Tangisan Umar bin Abdul Aziz saat Membaca
Al-Qur'an
Bila ditanya tentang siapa pemimpin teladan
dalam sejarah Islam, salah satu jawabannya adalah Umar bin Abdul Aziz. Wibawa
dan penghormatan yang ia terima dari masyarakat tak semata karena puncak
kekuasaannya, tapi juga akhlak, kezuhudan, dan kepemimpinannya yang peduli
rakyat.
Bahkan, kesibukannya mengelola pemerintahan,
sama sekali khalifah yang kerap dijuluki sebagai Umar II ini tak mengurangi
semangatnya untuk istiqamah menunaikan berbagai ritual ibadah. Umar bin Abdul
Aziz termasuk hamba yang tekun, bersahaja, dan meresapi dengan serius ajaran
agama.
Suatu malam, Umar bin Abdul Aziz membaca
Al-Qur'an. Tatkala sampai pada ayat 61 pada Surat Yunus, bacaannya terhenti.
Ayat tersebut menjelaskan kepada Nabi Muhammad bahwa tak ada satu urusan pun
yang sedang beliau hadapi, bacaan Al-Qur'an dan segala perbuatan, juga umatnya,
kecuali Allah menjadi Saksi dan Pengawasnya. Tak ada satu pun yang luput dari
pengetahuan Allah.
Umar bin Abdul Aziz menangis tersedu-sedu dan
menggemparkan seisi rumah. Fatimah binti Abdul-Malik, istrinya, yang
menyaksikan peristiwa itu pun duduk bersimpuh dan tak kuasa menahan tangis.
Seluruh penghuni rumah juga turut menangis, larut dengan tangisan suami-istri
itu.
Sang putra, Abdul Malik, memberanikan diri
bertanya, "Apa yang menyebabkan Ayahanda menangis?"
"Kebaikan, wahai putraku," jawab
Umar. "Ayahandamu ini ingin tak mengenal dunia, dan duniapun tak
mengenaliku. Demi Allah, wahai putraku, aku takut bakal binasa. Demi Allah, aku
khawatir akan menjadi ahli neraka."
Demikian diceritakan dalam kitab Masû‘tul
Akhlâq waz Zuhd war Raqâiq karya Yasir Abdur Rahman. Ini bukan kali pertama
Umar bin Abdul Aziz menangis. Banyak kisah mirip Umar bin Abdul Aziz yang
senantiasa menitihkan air mata lantaran kepekaannya terhadap sari pesan dalam Al-Qur'an.
Dikutip dari kitab yang sama, Umar juga tak
kuat membendung air mata ketika membaca ayat 13 pada Surat al-Furqan. Ayat ini
menerangkan tentang pedihnya azab neraka. Saking dahsyatnya, penghuni neraka
lebih mengharapkan binasa ketimbang menjalani siksa terus menerus dengan tangan
terbelenggu. Umar menangis hingga terisak-isak, bangkit dari duduk, masuk
rumah, lalu menyendiri dari siapa saja untuk beberapa saat.
Apa yang dilakukan Umar bin Abdul Aziz
sejatinya menunjukkan bahwa ia tak hanya sedang membaca huruf-huruf, melainkan
menyerap pelajaran-pelajaran berharga dari ayat suci. Al-Qur'an sendiri
berpesan:
أَفَلَا
يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَىٰ قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا
"Maka apakah mereka tidak memperhatikan
Al Quran ataukah hati mereka terkunci?" (QS Muhammad: 24)
Diriwayatkan dari Ibnu Abdul Barr, Sayyidina
Ali mengatakan, "Ingatlah, tak ada kebaikan dalam ibadah yang tanpa
disertai pemahaman agama. Begitu pula dengan pengetahuan yang tanpa disertai
analisis. Juga membaca Al-Qur'an yang tanpa disertai perenungan mendalam."
Wallahu a'lam. []
(Mahbib)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar