بِهِ صَلَّى اللهُُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ مَطْلُوْبٌ فِي كُلِّ وَقْتٍ وَفِي
كُلِّ نِعْمَةٍ وَعِنْدَ كُلِّ فَضْلٍ وَلَكِنَّهُ يَتَأَكَّدُ فِي كُلِّ يَوْمِ
اثْنَيْنِ وَفِي كُلِّ شَهْرِ رَبِيْعْ لِقُوَّةِ الْمُنَاسَبَةِ وَمُلَاحَظَةِ
الْوَقْتِ وَمَعْلُوْمٌ أَنَّهُ لَا يَغْفَلُ عَنِ الْمُنَاسَبَةِ وَيُعْرِضُ
عَنْهَا عَنْ وَقْتِهَا اِلَّا مُغَفَّلٌ أَحْمَقُ.
"Berbahagia dengan kehadiran Rasulullah ﷺ di dunia dianjurkan
pada setiap waktu. Setiap mendapat kenikmatan dan karuniaNya. Akan tetapi,
anjuran tersebut menjadi sangat dikukuhkan pada setiap hari Senin dan bulan
Rabiul Awal karena korelasi yang kuat dan momen waktu yang selayaknya
diperhatikan. Sudah menjadi kemakluman bersama tidak akan melupakan dan
berpaling dari sebuah momen peristiwa besar kecuali orang yang lalai dan
bodoh."
Memperingati hari kelahiran Rasulullah ﷺ bisa dilakukan dengan
berbagai cara. Misalkan membaca maulid (sejarah hidup Rasul), berkumpul
berdzikir, membaca shalawat bersama, bersedekah, mengadakan walimah, menyantuni
anak yatim, memberi makan fakir miskin dan lain sebagainya. Semoga kita
senantiasa dapat meningkatkan rasa cinta kita kepada Rasulullah ﷺ sehingga diakui
sebagai umatnya dan dapat berkumpul bersamanya kelak di hari kiamat. Amin.
أَعُوْذُ
بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ.
قُلْ بِفَضْلِ اللهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوْا هُوَ خَيْرٌ
مِّمَّا يَجْمَعُونَ بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ
وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتِلَاوَتِهِ إِنَّهُ تَعَالَى هُوَ السَّمِيْعُ
الْعَلِيْمُ.
Khutbah II
إِنَّ
الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ
بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ
اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ
إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اللهم صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا
مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. أما بعد فَيَا أَيُّهَا
النَّاسُ اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ
مُسْلِمُوْنَ.
ثُمَّ
اعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَالسَّلاَمِ عَلَى رَسُوْلِهِ
فَقَالَ {إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ
الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا . {اَللَّهُمَّ
صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ
وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ
إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ
وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ
وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ. اَللَّهُمَّ
أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً
وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ.
رَبَّنَا
هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا
لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا. اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ جَمِيْعَ وُلاَةِ الْمُسْلِمِيْنَ،
وَانْصُرِ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَأَهْلِكِ الْكَفَرَةَ
وَالْمُشْرِكِيْنَ وَأَعْلِ كَلِمَتَكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. رَبَّنَا آتِنَا
فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّار.
عِبَادَ
اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي
الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَخْشَآءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ يَعِظُكُمْ
لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوَن. وَاذْكُرُوْا اللهَ يَذْكُرْكُمْ, وَاشْكُرُوْا عَلَى
نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ, وَاسْأَلُوْا مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ, وَلَذِكْرُ اللهِ
أَكْبَرُ.
Ustadz M. Mubasysyarum Bih, Dewan Pembina
Pondok Pesantren Raudlatul Quran, Geyongan, Arjawinangun, Cirebon, Jawa Barat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar