Siapa Kelompok Radikal Islam Itu? [Catatan untuk
Menteri Agama yang Baru]
Oleh: Nadirsyah Hosen
Saya hendak jelaskan secara singkat soal kelompok
radikal dalam Islam, yang kabarnya akan menjadi fokus pemerintahan Joko Widodo
periode kedua. Penjelasan ini penting agar tidak terjadi kesalahpahaman atau
menggunakan cara-cara Orde Baru yang justru akan kontraproduktif.
Secara umum yang bisa kita identifikasi sebagai
kelompok radikal itu sebagai berikut:
Pertama, kaum takfiri yang menganggap kelompok selainnya
sebagai kafir. Berbeda pandangan sedikit saja langsung kita dikafirkan. Ini
radikal dalam keyakinan.
Kedua, kelompok jihadis yang membunuh orang lain atas
nama Islam. Mereka melakukan tindakan di luar hukum tanpa alasan yang
dibenarkan secara syar’i. Ini radikal dalam tindakan.
Ketiga, kelompok yang hendak mengganti ideologi negara
dengan menegakkan Negara Islam dan/atau khilafah. Tindakan mereka merusak
kesepakatan pendiri bangsa. Ini radikal dalam politik.
Karakter radikal di atas bisa merupakan kombinasi
ketiganya: mengkafirkan, membunuh, dan mau mengganti Pancasila. Ini yang paling
berbahaya, apalagi kalau mereka merupakan jaringan transnasional.
Namun, ada juga yang hanya takfiri dan membunuh saja,
tapi mereka tidak main politik. Ada yang tidak takfiri dan tidak membunuh, tapi
hanya mau mengganti ideologi negara. Artinya, perbedaan manhaj
maupun aktivitas mereka juga harus kita petakan.
Perbedaan di antara ketiga kelompok di atas maupun
variannya harus dipahami dengan benar sebelum mau melakukan program
deradikalisasi. Ini artinya bukan sekadar main hantam saja sehingga malah
akan memicu perlawanan yang reaktif.
Jangan pula terjebak dengan asesoris, misalnya yang
pakai jilbab panjang atau celana cingkrang langsung dianggap radikal. Ini
juga tidak benar. Harus lebih substantif pada pemahaman keagamaan, tindakan,
dan gerakan mereka.
Jika mereka masih berada pada tahap radikal dalam
keyakinan, maka harus dilakukan wacana tandingan. Jika sudah berupa tindakan,
maka tindakan preventif tidak lagi cukup, namun perlu dilakukan penetrasi ke
dalam kelompok tersebut. Bila sudah sampai pada gerakan politik, maka tidak
bisa lagi dihadapi lewat kompromi politik karena ini sudah pertarungan
ideologi.
Usulan saya, menghadapi kelompok radikal ini tak bisa
hanya hantam dengan keras dan tegas, tapi harus dirumuskan langkah yang taktis
dan strategis. Yang saya ungkap di atas baru mengidentifikasi saja. Salah
identifikasi bisa berakibat salah langkah menghadapi mereka.
Akhirnya, saya mengucapkan selamat bekerja kepada
Menteri Agama yang baru, Pak Fachrul Razi. Semoga amanah dan sukses menjalankan
tugas. []
GEOTIMES, 25 Oktober 2019
Nadirsyah Hosen | Rais Syuriah PCI Nahdlatul Ulama
Australia – New Zealand dan Dosen Senior Monash Law School, Australia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar