Senin, 11 Februari 2019

Menyusuri Bukit Jabal Nur Kaliwungu, Ziarahi Makam Ulama


Menyusuri Bukit Jabal Nur Kaliwungu, Ziarahi Makam Ulama

Sejak dahulu Kaliwungu, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah dikenal sebagai kota santri. Lingkungannya kental dengan nuansa religius. Selain ditumbuhi banyak pesantren dengan ribuan santri, dari Kaliwungu pula lahir ulama-ulama kharismatik yang memiliki pengaruh besar di masyakarat.

Salah satu ulama yang berjasa besar dalam menyebarkan agama Islam di Kaliwungu dan Jawa Tengah pada umumnya adalah KH Asy'ari atau Kiai Guru. Ia adalah pendiri masjid Al-Muttaqin Kaliwungu pada tahun 1653 M.

Semasa menyebarkan Islam di Kaliwungu, Kiai Guru berdakwah melalui pendekatan budaya. Ia juga yang mengenalkan dan mengajarkan kepada masyarakat tentang nilai-nilai ajaran Islam, seperti mauludan, rajaban, rebo pungkasan, nyadran, nyekar, slametan, dan dzikir atau tahlil.

Mengenang para ulama tidak lengkap rasanya bila hanya lewat cerita-cerita saja, namun perlu berziarah langsung ke makamnya. Berkunjung ke Kaliwungu, Kendal Jawa Tengah pada Senin (25/6), NU Online berhasil menapaki jejak Kiai Guru lewat makamnya yang berada di sebuah bukit bernama Jabal Nur. 

Terletak di Desa Protomulyo Kecamatan Kaliwungu Selatan, bukit Jabal Nur menjadi tempat peristirahatan terakhir ulama-ulama Kaliwungu yang kesohor kewaliannya itu.

Setiap hari makam ini tidak pernah sepi dari para penziarah yang datang. Terlebih pada bulan Syawal, makam ini selalu ramai dipadati peziarah dari berbagai daerah.  Puncaknya pada tanggal 8 Syawal. Sebab tanggal itu merupakan peringatan haul atau hari wafatnya Kiai Guru.

Makam di bukit Jabal Nur terbagi menjadi tiga bagian. Untuk sampai ke makam-makam itu bisa dengan berjalan kaki atau mengendarai sepeda motor dengan panjang jalan sekitar 200 meter.

Di ujung atas, adalah Makam Kiai Guru. Berada di dalam sebuah bangunan yang ditutupi kelambu  putih. Makamnya pun tampak bersih dan terawat. Kiai Guru wafat pada tahun 1697, seperti keterangan yang tertulis di tembok bangunan itu.

Di dalam bangunan itu terdapat pula makam-makam ulama yang lain. Seperti makam Syekh Bakhur Syatha atau cucu Syekh Abu Bakar Syatha,  pengarang kitab 'Ianatuttholibin yang mashur itu. Masih di area ini, dimakamkan pula Pangeran Mandurorejo (Bupati Pekalongan Pertama) dan Pangeran Puger.

Turun ke bawah, terdapat makam Kanjeng Sinuwun Sunan Katong. Konon ia adalah pemegang pemerintahan di Kaliwungu, semasa dengan Kiai Guru.

Sementara di ujung bawah atau bagian yang ketiga, adalah makam Wali Musyaffa, KH Ahmad Rukyat, KH Abu Khoer, dan KH Mustofa. Mereka adalah ulama-ulama Kaliwungu yang dikenal kealiman dan kewaliannya. Namun area makam ini sudah masuk Desa Kutoharjo Kecamatan Kaliwungu.

Dari atas bukit ini, peziarah juga bisa melihat pemandangan kota Kaliwungu yang luas. Masyarakat setempat memanfaatkan keramaian peziarah dengan mendirikan warung-warung yang menjual aneka makanan, minuman dan aksesoris.

Turun dari atas bukit, masih terdapat makam ulama Kaliwungu yang menjadi jujugan para santri. Makam yang terletak di belakang komplek Pesantren Al Fadlu Wal Fadhilah asuhan KH Dimyati Rois itu, adalah makam Masyayikh pesantren Salaf APIK Kaliwungu. Disana dimakamkan KH Irfan, KH Humaidullah, KH Asror, KH Imron Humaidullah dan kiai-kiai lainya.

Bila berkunjung ke Kaliwungu, makam-makam itu layak menjadi tujuan destinasi wisata religi, utamanya saat tradisi Syawalan. []

(Zaenal Faizin/Muiz)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar