Alasan
Rasulullah Dinamakan Muhammad
Pada 2016 Badan Pusat Nasional Statistik Inggris (ONS) melaporkan bahwa nama Muhammad masuk ke dalam daftar 10 nama anak laki-laki paling populer di Inggris dan Wales. Nama Muhammad menempati urutan ke-8 setelah Oliver, Harry, George, Jack, Jacob, Noah, dan Charlie.
Data itu merupakan
hasil survei yang dilakukan pada tahun tersebut, dimana ada sekitar 3.098 anak
lelaki yang bernama Muhammad –dan variannya seperti Mohamed, Mohammed,
Mohammad, dan lainnya- di Inggris. Jumlah ini setiap tahun pasti terus
meningkat. Bahkan, kalau seandainya ruang lingkupnya diperluas, tidak hanya di
Inggris, maka bisa dipastikan bahwa nama Muhammad dan segala variannya adalah
nama yang paling populer di seluruh dunia dan sepanjang zaman.
Namun apa yang
menjadi sebab orang tua di Inggris dan negara lainnya menamai anak mereka
dengan Muhammad? Tidak lain adalah karena orang Islam di Inggris dan negara
lainnya ingin mempertahankan tradisi menamai anak mereka dengan Nabi Muhammad,
sang nabi dan rasul terakhir. Selain itu, mereka juga menganggap pemberian nama
Muhammad untuk anak-anak mereka akan menghadirkan keberkahan di dalam hidupnya.
Nama Muhammad
(mungkin) tidak lah se-tua nama George, Jack, Jacob, dan Noah. Nama Muhammad
baru digunakan pada 14 abad yang lalu. Dimana Abdul Muthalib, seorang pembesar
Quraish, memberi cucunya dengan nama Muhammad pada tahun 570 M. Pada saat ini, nama
Muhammad adalah nama yang sangat asing, utamanya bagi masyarakat Arab. Mereka
biasa menamai anak mereka dengan nama-nama tuhan berhala seperti Abdul Uzza,
Abdul Manat, Abdul Lat, Abd Syam, Harb, dan Shakr.
Lalu mengapa Abdul
Muthalib menamai cucunya dengan nama yang dianggap asing oleh kaumnya itu?
Dalam buku
Sahabat-sahabat Cilik Rasulullah, diceritakan bahwa suatu ketika Abdul Muthalib
mengajak cucunya yang baru lahir masuk ke dalam Ka’bah dan bertawaf. Setelah
selesai melaksanakan ritualnya di dalam Ka’bah, Abdul Muthalib keluar dan
melewati kerumunan massa.
Mereka bertanya
kepada Abdul Muthalib perihal nama cucunya itu. Abdul Muthalib menjawab bahwa
nama cucunya adalah Muhammad. Tidak puas sampai di situ, kerumunan massa
tersebut kembali bertanya mengapa namanya Muhammad? Sebuah nama yang terdengar
asing di telinga masyarakat Arab pada saat itu.
“Aku ingin ia
(Muhammad) dipuji semua orang,” jawab Abdul Muthalib.
Keterangan yang sama
juga tertera dalam kitab Kasyifatus Saja. Dengan nama Muhammad, Abdul Muthalib
berharap agar cucunya dipuji di langit dan di bumi. Begitu halnya dalam kitab
An-Nahjah As-Sawiyyah fi Al-Asma’ An-Naba wiyyah, Abdul Muthalib menamai
cucunya dengan Muhammad usai menggelar aqiqah. Harapannya adalah agar sang cucu
dipuji Allah di langit dan disegani. Kemudian akhlak dan perilakunya diteladani
umat manusia yang ada di bumi. Kini apa yang menjadi harapan Abdul Muthalib
atas cucunya terbukti. Muhammad menjadi orang yang paling dipuji di langit dan
di bumi.
Bahkan, Allah dan
para malaikat-Nya juga memuji Muhammad dengan bershalawat untuknya, sebagaimana
yang disebutkan dalam QS. Al-Ahzab ayat 56.
Tidak hanya itu,
Muhammad juga adalah orang yang perilaku dan akhlaknya paling banyak diikuti
umat manusia di dunia ini. Semua ucapan, perilaku, dan ketentuannya selalu
diindahkan oleh umatnya. Merujuk buku 100 A Ranking of The Most Influential
Person in History (100 Tokoh Paling Berpengaruh di Dunia) karya Michael H.
Hart, maka Muhammad saw. berada diurutan pertama sebagai orang yang paling
berpengaruh sepanjang masa. []
(A Muchlishon
Rochmat)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar