Riwayat Hidup dan
Perjuangan Ajengan KH Anwar Musaddad
KH Anwar Musaddad
lahir 3 April tahun 1910 M. Sejak berusia 4 tahun, ia telah menjadi yatim. Ia
bersama adik-adiknya dibesarkan oleh ibunya, Siti Marfu’ah, seorang wiraswasta
pengusaha batik Garutan dan dodol Garut “Kuraesin”. Pada waktu usia sekolah, ia
masuk HIS (setingkat SD) Kristen karena sebagai pribumi yang bukan anak pegawai
negeri (ambtenar) dan bukan dari kalangan bangsawan (menak), ia tidak dapat
masuk HIS Negeri. Kemudian masuk MULO (setingkat SMP) di Kristelijk di Garut,
dan AMS (setingkat SMA) Kristelijk di Sukabumi.
Setelah menamatkan
sekolah menengah, ia kemudian belajar di Pesantren Darussalam Wanaraja, Garut,
selama dua tahun. Pada tahun 1930, ia menimba ilmu ke Mekkah selama 11 tahun di
Madrasah Al-Falah.
Di Makkah, ia
memuntut ilmu kepada para ulama terkenal Mekkah masa itu. Antara lain Sayyid
Alwi al Maliki, Syekh Umar Hamdan, Sayyid Amin Qubti, Syekh Janan Toyyib (Mufgi
Tanah Haram asal Minang), Syekh Abdul Muqoddasi (Mufti Tanah Haram asal
Solo).
Pulang ke tanah air,
masa berakhirnya penjajahan Belanda. Pada masa penjajahan Jepang, ia diangkat
menjadi kepala Kantor Urusan Agama Priangan. Pada masa revolusi kemerdekaan
(1945-1949), bersama KH Yusuf Taujiri dan KH Mustofa Kamil, ia memimpin pasukan
Hizbullah, melawan agresi Belanda yang ingin kembali menjajah RI. Sempat
ditangkap Belanda (1948) dan mendekam di penjara.Baru dibebaskan setelah
pengakuan kedaulatan (1950).
Pesantren Cipari,
tempat Anwar Musaddad menutut ilmu sebelum berangkat ke Mekkah, adalah sebuah
pesantren multifungsi. Selain mendidik para santri menyelami ilmu-ilmu agama
Islam, untuk mencapai taraf tafaquh fiddin (ahli agama), juga menggembleng
para santri untuk mencintai tanah air dan siap melawan penjajah.
Pada tahun 1953, ia
mendapat tugas dari Menteri Agama KH Fakih Usman untuk mendirikan Perguruan
Tinggi Agama Islam (PTAIN) di Yogyakarta, yang menjadi cikal-bakal Institut
Agama Islam Negeri (IAIN), yang kini berkembang menjadi Universitas Islam
Negeri (UIN). Ia diangkat menjadi guru besar dalam bidang Ushuluddin di IAIN
Yogyakarta dan menjadi fakultas tersebut pada tahun 1962-1967.
Dalam Dies Natalis
IAIN Al-Jami’ah ke-5 ia menyampaikan pidato berjudul Peranan Agama dalam
Menyelesaikan Revolusi. Kemudian di tahun 1967, ia ditugaskan merintis IAIN
Sunan Gunung Djati Bandung. Ia kemudian menjadi rektor pertamanya hingga tahun
1974.
Di bidang politik,
Anwar Musaddad menjadi anggota parlemen (DPR) dari Partai Nahdlatul Ulama (NU)
hasil pemilihan umum tahun 1955. Menjadi anggota DPR-GR 1960-1971. Kiprahnya di
NU ia pernah menjadi Wakil Rais ‘Am PBNU pada Muktamar NU di Semarang (1980).
Di bidang pendidikan,
untuk mengggembleng sumberdaya manusia yang lengkap sempurna, ketika menjadi
Rektor IAIN Sunan Gunung Jati, Anwar Musaddad juga mendirikan Sekolah Persiapan
IAIN (SP IAIN) di Garut, Cipasung Tasikmalaya, Cilendek Bogor, Ciparay Bandung,
Majalengka.Tujuannya, agar jumlah mahasiswa IAIN meningkat. Tujuan lainnya,
sebagai perwujudan obsesi Anwar Musaddad “mengulamakan intelektual” dan
“mengintelktualkan ulama”.
Sejak tahun 1976,
Anwar Musaddad tinggal di Garut dengan mendirikan Pesantren Al-Musaddadiyah
yang mengelola pendidikan tingkat dasar hingga perguruan tinggi. Kiai yang
terkenal sebagai ahli perbandingan agama, khususnya kristologi ini wafat pada
tahun 2000 dalam usia 91 tahun. []
(Abdullah Alawi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar