'Al-Mawaidz', Majalah
NU Tasik untuk Jawa Barat
Al-mawa’idz adalah
majalah yang diterbitkan oleh pengurus Nahdlatul Ulama Tasikmalaya, pada bulan
Agustus 1933. Majalah yang berhasil bertahan sampai tahun 1935 ini memiliki
tagline Pangrodjong Nahdlatul ‘Oelama Tasik (pendukung NU Tasik). Majalah
ini terbit seminggu sekali tiap hari Selasa. Isinya mengkhususkan mengenai
masalah agama Islam, serta sosial kemasyarakatan.
Direktur Hoofdred
majalah Al-mawa’idz adalah Soetisna Sendjaja dibantu dewan pakar Islam yang
merupakan pengurus Nahdlatul Ulama Tasikmalaya waktu itu, di antaranya KH Moh.
Fadhli dari Cikotok, KH Syabandi dari Cilenga, KH Dahlan dari Cicarulang, KH
Ruhiat dari Cipasung, KH Jahja dari Madiapada, KH Samsoedin dari Gegernoong, KH
O. Qoljoubi (KH Ahmad Qolyubi) Madewangi, Kiai Koentet dari Garage serta
kiai-kiai lainnya.
Alamat redaksi serta
administrasi (kantor) di Manonjaya, dikeluarkan oleh Pagoejoeban Pangharepan,
dicetak oleh Drukkerij Galoenggoeng Tasikmalaya.
Harga majalah
tersebut per tiga bulan untuk di Indonesia f 1,50 dan untuk luar Indonesia f
2,-. Memang majalah ini tidak hanya melaporkan NU di Tasikmalaya, tetapi juga
di Bandung, Cirebon, Sumedang, Subang, bahkan NU Cabang lain seperti
Telukbetung. Juga dunia internasional.
Perlu diketahui,
jaringan kiai NU waktu itu, untuk sekelas cabang saja memiliki jaringan
internasional. Contohnya Syekh Ali Thayyib dari Makkah pernah tinggal di
Tasikmalaya karena perkenalannya dengan KH O. Qoljoubi (KH Ahmad Qolyubi).
Bahkan Syekh Ali Thayyib pernah mewakili Tasikmalaya pada muktamar NU kelima di
Pekalongan pada tahun 1930. Sementara NU cabang Bandung pernah mengundang qari
dari Arab Saudi pada sebuah pertemuan dengan para anggota (leden vergedaering)
pada tahun 1935.
Majalah itu juga
membuka wawasan pembaca terhadap perkembangan luar negeri dengan melaporkan
berita-berita penting di Inggris, Prancis, China dan negara-negara Timur
Tengah.
Ada satu rubrik yang
isinya sama persis dengan Berita Nahdlatoel Oelama (BNO) yaitu Tawis
Tjinta (Tanda Cinta). Rubrik ini adalah seperti Kabar Kematian di Berita
Nahdlatoel Oelama yang diterbitkan NU di tingka pusat, Surabaya. Di situ tidak
hanya mengabarkan meninggalanya warga NU di Cabang Tasikmalaya, tapi dari
cabang-cabang NU di daerah lain.
Pada tahun 2017,
Tasikmalaya memiliki majalah bernama An-Nahdoh dengan menggunakan bahasa
Indonesia. Majalah itu dikelola Lembaga Ta’lif wan-Nasyr Nahdlatul Ulama Kota
Tasikmalaya. Penggunaan kata nahdoh sepertinya megnikuti penamaan singkat
Al-Mawaidz kepada Nahdlatul Ulama. Waktu itu, kalangan NU Tasik menyebut mereka
sebagai kalangan nahdoh.
Sebagaimana BNO,
Al-Mawaidz menjadi media penting untuk menyampaikan cita-cita NU, mengabarkan
pemikiran, pemandangan, dan membela dari seranga-serangan yang membenci
NU.
Al-Mawa’idz menjadi
majalah yang ditunggu-tunggu oleh pembacanya, karena majalah ini banyak
memberikan pengetahuan bagi pembaca selain adanya polemik juga memuat tentang
pengetahuan agama. []
(Abdullah Alawi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar