Rabu, 20 Februari 2019

'Al-Mawaidz', Majalah NU Tasik untuk Jawa Barat


'Al-Mawaidz', Majalah NU Tasik untuk Jawa Barat


Al-mawa’idz adalah majalah yang diterbitkan oleh pengurus Nahdlatul Ulama Tasikmalaya, pada bulan Agustus 1933. Majalah yang berhasil bertahan sampai tahun 1935 ini memiliki tagline Pangrodjong Nahdlatul ‘Oelama Tasik (pendukung NU Tasik).  Majalah ini terbit seminggu sekali tiap hari Selasa. Isinya mengkhususkan mengenai masalah agama Islam, serta sosial kemasyarakatan.

Direktur Hoofdred majalah Al-mawa’idz adalah Soetisna Sendjaja dibantu dewan pakar Islam yang merupakan pengurus Nahdlatul Ulama Tasikmalaya waktu itu, di antaranya KH Moh. Fadhli dari Cikotok, KH Syabandi dari Cilenga, KH Dahlan dari Cicarulang, KH Ruhiat dari Cipasung, KH Jahja dari Madiapada, KH Samsoedin dari Gegernoong, KH O. Qoljoubi (KH Ahmad Qolyubi) Madewangi, Kiai Koentet dari Garage serta kiai-kiai lainnya.

Alamat redaksi serta administrasi (kantor) di Manonjaya, dikeluarkan oleh Pagoejoeban Pangharepan, dicetak oleh Drukkerij Galoenggoeng Tasikmalaya. 

Harga majalah tersebut per tiga bulan untuk di Indonesia f 1,50 dan untuk luar Indonesia f 2,-. Memang majalah ini tidak hanya melaporkan NU di Tasikmalaya, tetapi juga di Bandung, Cirebon, Sumedang, Subang, bahkan NU Cabang lain seperti Telukbetung. Juga dunia internasional. 

Perlu diketahui, jaringan kiai NU waktu itu, untuk sekelas cabang saja memiliki jaringan internasional. Contohnya Syekh Ali Thayyib dari Makkah pernah tinggal di Tasikmalaya karena perkenalannya dengan KH O. Qoljoubi (KH Ahmad Qolyubi). Bahkan Syekh Ali Thayyib pernah mewakili Tasikmalaya pada muktamar NU kelima di Pekalongan pada tahun 1930. Sementara NU cabang Bandung pernah mengundang qari dari Arab Saudi pada sebuah pertemuan dengan para anggota (leden vergedaering) pada tahun 1935.

Majalah itu juga membuka wawasan pembaca terhadap perkembangan luar negeri dengan melaporkan berita-berita penting di Inggris, Prancis, China dan negara-negara Timur Tengah. 

Ada satu rubrik yang isinya sama persis dengan Berita Nahdlatoel Oelama (BNO) yaitu Tawis Tjinta (Tanda Cinta). Rubrik ini adalah seperti Kabar Kematian di Berita Nahdlatoel Oelama yang diterbitkan NU di tingka pusat, Surabaya. Di situ tidak hanya mengabarkan meninggalanya warga NU di Cabang Tasikmalaya, tapi dari cabang-cabang NU di daerah lain.     

Pada tahun 2017, Tasikmalaya memiliki majalah bernama An-Nahdoh dengan menggunakan bahasa Indonesia. Majalah itu dikelola Lembaga Ta’lif wan-Nasyr Nahdlatul Ulama Kota Tasikmalaya. Penggunaan kata nahdoh sepertinya megnikuti penamaan singkat Al-Mawaidz kepada Nahdlatul Ulama. Waktu itu, kalangan NU Tasik menyebut mereka sebagai kalangan nahdoh.

Sebagaimana BNO, Al-Mawaidz menjadi media penting untuk menyampaikan cita-cita NU, mengabarkan pemikiran, pemandangan, dan membela dari seranga-serangan yang membenci NU. 

Al-Mawa’idz menjadi majalah yang ditunggu-tunggu oleh pembacanya, karena majalah ini banyak memberikan pengetahuan bagi pembaca selain adanya polemik juga memuat tentang pengetahuan agama. []

(Abdullah Alawi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar