KHUTBAH JUMAT
Haramnya Khamr dan Ancaman bagi Peminumnya
Khutbah I
اَلْحَمْدُ
للهِ، اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ مَنَعَنَا بِالتَّعَاوُنِ عَلَى اْلِإثْمِ
وَالْعُدْوَانِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ
لَهُ الْمَلِكُ الدَّيَّانْ، وَأَشْهَدُ أَنَّ محمدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
الْمَبْعُوْثُ إِلَى سَائِرِ الْعَرَبِ وَالْعَجَم، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ
عَلَى مَنْ اَثْنَى اللهُ عَلَيْهِ بِخُلُقٍ حَسَن، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ
وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَان. أما بعد
فَيَا
عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْنِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ. فَقَدْ
فَازَ الْمُتَّقُوْنَ
وقال
تعالى في كتابه الكريم، يَسْـَٔلُوْنَكَ عَنِ الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِۗ قُلْ
فِيْهِمَآ اِثْمٌ كَبِيْرٌ وَّمَنَافِعُ لِلنَّاسِۖ وَاِثْمُهُمَآ اَكْبَرُ مِنْ
نَّفْعِهِمَاۗ وَيَسْـَٔلُوْنَكَ مَاذَا يُنْفِقُوْنَ ەۗ قُلِ الْعَفْوَۗ كَذٰلِكَ
يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمُ الْاٰيٰتِ لَعَلَّكُمْ تَتَفَكَّرُوْنَۙ
Ma’asyiral hadhirin, jamaah jumat
hafidhakumullah, Saya berwasiat kepada pribadi saya sendiri, juga kepada
hadirin sekalian. Marilah kita senantiasa meningkatkan takwa kita kepada Allah
subhanahu wa ta’ala dengan berusaha melaksanakan perintah-perintah-Nya dan
menjauhi larangan-larangan-Nya. Semoga kita kelak dimasukkan surga Allah
bersama orang-orang yang bertakwa, amin.
Hadirin hafidhakumullah,
Allah SWT berfirman di dalam QS Al-Baqarah
[2] ayat 219:
يَسْـَٔلُوْنَكَ
عَنِ الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِۗ قُلْ فِيْهِمَآ اِثْمٌ كَبِيْرٌ وَّمَنَافِعُ
لِلنَّاسِۖ وَاِثْمُهُمَآ اَكْبَرُ مِنْ نَّفْعِهِمَاۗ وَيَسْـَٔلُوْنَكَ مَاذَا
يُنْفِقُوْنَ ەۗ قُلِ الْعَفْوَۗ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمُ الْاٰيٰتِ لَعَلَّكُمْ
تَتَفَكَّرُوْنَۙ
"Mereka menanyakan kepadamu (Muhammad)
tentang minuman keras dan judi. Katakanlah, ‘Pada keduanya terdapat dosa besar
dan beberapa manfaat bagi manusia. Tetapi dosanya lebih besar daripada
manfaatnya.’ Dan mereka menanyakan kepadamu (tentang) apa yang (harus) mereka
infakkan. Katakanlah, ‘Kelebihan (dari apa yang diperlukan).’ Demikianlah Allah
menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu memikirkan." Allah SWT juga
telah berfirman dalam QS Al-Maidah [5] ayat 90:
يٰٓاَيُّهَا
الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالْاَنْصَابُ
وَالْاَزْلَامُ رِجْسٌ مِّنْ عَمَلِ الشَّيْطٰنِ فَاجْتَنِبُوْهُ لَعَلَّكُمْ
تُفْلِحُوْنَ
"Wahai orang-orang yang beriman!
Sesungguhnya minuman keras, berjudi, (berkurban untuk) berhala, dan mengundi
nasib dengan anak panah, adalah perbuatan keji dan termasuk perbuatan setan.
Maka jauhilah (perbuatan-perbuatan) itu agar kamu beruntung."
Pada ayat terakhir di atas, Allah SWT secara
tegas menyatakan bahwa tindakan meminum khamr, berjudi, undi nasib, adalah
bagian dari perilaku setan. Untuk itu perilaku itu disebut sebagai rijsun
(najis/keji), seiring setan senantiasa hendak berbuat menjerumuskan manusia ke
dalam lembah kehinaan. Maka dari itu, orang yang meniru perilaku setan,
dianggap sebagai orang yang hendak menjerumuskan dirinya sendiri dalam lembah
kehinaan (rijsun) tersebut. Salah satunya adalah melalui khamr, judi, dan
sebagaimana digambarkan dalam ayat tadi.
Sahabat Abdullah ibn Umar radliyallahu 'anhu,
suatu ketika dawuh:
روي
عن رسول الله صلي الله عليه وسلم : ( أنه يؤتي بشارب الخمر يوم القيامة مسوداً
وجهه ، مزرقة عيناه ، متدلياً لسانه علي صدره ، يسيل بساقه مثل الدم ، يعرفه الناس
يوم القيامة)
Artinya: "Diriwayatkan dari Baginda Nabi
SAW, Sesungguhnya kelak para peminum khamr akan dihadirkan di hari kiamat
kelak, dengan wajah yang menghitam, kedua bola matanya pucat, lidahnya terjulur
hingga ke dadanya, dari kedua betisnya mengalir sesuatu yang seumpama darah.
Mereka akan dipertontonkan dan dilecehkan di hadapan manusia."
Maka dari itulah kemudian Baginda Nabi
memberikan peringatan:
فلا
تسلموا عليه ، ولا تعودوه إذا مرض ، ولا تصلوا عليه إذا مات ، فإنه عند الله
سبحانه وتعالي كعابد الوثن
Artinya: "Jangan kau mengucapkan salam
padanya. Jangan menjenguknya ketika ia sakit. Jangan menshalatinya ketika ia
mati. Karena sesungguhnya mereka disisi Allah, kedudukannya seperti penyembah
berhala."
Bagaimana mau diucapkan salam? Padahal salam
adalah doa keselamatan, sementara peminum khamr memilih untuk dirinya
ketidakselamatan.
Bagaimana mau dijenguk? Lha wong sakitnya itu
sudah dibuatnya sendiri sebab kebiasaannya minum khamr.
Bagaimana mau dishalati, sementara ia
menerjang larangan dari Allah dari meminum khamr.
Larangan dari Rasulullah SAW untuk tidak
mengucap salam kepada syaribul khamri (peminum minuman keras), termasuk pula
larangan menjenguknya ketika sakit, dan larangan menshalatinya, adalah suatu
bentuk sanksi. Sanksi ini jangan dipahami sebagai sebuah kebencian. Akan tetapi
sanksi itu mesti dipahami sebagai sebuah pendidikan. Pendidikan kepada
masyarakat dari Baginda Nabi Besar Muhammad SAW.
Ada banyak sanksi yang disampaikan untuk
syaribul khamri dalam kitab-kitab fiqih. Misalnya adalah klasifikasi sah
tidaknya tasharuf para syaribul khamri tersebut. Untuk syaribul khamri pemula,
yang mabuk bukan karena kemauannya sendiri maka ucapan talaknya saat kondisi
mabuk, masih dihukumi tidak jatuh, dan jual belinya masih dihukumi tidak sah.
Untuk syaribul khamri yang profesional,
ucapan talak atau akadnya saat kondisi mabuk dihukumi sebagai sah.
Mengapa ada pembedaan? Itulah salah satu
bentuk syariat dalam memberikan pendidikan kepada masyarakat. Ada jenjang dan
tahapannya. Kesalahan yang dilakukan di awal, masih dima'fu. Tapi, kalau sudah
sering melakukan kesalahan berupa minum khamr, maka langsung syariat memutuskan
sanksinya.
Dalam hadits di atas juga disebutkan bahwa
syaribul khamri adalah seperti penyembah patung. Penjelasan dari ini sebenarnya
berangkat dari sebuah pengakuan hukum bahwa hukumnya syaribul khamri, sedikit
atau banyak khamr yang diminum, hukumnya adalah haram.
Haram ini yang menetapkan adalah nash
Al-Qur'an dan al-hadits. Ijma' ulama juga menyatakan sebagai haram. Padahal
berlaku kaidah, sebagaimana disampaikan oleh al-Faqih al-Qadli Nashr ibn
Muhammad ibn Ibrahim Al Samarqandy dalam kitabnya Tanbihul Ghafilin, shahifah
53:
وإجمع
المسلمون أن شرب المسكر حرام قليله وكثيره فإذا استحل ما هو حرام بالإجماع صار
كافرا
Sidang jumat yg berbahagia:
Al khamru muskirun. Khamr itu bersifat
memabukkan. Artinya illat hukum diharamkannya khamr karena sifat memabukkannya.
Untuk itu, diambil qiyas, bahwa: kullu muskirin haramun ka harami khamrin.
Dengan demikian, melihat asalnya barang yang
memabukkan adalah tidak hanya berasal dari sebuah minuman, melainkan juga
berupa barang lain yang bisa dimakan, dihirup, dihisap atau disuntikkan, maka
semua barang yang bisa mengundang mabuk, maka hukumnya adalah sama dengan
khamr.
Baik itu barang racikan atau barang masakan,
asalkan dia punya ciri memabukkan, maka ia dihukumi sebagai haram. Akhir dari
khutbah, ada sebuah maqalah yang disampaikan dari pemahaman dawuh Sayyidina
Utsman bin Affan radliyallahu anhu:
إن
شارب الخمر إذا سكر يجري علي لسانه كلمة الكفر ويتعود لسانه بذالك ويخاف عند موته
أن يجري علي لسانه كلمة الكفر فيخرج من الدنيا علي الكفر فيبقي في النار أبدا
Artinya: Sesungguhnya, peminum arak, saat ia
mabuk, maka lisannya akan cenderung mengucap dengan ucapan-ucapan kufur.
Akhirnya lisannya menjadi terbiasa karenanya. Karenanya, baginya sangat
dikhawatirkan, saat mati lalu lisannya mengucap ucapan-ucapan kufur. Lalu ia
keluar dari dunia dalam kondisi kufur. Akhirnya nerakalah tempat kekal
baginya."
Sungguh, kita berlindung kepada Allah SWT,
dari mati suul khatimah. Mati dalam kondisi kekufuran sehingga diakhirat
mendapat adzab api neraka! Naudzu billah tsumma naudzu billah.
بَارَكَ
اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَجَعَلَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا
فِيْهِ مِنَ الْآيَاِت وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. إِنَّهُ هُوَ البَرُّ التَّوَّابُ
الرَّؤُوْفُ الرَّحِيْمُ. أعُوذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطانِ الرَّجِيْم، بسم الله
الرحمن الرحيم، وَالْعَصْرِ (١) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (٢)
إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ
وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (٣) ـ وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ أَرْحَمُ
الرّاحِمِيْنَ ـ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ
للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ.
وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ
وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِي إلىَ
رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ
وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
أَمَّا
بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا
عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ
بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ
وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا
صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ
وَمَلآئِكَةِ الْمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ
الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ
الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ
اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ
الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ
اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ
اَلاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ، اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ
وَالْمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ
الْمُوَحِّدِيْنَ، وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ
اْلمُسْلِمِيْنَ وَدَمِّرْ أَعْدَائَكَ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَأَعْلِ كَلِمَاتِكَ
إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ
وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ،
عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خَآصَّةً وَعَنْ سَائِرِ اْلبُلْدَانِ
اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى
الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا
لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ
بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ
وَالْمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا
اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ
وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ
Muhammad Syamsudin, Wakil Sekretaris Bidang
Maudhu’iyah – PW LBMNU Jawa Timur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar