Ketika Sayyidina Ali
bin Abi Thalib Bekerja pada Orang Yahudi
Para sahabat begitu perhatian dan cinta kepada Nabi Muhammad. Mereka siap melakukan apapun untuk sekedar meringankan beban yang dialami Nabi Muhammad. Mereka juga siap mengorbankan harta, tenaga, dan bahkan nyawanya demi orang yang dicintainya itu. Bahkan, kecintaan mereka kepada Nabi Muhammad lebih besar daripada kecintaan mereka terhadap diri sendiri ataupun keluarganya.
Sayyidina Ali bin Abi
Thalib adalah salah seorang yang sangat mencintai Nabi Muhammad. Saking
cintanya, ia lebih mendahulukan kepentingan Nabi Muhammad dan mengakhirkan
kepentingan pribadi. Salah satu bentuk kecintaan Sayyidina Ali bin Abi Thalib
kepada Nabi Muhammad adalah dengan memberikan bantuan manakala yang dicintainya
itu mengalami kesulitan.
Merujuk buku Hayatush
Shahabah (Syaikh Muhammad Yusuf al-Kandahlawi, 2019), suatu ketika Nabi
Muhammad mengalami kesulitan ekonomi. Keadaan itu membuat Nabi Muhammad tidak
makan karena memang tidak ada yang bisa dimakan. Lambat laun kabar itu sampai
ke telinga Sayyidina Ali bin Abi Thalib. Setelah mengetahui kabar itu,
Sayyidina Ali langsung pergi mencari pekerjaan sehingga mendapatkan upah.
Nantinya upah itu akan diberikan kepada Nabi Muhammad.
Sayyidina Ali
mendatangi seorang Yahudi yang memiliki kebun kurma. Kepada seorang Yahudi
tersebut, ia mengaku siap bekerja untuk mengairi kebun kurmanya. Terjadi
diskusi antara mereka berdua soal imbalan. Akhirnya disepakati, setiap
Sayyidina Ali menimba satu ember dari sumur maka ia akan mendapatkan imbalan
satu butir kurma.
Ia berhasil menimba
17 ember air. Sesuai kesepakatan, maka Sayyidina Ali menerima 17 butir kurma.
Dia memilih kurma ajwah sebagai upahnya. Kurma-kurma tersebut kemudian
diberikan kepada Nabi Muhammad. Hal itu membuat Nabi Muhammad bertanya kepada
Sayyidina Ali perihal darimana asalnya kurma-kurma itu.
“Aku pergi bekerja
demi memperoleh makanan untukmu,” jawab Sayyidina Ali.
Ketika Nabi
menanyakan perihal apa yang mendorong melakukan itu, Sayyidina Ali menjawab
bahwa rasa cinta kepada Allah dan Rasul-Nya lah yang mendorongnya bekerja dan
memberikan upahnya kepadanya.
“Barang siapa
mencintai Allah, hendaklah ia mempersiapkan perlindungan yang langgeng dari kemalangan,”
kata Nabi Muhammad saw.
Dari kisah di atas
bisa ditarik beberapa poin penting. Pertama, para sahabat sangat mencintai Nabi
Muhammad. Tidak hanya sahabat, seluruh umat Islam juga begitu cinta dengan Nabi
Muhammad. Mereka mencintai Nabi Muhammad begitu dalam, hingga mengalahkan
cintanya kepada diri dan sanak famili sendiri.
Kedua, siapa yang
mencintai Nabi maka ia akan bersamanya di akhirat kelak. Dalam sebuah riwayat
Anas disebutkan, suatu ketika ada seorang yang bertanya kepada Nabi Muhammad
tentang datangnya hari kiamat. Nabi bertanya balik, ‘Apa yang sudah disiapkan
untuk menghadapi kiamat?’ Kata orang tersebut, dia tidak mempersiapkan apapun
kecuali mencintai Allah dan Rasul-Nya.
“Engkau bersama orang
yang engkau cintai,” kata Nabi Muhammad.
Ketiga, tidak ada
larangan bekerja di tempat non-Muslim. Sayyidina Ali bekerja di kebun kurma
miliki seorang Yahudi dan Nabi Muhammad tidak menegurnya. Jadi tidak ada
larangan bagi seorang Muslim bekerja pada non-Muslim, asal pekerjaannya
tersebut dalam bidang yang halal dan sesuai dengan ketentuan Islam. []
(Muchlishon)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar